Diskusi yang sama juga terjadi di kelompok perempuan.
"Apakah kau akan ikut liburan kali ini, Frebelyn?" tanya Natsumi Kyoko merasa bersemangat. Dia sudah tidak sabar ingin pergi berlibur barengan sang pangeran tampan, melewatkan waktu beberapa hari dengan sang pangeran tampan, dengan teman-temannya di atas sebuah kapal pesiar yang mewah dan menyenangkan.
"Kalau aku ikut dengan perjalanan kalian kali ini, bisa-bisa aku tidur sendirian nanti di kapal."
Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana memandangi Frebelyn Meyrita Jaya dengan raut muka terpelongo heran.
"Tidak usah seheran itu, Natsumi, Kimberly… Tentu saja di kapal nanti kalian akan tidur sekamar dengan pangeran pujaan kalian masing-masing."
"Kan bisa beberapa malam aku dan Kimberly tidur bersama-sama denganmu di kamarmu, Frebelyn." Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut.
"Tetap saja aku merasa kurang nyaman… Entah apa yang akan kulakukan sendirian saat kalian berdua menikmati momen-momen kebersamaan kalian dengan pangeran pujaan kalian masing-masing."
"Kenapa kau tidak mengajak Ronny saja?" tanya Kimberly Phandana sembari sedikit mengerling-ngerlingkan matanya dengan nakal.
"Ronny lagi… Ronny lagi… Sekarang saja ia lebih memilih ikut kompetisi online games-nya daripada ikut pembahasan kita. Bisa tidak sih jangan asyik mengungkit soal dia terus!" sungut Frebelyn Meyrita Jaya membuang pandangannya ke arah lain.
"Dia tidak ikut ke dalam diskusi kelompok karena kau tidak mengajaknya mungkin… Coba kau ajak dia… Dia pasti mau ikut dan kemungkinan besar dia bisa saja ikut dengan perjalanan liburan kita kali ini," tantang Kimberly Phandana dengan mata yang membesar.
"Selama ini dia itu seperti apa kalian semua juga sudah tahu. Dia lebih mementingkan online games-nya daripada aku. Dia lebih mementingkan teman-teman sesama pemain online games-nya itu daripada aku. Aku belum mencoba mengajaknya ikut dengan perjalanan liburan kita ini saja, aku sudah lemas. Aku sudah bakalan bisa menebak apa jawabannya."
"Kau belum coba, kok sudah main tebak-tebakan sih?" Pertanyaan Natsumi Kyoko kali ini mematahkan argumentasi Frebelyn Meyrita Jaya.
"Ajak saja dulu, Frebelyn… Belum mencoba, mana tahu kita… Lagipula, aku yakin Ronny pasti mau ikut dengan perjalanan liburan kita kali ini kalau seandainya kau yang mengajaknya…" Kimberly Phandana mencoba meyakinkan temannya lagi.
"Kalian pikir begitu?" Frebelyn Meyrita Jaya terlihat mulai goyah dengan pendiriannya.
"Jangan sampai kau menyesal, Frebelyn… Kami tahu sebenarnya kau sungguh menyukai Ronny. Jangan sampai satu titik kekecewaan kecil di hatimu merusak segalanya, merusak semua kesempatanmu untuk berbahagia di masa depan." Kimberly Phandana mencoba memberi semacam dorongan semangat lagi.
"Aku juga sama denganmu ketika baru pertama kali mengenal Maxy Junior dulu, Frebelyn. Aku tahu dia adalah seorang lelaki player kelas wahid. Aku takut ketika aku jadian dengannya, dia hanya akan menikmati tubuhku dan sehabis itu dia akan mencampakkan aku. Aku berkali-kali meragukan cinta dan ketulusannya padahal dalam hatiku sendiri, aku yakin aku juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya." Natsumi Kyoko menghentikan sejenak narasi panjangnya.
"Lalu bagaimana akhirnya kau bisa menerima Maxy Junior ke dalam hidupmu, Natsumi?" tanya Frebelyn Meyrita Jaya lebih lembut sekarang.
"Dia sudah berkali-kali menyelamatkan aku, Frebelyn. Aku berpikir… Jika dia memang hanya ingin menikmati tubuhku dan kemudian mencampakkan aku, ada banyak kesempatan di mana dia bisa melakukannya. Namun, dia sama sekali tidak melakukannya. Lagipula, aku berpikir waktu yang berlalu pergi jelas takkan kembali lagi. Aku juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya dan aku harus mengambil kesempatan itu. Atau kalau tidak, suatu saat nanti aku pasti akan menyesal."
"Aku senang… Aku dan kau berani mengambil kesempatan itu dan kini kita tidak menjalani hari-hari yang penuh dengan penyesalan, Natsumi." Kimberly Phandana tersenyum cerah pada Natsumi Kyoko dan ia merangkul sahabatnya itu.
Frebelyn Meyrita Jaya tenggelam sejenak dalam alam lamunannya.
"Ronny itu sedikit berbeda dengan Maxy Junior ataupun Sean, yang agresif dan gigih sekali dalam mengejar cinta mereka. Terus terang saja, sepanjang tahun lalu aku lihat Ronny sudah jatuh bangun mengejarmu, Frebelyn. Namun, kau selalu tidak menggubrisnya, selalu tidak mengindahkannya, selalu tidak memedulikannya. Orang bisa sampai pada titik terendah mereka dan akhirnya mereka akan bosan, Frebelyn. Aku tidak ingin kau kehilangan kesempatan itu dan akhirnya kau akan menjalani hari-hari dalam penyesalan." Natsumi Kyoko mengakhiri narasinya yang panjang.
"Iya… Nasihatku terhadapmu juga sama sebenarnya, Frebelyn… Coba kau ajak Ronny dulu. Belum kauajak, jangan sembarangan kau berprasangka buruk ini itu dulu. Coba kau bicarakan baik-baik dengan Ronny tanpa pakai emosi. Kau ajak dia… Aku yakin dia pasti akan semangat untuk ikut. Percayalah… Aku bicara dari pengalaman, Kawanku…" tambah Kimberly Phandana.
Frebelyn Meyrita Jaya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia kembali mereka-reka apa-apa saja yang baru ia dengar dari Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana.
Menit demi menit berlalu. Kini terlihat Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana duduk berduaan di sudut kafe itu. Mereka agak menjauhkan diri dari teman-teman mereka yang lain karena ada sejenis pembicaraan rahasia yang mereka bagi hanya di antara mereka berdua. Sesekali mereka akan terlihat tertawa cekikikan, dan di waktu yang lain mereka akan terlihat saling berdiskusi dengan raut wajah yang serius.
"Jadi kalian sudah pernah dry hump?" Kimberly Phandana langsung membesarkan kedua matanya. Napasnya menjadi sedikit cepat. Rona merah mulai menyelangkupi kedua belahan pipinya. Pasalnya ia sendiri juga mendapatkan pelayanan yang sama dari sang pangeran tampan.
"Kau sendiri sudah pernah juga?" Suara Natsumi Kyoko begitu lembut nyaris tidak terdengar.
"Tentu saja sudah… Berkali-kali… Ketika berduaan saja dengan Sean di apartemennya atau di rumahnya ketika lagi tidak ada orang, aku sudah bisa menebak ujung-ujungnya dia pasti akan minta dry hump." Kimberly Phandana berbicara dengan berbisik-bisik, takut kedengaran yang lain.