Natsumi Kyoko terperanjat kaget bukan main. Dia bagai terjengat listrik bertegangan tinggi. Dia mundur dua langkah dan kini kembali terlihat ia menyandarkan kepalanya ke dada tegap bedegap sang pangeran tampan. Sang pangeran tampan kontan menggenggam kedua lengan atasnya dari belakang secara protektif.
"Karena semua kenyataan sudah terpampang di depan mata, kini aku hanya ingin mengatakan kepada kalian semua. Aku sangat mencintai Liana Fransisca Sudiyanti. Kami sudah berhubungan sejak lama. Aku bahkan sudah memiliki dua anak dengannya." Kendo Suzuki masih terlihat meletakkan salah satu tangannya di bahu Liana Fransisca secara protektif.
Terlihat Bu Faustina Tokwin memandangi sang suami dan perempuan selingkuhannya dengan dendam dan kebencian yang berkobar-kobar dalam sinar matanya.
Maxy Junior dan Natsumi Kyoko memandangi Kendo Suzuki dengan kedua alis yang terangkat dan seribu tanda tanya yang meragas alam pikiran mereka.
"Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu, Maxy Junior… Tapi, memang demikianlah kenyataannya. Mary Juniar dan Martin Jeremy adalah anak kandungku. Mereka berdua adalah darah dagingku. Mereka berdua bukanlah anak Nicholas Tanuwira." Kendo Suzuki akhirnya mengeluarkan ketegasannya.
Natsumi Kyoko merasa seluruh persendiannya melemas. Mendadak nan sekonyong-konyong dia merasa seluruh tulang-belulangnya lepas berhamburan ke segala arah dan kehilangan kekuatannya untuk berdiri. Dia kini menyandarkan seluruh badannya ke tubuh tinggi tegap bedegap yang masih berdiri dengan kukuh di belakangnya, yang masih menggenggam kedua lengan atasnya dari belakang secara protektif.
"Benarkah itu, Ibu?" desis Maxy Junior masih dengan sepasang matanya yang dingin membekukan sumsum tulang. Walau sudah tahu, ia ingin mendengar dengan telinga kepala sendiri pengakuan yang terlontar keluar dari mulut si ibu angkat.
Liana Fransisca hanya bisa mengangguk lirih.
"Tapi kau tenang saja, Maxy Junior… Kau sama sekali tidak ada hubungan darah dengan kami, dengan Natsumi Kyoko… Aku mengadopsimu sebelum aku bertemu dengan Nicholas ayah angkatmu itu ataupun bertemu dengan Pak Kendo ini."
Maxy Junior hanya menghela napas panjang dan membisu seribu bahasa setelah itu.
"Maafkan aku, Faustina… Sejak awal memang pernikahan kita sudah dingin, sudah tak lagi memiliki riak-riak cinta apalagi gairah. Maafkan aku… Maafkan aku telah membohongimu cukup lama. Aku tidak bisa mengatakan yang lain selain hanya meminta maaf padamu. Aku mencintai Liana dan aku akan tetap bersamanya. Jika… Jika… Jika kau ingin bercerai, kita bisa melakukannya. Aku akan melepaskanmu. Hak asuh Natsumi dan Ciciyo akan kita bicarakan lagi nanti."
Tampak seraut penyesalan dan perasaan bersalah di wajah Kendo Suzuki.
"Ambil saja mereka! Aku tidak butuh mereka! Aku tidak butuh mereka lagi! Kau boleh ambil mereka dan lakukan apa pun yang kauinginkan kepada mereka!" desis Bu Faustina Tokwin dengan raut wajah janggal dan senyuman misterius yang mengerikan.
Kontan Natsumi Kyoko bergidik ngeri. Dia sungguh tidak percaya kata-kata yang sedemikian bengis nan tak berperasaan seperti itu bisa terlontar keluar dari mulut si ibu.
"Apa maksudmu? Kenapa kau bisa menjadi tidak berperasaan seperti ini? Aku memang salah telah mengkhianati, menipu dan membohongimu selama ini. Namun, tetap tidak seharusnya kau melampiaskan semua dendam dan amarahmu kepadaku itu ke anak-anak, Faustina." Dahi Kendo Suzuki tampak berkerut dalam.
Mendadak nan sekonyong-konyong tawa janggal misterius yang mengerikan terlontar keluar dari mulut Bu Faustina Tokwin. Dia terus tertawa terpingkal-pingkal sampai-sampai semua pasang mata kini mengarah kepadanya dengan seribu tanda tanya yang meragas padang sanubari hati.
"Natsumi dan Ciciyo bukan anakku, Kendo… Hahaha… Hahaha…"
"Apa maksudmu! Jangan bicara ngawur, Faustina!" Nada suara Kendo Suzuki semakin dan semakin meninggi. Mata Liana Fransisca, Natsumi Kyoko dan Maxy Junior kontan membeliak lebar mendengar pengakuan dari Bu Faustina Tokwin.
"Sekarang kita impas bukan? Apa yang kauperbuat padaku, aku kembalikan padamu dengan bentuk yang sama. Selama ini kau membohongiku, menipuku, berselingkuh dengan perempuan ini di belakangku. Selama ini juga aku membohongimu, menipumu dan membuatmu percaya bahwa Natsumi dan Ciciyo adalah darah dagingmu. Ketahuilah, Kendo Suzuki… Natsumi dan Ciciyo bukanlah anakmu, dan mereka juga bukanlah anakku…"
Kali ini awan gelap hitam datang berarak dan mengungkung dunia latar belakang semua yang berada di ruang tamu rumah besar tersebut. Sungguh semuanya terlempai pasrah, tak kuasa menyagang takdir begitu mereka terhempas ke pantai kebenaran.
"Aku membeli mereka berdua dari salah satu kenalanku di Singapura. Aku membeli mereka, mengadopsi mereka, dan membawa mereka berdua masuk ke keluarga Suzuki ini dengan harapan kau akan sedikit lebih mencintaiku, kau akan sedikit lebih menyayangiku dan memedulikanku karena aku sudah melahirkan dua anak untukmu."
Kendo Suzuki terhenyak kaget. Dia kini juga bagai disambar halilintar di siang bolong. Dia jatuh terperenyak ke sofa panjang yang ada di ruang tamu. Liana Fransisca hanya bisa mengelus-elus pundak dan punggung lelaki selingkuhannya guna memberinya sedikit ketenangan. Maxy Junior juga melakukan hal serupa kepada peri cantiknya karena berbagai kenyataan dan rahasia yang selama ini tersimpan rapat-rapat hari ini terkuak secara bertubi-tubi satu demi satu.
"Aku memalsukan kehamilanku, pura-pura telah melahirkan Natsumi dan Ciciyo untukmu, supaya aku bisa mendapatkan setitik cinta dan perhatianmu. Nyatanya, sampai dengan detik ini aku tidak mendapatkan apa-apa. Sekarang dengan lantangnya, dan dengan tidak tahu malunya, kau mengumumkan kepada semua orang kau sangat mencintai perempuan ini, dan kau akan terus bersamanya. Apa lagi yang bisa kuharapkan dari seorang Kendo Suzuki? Tidak ada lagi kan?"
Terus tertawa dengan nada yang janggal dan sedikit misterius, Bu Faustina Tokwin berjalan sedikit sempoyongan keluar dari rumah besar kediaman keluarga Suzuki. Baru setengah jalan, kembali terdengar ia mendesis,
"Aku takkan pernah bercerai darimu, Kendo. Walau aku tidak bisa mendapatkan cinta dan hatimu, setidaknya kini aku masih memiliki status dan martabatku sebagai Nyonya Besar Suzuki. Aku akan mempertahankan harga diri dan martabat itu sampai aku mati."
Bu Faustina Tokwin menghadap ke pintu depan lagi dan meneruskan langkah-langkahnya keluar dari rumah besar keluarga Suzuki.
"Kau ingin ke mana?" tanya Kendo Suzuki dingin, datar dan tanpa ekspresi. Ia sedikit sudah bisa mengendalikan perasaannya dan pembawaan dirinya.
"Kembali ke rumah orang tuaku. Kau pikir setelah aku berpisah denganmu, hidupku akan sekarat? Tidak… Tidak… Tidak… Aku masih memiliki rumah peninggalan orang tuaku. Aku masih memiliki tabunganku sendiri. Aku masih bisa hidup dengan mengandalkan kedua tangan dan kakiku," ujar Bu Faustina Tokwin dengan sinis.
Sesampainya di depan Natsumi Kyoko yang masih berada dalam pelukan Maxy Junior, dengan sebersit senyuman sinis menjengkelkan, Bu Faustina Tokwin kembali berujar,
"Oh, anak angkatku yang malang… Hahaha… Tak apa-apa… Lama-kelamaan kau akan terbiasa dengan status barumu ini. Kuberitahu ya, Natsumi Kyoko… Sebenarnya kau berusia 21 tahun tahun ini. Aku terpaksa membuat akta lahir yang baru untukmu dan untuk Ciciyo supaya bisa klop dengan sandiwara yang tengah kumainkan. Karena sudah tidak ada sandiwara apa pun sekarang, dengan tanpa beban bisa kuberitahu kepadamu di sini."
Natsumi Kyoko menatap 'mantan ibunya' itu dengan sorot mata nanar.