Chereads / 3MJ / Chapter 110 - Nostalgia di Tempat Pertemuan Pertama Kita

Chapter 110 - Nostalgia di Tempat Pertemuan Pertama Kita

Tibalah pada minggu kedua Juli. Minggu kedua Juli ini juga menjadi momen-momen yang begitu dinantikan oleh Maxy Junior. Sejak sehari sebelum tanggal 13 Juli, ia sudah menyiapkan sederetan rencana akan ke mana ia membawa sang bidadari cantiknya pergi kencan, apa-apa saja yang akan mereka lakukan. Maxy Junior bahkan sudah mereka-reka dan menebak-nebak hadiah apa yang akan ia peroleh dari sang bidadari cantiknya.

Dan pada malam tanggal 12 Juli, Maxy Junior sudah terlihat bersiap-siap di apartemennya karena ia akan mengajak sang bidadari cantiknya makan di suatu kafe yang sangat romantis di daerah PIK sana.

Mendadak bel pintu berdenting. Maxy Junior membuka pintu dan mendapati Mary Juniar berdiri di luar apartemennya. Senyuman antusiasmenya kontan memudar begitu melihat kedatangan tamu yang tidak diharapkan dan disangka-sangkanya.

"Aku hanya ingin memberimu hadiah, Bang Maxy Junior. Karena kau juga memberiku hadiah Mei lalu, Juli ini aku tetap akan memberimu hadiah. Happy birthday, Bang Maxy Junior…" Mary Juniar menyerahkan hadiahnya yang sudah dibungkusnya dengan kado. Memang pada bulan Mei lalu, Maxy Junior tetap memberikan hadiah ulang tahun kepada si adik angkat walau itu diberikannya melalui Martin Jeremy.

Maxy Junior menerima hadiah itu dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Bisakah… Bisakah aku duduk sebentar di dalam dan mengobrol denganmu?" tanya Mary Juniar takut-takut.

"Apa lagi yang harus kubicarakan denganmu, Mary Juniar?" tanya Maxy Junior sedikit ketus. Dia akan terlambat kencan nanti karena dia berjanji akan menjemput Natsumi Kyoko pada pukul tujuh.

"Sebegitu tidak suka kau padaku sekarang? Sebegitu bencinya kau kepadaku?" Air mata mulai terbit di pelupuk mata.

Maxy Junior sedikit merasa bersalah. Dia paling tidak tahan melihat air mata perempuan. Tanpa berkata apa-apa, dia melebarkan daun pintu dan membiarkan Mary Juniar berjalan masuk ke dalam apartemennya.

"Oke… Apa yang ingin kaubicarakan denganku?"

"Aku hanya ingin minta maaf atas kejadian di dalam gedung auditorium Maret lalu."

"Oke… Ada lagi?"

"Tidak bisakah… Tidak bisakah kita kembali seperti dulu?"

"Jawaban itu tergantung padamu, bukan padaku…"

Mary Juniar membisu seribu bahasa.

"Sejak dulu kau tahu perasaanku selalu sama terhadapmu, Bang Maxy Junior. Bagaimana bisa kau menyerahkan tolok ukur jawaban pertanyaan tadi kepadaku?"

"Sejak dulu kau juga tahu perasaanku selalu sama terhadapmu, Mary Juniar. Aku hanya bisa menganggapmu sebagai adikku, tidak lebih. Kalau kau terus bersikeras mempertahankan rasa sukamu yang tidak beralasan itu kepadaku, aku juga tidak bisa apa-apa. Dengan demikian, hubungan kita takkan pernah kembali seperti dulu."

Air mata kembali menetes dari pelupuk mata.

"Kenapa kau bisa berubah menjadi sedemikian kejam dan egois, Bang Maxy Junior?"

Maxy Junior hanya membisu seribu bahasa. Dia membuang pandangannya ke arah lain.

"Dulu kau selalu memprioritaskan aku, selalu melindungi dan menjagaku, selalu mengedepankan kepentingan dan kesukaanku, selalu menomorsatukan aku. Kenapa kau bisa berubah menjadi seperti ini sekarang? Apa yang salah sebenarnya? Ke mana Bang Maxy Juniorku yang dulu? Ke mana dia?" Suara Mary Juniar mulai meninggi. Ia mulai menangis dan berjongkok lemas di lantai.

"Sejak dulu memang begitulah hubungan di antara kita, Mary Juniar. Aku adalah abangmu dan kau adalah adikku. Aku mencintai Natsumi dan aku takkan menyerah dalam perasaan ini. Karena Natsumi juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Sekarang pulanglah… Aku masih ada janji sama Natsumi. Ini aku sudah terlambat."

Mary Juniar berdiri perlahan. Sambil masih terisak, dia berjalan ke arah pintu. Maxy Junior mendahuluinya dan sampai pada pintu apartemennya duluan. Dia sedikit tertegun karena pintu apartemen tidak tertutup rapat. Dia melebarkan pintu tersebut dan tertegun lagi karena sang bidadari cantiknya dan si empat sekawan entah sejak kapan sudah berdiri di luar apartemennya.

Mary Juniar berjalan keluar dari apartemen abang angkatnya dan dia hanya memandang tajam kepada Natsumi Kyoko, dan juga kepada empat sahabat seperjuangan abang angkatnya.

"Sejak kapan kalian ada di luar apartemenku sini?" tanya Maxy Junior sedikit gugup sepeninggal Mary Juniar.

Si empat sekawan hanya memandang penuh arti kepada si Maxy Junior. Maxy Junior jadi sedikit salah tingkah. Terlebih lagi, Natsumi Kyoko juga memandanginya dengan sorot mata yang sama.

"Aku sudah terang-terangan menolaknya tadi, Periku. Dia ke sini hanya untuk memberiku kado. Aku tidak mungkin mengusir orang yang bertamu ke apartemenku untuk memberiku kado ulang tahun bukan?"

Natsumi Kyoko tersenyum cerah nan lemah lembut setelah itu. Dia meraih sang pangeran tampan ke dalam pelukannya. Si empat sekawan kontan bersorak riuh dan melemparkan bunga-bunga mawar putih dan merah yang mereka persiapkan khusus untuk merayakan ulang tahun Maxy Junior semalam sebelumnya.

"Kenapa kalian bisa ke sini?" tanya Maxy Junior ketika Natsumi Kyoko sudah melepaskan pelukannya.

"Tapi besok pastinya kau akan menghabiskannya seharian penuh dengan Natsumi. Ya biarkan hari ini menjadi bagian dan jatah kami dong…" kata Thobie Chiawan mengajukan sedikit protes.

Maxy Junior kembali menjadi salah tingkah.

"Tapi, malam ini aku dan Natsumi…"

"Mereka sudah bilang padaku, Sayang. Aku sudah setuju kita ikut mereka saja. Mereka mau ke… ke…" Sungguh Natsumi Kyoko tak kuasa meneruskan kalimatnya. Dia menundukkan kepalanya dan sedikit tersipu malu.

"Mau ke mana kalian memangnya?" tanya Maxy Junior sedikit mengerutkan keningnya.

"Ada deh… Ikut saja, Maxy Junior…" sahut Saddam Demetrio.

Maxy Junior hanya bisa merapatkan sepasang bibirnya. Makan malam romantisnya yang direncanakannya malam ini terpaksa harus ditunda sampai besok malam.

Ternyata mereka berempat memutuskan membawa Maxy Junior dan Natsumi Kyoko ke pub milik ayah Saddam Demetrio di Bogor. Pub itu jugalah yang menjadi tempat pertemuan pertama antara Maxy Junior dan sang bidadari cantiknya.

"Kami masuk dulu…" kata Thobie Chiawan.

"Kalian mungkin ingin sedikit bernostalgia di pelataran parkir ini dulu kan?" kata Saddam Demetrio sedikit meledek.

Maxy Junior tersenyum menawan. Natsumi Kyoko hanya diam seribu bahasa sembari mengulum senyumannya.

Si empat sekawan pun berjalan masuk ke dalam pub.

"Kau tidak ingin masuk, Sayang?" tanya Natsumi Kyoko ketika dirasakannya sang pangeran tampan mulai memeluknya dari belakang. Sesekali semilir angin malam akan berhembus dan menerpa wajah serta rambut sang bidadari cantik.

"Aku ingin bernostalgia dulu. Karena mereka memberikan kesempatan kepadaku untuk bernostalgia di sini, aku takkan menyia-nyiakan kesempatan ini."

Natsumi Kyoko hanya tergelak ringan.

"Kesan apa yang ada dalam pikiranmu ketika kau melihatku untuk pertama kalinya pada malam hari itu, Periku? Aku sudah penasaran terhadap hal itu sejak lama. Baru kali inilah aku berkesempatan menanyakannya padamu."

"Kau ingin jawabanku yang paling jujur?" Natsumi Kyoko menyeringai nakal.

Maxy Junior mengangguk ringan.