Sekumpulan anak-anak muda itu sudah tidak sabar menantikan perjalanan mereka naik kapal Zodiac Liner. Namun, semangat tinggal semangat. Mereka sungguh tidak menyangka sebelum mereka berangkat berlibur bersenang-senang, mereka harus menghadapi beberapa kenyataan pahit dan tantangan menegangkan.
Sore itu, Maxy Junior mengantar pulang Natsumi Kyoko ke rumahnya langsung. Kali ini dia sudah bertekad akan berkenalan dengan kedua pasangan suami istri Suzuki sekaligus memperkenalkan dirinya sebagai kekasih Natsumi Kyoko.
Namun, sungguh tidak disangka-sangkanya pemandangan yang bakal ia hadapi adalah pemandangan yang sungguh mengejutkan dan sungguh tidak sedap dipandang mata.
Mobil Maxy Junior memasuki pekarangan rumah keluarga Suzuki yang begitu luas. Harus melewati tiga kali tikungan kiri dan kanan, barulah mobilnya bisa sampai di depan pintu utama kediaman keluarga itu. Natsumi Kyoko turun dari mobil dan celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan. Matahari pukul empat sore masih menyembulkan diri di ufuk barat. Kenapa tak tampak satu pun pembantu atau tukang kebun yang biasanya mondar-mandir, sibuk tak karuan menyelesaikan pekerjaan mereka sana-sini? Natsumi Kyoko menerka-nerka sepertinya di rumah tak ada orang satu pun sehingga para pembantu mencuri kesempatan tersebut untuk sedikit berleha-leha nan bersantai.
"Sepertinya tak ada orang, Sayang… Gagal deh kesempatanmu untuk berkenalan dengan ayah ibuku…" Natsumi Kyoko mengulum senyumannya.
"Tak apa-apa… Masih ada lain kesempatan, Periku…" Maxy Junior tersenyum simpul.
"Oke deh… Jangan cepat pulang dulu ya… Aku masih ingin menghabiskan waktu sore hari ini denganmu. Mana tahu sebelum jam makan malam nanti, mereka akan pulang. Jadi ada deh kesempatanmu untuk berkenalan dengan ayah ibuku. Iya kan?" Natsumi Kyoko melingkarkan lengannya ke lengan sang pangeran tampan dan sedikit bergelayut manja di sana.
Maxy Junior tergelak ringan sejenak. Inilah yang diharapkannya. Peri cantiknya sudah kecanduan padanya dan tidak bisa lepas darinya. Maxy Junior mengangguk dan menurut saja ketika sang bidadari cantik menarik lembut tangannya. Mereka melangkah menuju ke pintu utama kediaman keluarga Suzuki.
"Untung tadi pagi sebelum aku keluar rumah, aku sempat membawa kunci. Jika tidak, terpaksa kita harus menunggu jam makan malam di apartemenmu atau apartemen ayahku." Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut.
Kunci ditancapkan pada lubangnya dan diputar sebentar. Pintu depan terkuak dan mereka melangkah masuk ke dalam rumah besar. Sesampainya di ruang tamu, tangan Natsumi Kyoko menemukan sakelar lampu dan langsung menekannya. Dalam sekejap, ruang tamu terang-benderang. Namun, pemandangan yang mereka saksikan di ruang tamu itu membuat mereka kontan berdiri terpaku, dengan mata yang mencelang dan mulut yang melangah.
"Apa yang Ayah lakukan di sini dengan ibu Maxy Junior?" Sontak jeritan melengking tinggi mengarung ke seisi ruang tamu.
Kendo Suzuki dan Liana Fransisca Sudiyanti yang sudah setengah bugil, buru-buru merapikan kembali pakaian mereka.
"Kenapa bisa pulang cepat, Natsumi?" Terpaksa Kendo Suzuki melontarkan semacam pertanyaan yang tidak berguna ini guna menetralisir ketegangan anak perempuannya.
"Ada apa ke sini, Maxy Junior? Kau kenal dengan Natsumi Kyoko?" Pertanyaan tak berguna juga terlontar keluar dari mulut Liana Fransisca Sudiyanti.
"Iya… Natsumi Kyoko adalah kekasihku…" jawab Maxy Junior datar, tanpa ekspresi, dan dengan sepasang mata yang dingin membekukan sumsum tulang ke ibu angkat dan lelaki selingkuhannya.
Mendengar jawaban itu, Kendo Suzuki dan Liana Fransisca Sudiyanti terperanjat kaget dan terpelongo heran pada saat bersamaan.
"Jadi ternyata selama ini Ayah dan ibu Maxy Junior ini… ini… ini…" Natsumi Kyoko hampir kehilangan keseimbangannya. Dia mencari sandaran dan akhirnya hanya bisa bersandar ke dada bidang tegap bedegap sang pangeran tampan yang berdiri di belakangnya.
"Iya, Natsumi…" Kendo Suzuki akhirnya memutuskan bahwa inilah saat yang tepat untuk mengakui segalanya kepada anak perempuannya.
"Kendo…!" tegur Liana Fransisca Sudiyanti setengah menghardik. Maxy Junior yang sudah tahu mengenai perselingkuhan mereka hanya bisa mendengus sinis tanpa berkata apa-apa.
"Oh, Ayah… Ayah… Aku benar-benar tidak menyangka kau telah menipu kami mentah-mentah selama ini. Kau bukan hanya telah mengkhianati Ibu, kau juga telah menipu dan membohongi kami semua selama ini. Kenapa kau tega melakukannya, Ayah? Kenapa kau tega membiarkan kami hidup dalam kebohongan dan sandiwaramu selama ini!" tuding Natsumi Kyoko ke ayahnya dengan serentetan kalimat yang tiada henti.
"Ayah… Ayah memang salah… Tapi, tapi… dengarkan Ayah dulu, Natsumi…" Kendo Suzuki sungguh kehabisan kata-kata yang bisa ia keluarkan guna menetralisir emosi dan kemarahan anak perempuannya.
"Jangan sentuh aku, Ayah! Jangan mendekat padaku! Aku tidak ingin dekat-dekat dengan seorang pembohong!" hardik si anak perempuan ketika si ayah hendak berjalan mendekatinya.
Mendadak pintu depan terkuak lagi. Masuklah Bu Faustina Tokwin sehabis dari perkumpulan arisannya.
"Kenapa tidak tampak satu pun pembantu di depan sana! Kenapa tidak ada pembantu yang membantu membukakan pintu! Kenapa tidak ada…" Bu Faustina Tokwin mengomel sampai setengah.
Keadaan Bu Faustina Tokwin tak jauh berbeda dengan keadaan Natsumi Kyoko tatkala dia menginjakkan kaki ke ruang tamu dan mendapati pemandangan sang suami dan wanita selingkuhannya dengan kondisi rambut dan pakaian mereka yang acak-acakan.
Liana Fransisca Sudiyanti hanya bisa menundukkan kepalanya dan mengurut-ngurut keningnya. Sejak awal dia tidak setuju bertemu dengan lelaki selingkuhannya di rumahnya ini. Karena si lelaki selingkuhan bersikukuh di rumah takkan ada orang sampai dengan jam makan malam nanti, dia menyetujuinya saja. Sungguh dia tidak sangka perselingkuhan yang dia tutup serapat-rapatnya selama ini, justru terbongkar sekarang di depan sang anak sulung, anak sulung yang menjadi tumpuan dan sandaran kebanggaannya selama ini.
"Kau! Kau! Kau berani-beraninya berselingkuh di belakangku, Kendo! Berani-beraninya kalian menipu, mempermainkan dan menusukku dari belakang selama ini!"
Faustina Tokwin bagai disambar geledek di siang bolong. Halilintar seakan-akan menyambar dunia belakangnya, mengoyak keheningan dan mencampakkan puing-puing keterkejutan sanubari.
Plak! Plak! Satu tamparan melayang ke wajah Kendo Suzuki dan satu tamparan lagi melayang ke wajah Liana Fransisca Sudiyanti. Tentu saja Liana Fransisca Sudiyanti langsung mengeraskan rahang dan menahan gejolak amarahnya. Dia memang salah telah berselingkuh dengan suami orang. Namun, dia tetap tidak terima ditampar begitu saja di depan orang-orang, apalagi di depan anak sulung yang menjadi tumpuan kebanggaannya selama ini.
"Hentikan perbuatanmu itu, Faustina! Kau boleh menampar dan memukulku sesukamu! Kau boleh melampiaskan segala emosi dan kekesalanmu padaku! Namun, aku tidak akan membiarkan kau menyentuh Liana sedikit pun!" hardik sang suami berdiri di samping Liana Fransisca dan meletakkan tangannya di bahu sang wanita selingkuhan secara protektif.
"Kalian sama hinanya! Kalian sama rendahnya! Kalian tidak ada bedanya dengan binatang!" Teriakan Bu Faustina Tokwin semakin menjadi-jadi nan berapi-api.
Tangan Bu Faustina Tokwin terangkat ke udara dan hendak menampar Liana Fransisca Sudiyanti lagi tatkala tangan itu langsung tertahan oleh tangan Kendo Suzuki. Kendo Suzuki kontan mendorong mundur tubuh Bu Faustina Tokwin. Tubuh Bu Faustina Tokwin terlihat mundur terhuyung-huyung ke belakang. Natsumi Kyoko sedikit menahan tubuh ibunya supaya tubuh ibunya itu tidak langsung jatuh terjerembab ke lantai.
"Lepaskan aku! Jangan dekat-dekat denganku!" teriak Bu Faustina Tokwin kalap kepada Natsumi Kyoko.