Chereads / 3MJ / Chapter 122 - Jangan Coba-coba untuk Memisahkan Kami

Chapter 122 - Jangan Coba-coba untuk Memisahkan Kami

"Apa itu?"

"Cintaku terhadapmu itu pasti, Periku yang Cantik… Aku berharap kau takkan pernah meragukan hal yang satu itu. Dengan adanya cinta yang pasti ini, aku bisa menjanjikan satu hal kepadamu di sini, Periku. Masa depan kita itu juga pasti…"

Terlihat Natsumi Kyoko kini tersenyum lirih di sela-sela air mata dan isakan lembutnya.

"Kalau aku meminta kau menikahiku sekarang juga, apakah kau akan melakukannya, Maxy Junior Sayang?" tanya Natsumi Kyoko sekarang mulai mengulum senyumannya.

"Oh, kau tidak boleh mengatakan hal itu, Periku yang Cantik… Perempuan tidak boleh mengajak laki-laki untuk menikah. Sebagai lelakimu, akulah yang akan mengajakmu menikah, akulah yang akan melamarmu, Periku…" Tangan Maxy Junior masih terus membelai-belai rambut panjang Natsumi Kyoko yang tergerai indah, yang setengah bergelombang.

Natsumi Kyoko sedikit demi sedikit sudah bisa tersenyum, kembali menampilkan senyuman kelembutannya yang selama ini menjadi ciri khasnya.

Pintu kamar diketuk dan masuklah Kendo Suzuki dan Liana Fransisca Sudiyanti ke dalam kamar. Meski tahu kedua orang setengah baya itu tertegun melihat posisi mereka berdua, Maxy Junior tetap berada dalam posisi memeluk sang bidadari cantiknya dan sama sekali tidak ada niat untuk melepaskan pelukannya. Natsumi Kyoko juga masih menenggelamkan diri ke dalam pelukan hangat sang pangeran tampan dan tidak ada niat untuk keluar dari pelukan itu.

"Sorry… Really really sorry… Natsumiku hari ini mendapat terlalu banyak kejutan. Terlalu banyak rahasia kelam yang mendadak terkuak hari ini. Itu sangat menyakitkan bagi Natsumiku. Posisi kami akan terus seperti ini sampai ia benar-benar tenang dan bisa menyesuaikan diri dengan segala keadaan yang baru di sekelilingnya sekarang," tukas Maxy Junior hanya dengan sebersit senyuman tipis.

"Sekarang aku mengerti kenapa waktu itu kau bisa sampai mengorbankan dirimu menolong Natsumi Kyoko, Maxy Junior." Liana Fransisca Sudiyanti hanya tersenyum tipis.

"Apa yang terjadi waktu itu, Liana?" tanya Kendo Suzuki lembut. Ia dan Liana Fransisca kini duduk di samping tempat tidur anak perempuannya.

Liana Fransisca Sudiyanti menjelungkap sepenggal kisah mengenai jatuhnya lampu hias kristal berat yang terjadi di gedung auditorium sekolah pada bulan Maret 2012 silam. Kendo Suzuki mencerna cerita tersebut dengan baik. Sesekali ia akan membesarkan matanya karena terkejut.

"Sungguh tidak kusangka hubungan kalian sudah sedalam itu, Maxy, Natsumi… Kalau begitu, tentunya kalian… kalian… kalian bisa menerima hubungan kami dan takkan sepenuhnya menyalahkan kami bukan?" tanya Kendo Suzuki dengan sisa-sisa perasaan bersalah yang menggeligit padang sanubarinya.

Maxy Junior dan Natsumi Kyoko saling berpandangan sesaat.

"Semuanya terserah padamu saja, Periku… Terhadap masalah mereka, aku netral…" bisik sang pangeran tampan.

Natsumi Kyoko mengangguk ringan. Kini ia sudah bisa sedikit mengendalikan diri dan pembawaannya. Dia menatap sang ayah angkat lekat-lekat dan berkata,

"Sebenarnya aku tidak pernah menyalahkan Ayah. Hanya saja, aku bertanya-tanya kenapa baru sekarang ketika kami memergoki kalian berdua, kalian berdua baru mau mengakuinya. Aku tidak bisa menyalahkan perasaan kalian yang saling mencintai karena aku juga merasakan bagaimana rasanya saling mencintai itu. Hanya saja, sudah terlalu lama kalian menipu dan membohongi kami semua. Tidak mudah bagi kami untuk menerima kenyataan ini dan menyesuaikan diri dengan kenyataan ini hanya dalam sekali dengar, Ayah, Ibu Liana. Aku rasa Ciciyo, Mary Juniar dan Martin pasti juga akan memiliki reaksi yang kurang lebih sama denganku."

"Kami rencananya akan memberitahu Ciciyo dan Shunsuke dulu, Sayang…" kata Kendo Suzuki sedikit menundukkan kepalanya, masih didera segudang perasaan bersalah.

"Untunglah sekarang Ciciyo sudah dekat dengan Bang Shunsuke… Aku yakin Bang Shunsuke akan menenangkannya sehingga dia tidak begitu shocked ketika mendengar seluruh pengakuan kalian berdua," tukas Natsumi Kyoko masih menenggelamkan diri dalam pelukan sang pangeran tampan. Napasnya masih tersengal cepat. Akan tetapi, karena tengah berada dalam pelukan sang pangeran tampan yang begitu menenangkan, Natsumi Kyoko dengan cepat bisa menetralisir kembali gejolak perasaannya.

Tangan sang pangeran tampan masih mengelus-elus rambut hingga punggung sang bidadari cantiknya. Dalam hatinya ia sedikit banyak bersyukur hari ini terjadi sedikit insiden tak mengenakkan di rumah sang bidadari cantik. Jika tidak, ia takkan berkesempatan untuk memeluk sang bidadari cantik di dalam rumahnya, di dalam kamarnya sendiri, di atas tempat tidurnya sendiri, di hadapan orang tuanya, dengan posisi layaknya sepasang suami istri.

"Aku baru tahu Shunsuke dan Ciciyo itu berpacaran. Shunsuke itu kan bisa dibilang saudara sepupumu dan Ciciyo. Kenapa mereka bisa sebegitu dekatnya sampai berpacaran?" Kendo Suzuki menaikkan alisnya dan nada suaranya.

"Sekarang sudah terbukti mereka sama sekali tidak ada hubungan darah dan Bang Shunsuke berhak menjadi pacar Ciciyo kan, Ayah?" Retorik Natsumi Kyoko ini kontan membuat si ayah angkat terdiam dan membisu seribu bahasa.

"Mungkin itu yang namanya firasat cinta, Kendo… Mungkin sejak awal Ciciyo sudah berfirasat Shunsuke ini bukanlah saudara sepupunya dan dia terus mencintai dan terus mencintai Shunsuke. Jikalau itu memang firasatnya, sekarang terbukti firasatnya ini benar dan dia bebas mencintai Shunsuke. Iya nggak?" tukas Liana Fransisca lembut.

Kendo Suzuki masih membisu seribu bahasa lagi.

"Kutegaskan di sini sekali lagi, Ayah… Ayah berhak mencintai Ibu Liana dengan bebas sekarang. Aku juga bebas mencintai Maxy Juniorku ini. Kami saling mencintai dan kami akan terus bersama," gumam Natsumi Kyoko dengan pendirian dan keyakinannya yang teguh.

Terlihat Kendo Suzuki dan Liana Fransisca saling berpandangan sesaat.

"Kau sendiri bagaimana, Maxy Junior? Kau sangat mencintai Natsumi?" tanya Liana Fransisca lembut.

"Jangan pisahkan dia dariku. Jangan pisahkan kami… Atau kalau tidak, aku akan mati. Aku benar-benar akan mati di hadapan kalian semua…" desis Maxy Junior datar tanpa ekspresi, dengan sorot mata yang begitu dingin membekukan sumsum tulang.

"Begitu mendengar tentang perjodohan itu, dalam lubuk hatiku ini aku sudah memutuskan sesuatu, Ayah…" Masih terlihat si anak perempuan membaringkan kepalanya di atas dada sang pangeran tampan yang bidang tegap bedegap.

"Sesuatu?" Dahi si ayah angkat naik beberapa senti.

"Jangan mencoba-coba untuk memisahkan kami… Jika kalian berani melakukannya, kami akan mati. Kami benaran akan mati di hadapan kalian semua…" desis Natsumi Kyoko tak kalah tajam dan dinginnya. Dia kembali menggesek-gesekkan wajahnya pada baju seragam yang dikenakan oleh sang pangeran tampan.

Tangan sang pangeran tampan tak henti-hentinya mengelus-elus rambut, kepala, hingga punggung sang bidadari cantiknya.