Chereads / 3MJ / Chapter 107 - Martin Jeremy Datang Menjenguk

Chapter 107 - Martin Jeremy Datang Menjenguk

Kedua pasangan tersebut saling bertukar pandang sejenak. Tadi Sean Jauhari juga sudah bertanya pada Kimberly Phandana mengenai apa yang disampaikan oleh ayah ibunya ketika sang kekasih pujaan hati terlelap. Kimberly Phandana juga berpikiran sama dengan apa yang diutarakan oleh Natsumi Kyoko.

"Kami sudah merundingkannya sih… Kami tidak ingin memperpanjang masalah ini lagi. Biarkan saja polisi yang menangani kasus mereka dan memutuskan yang terbaik buat mereka," cetus Sean Jauhari. Kimberly Phandana, Maxy Junior dan Natsumi Kyoko hanya menganggukkan kepala.

"Kalian akan mencabut tuntutan kalian itu kepada Wilona Jeanette dan Mary Juniar?" Verek Felix sedikit membeliakkan matanya.

"Kalian sungguh penuh dengan welas asih…" sambung Rodrigo Wisanto.

"Biarkan saja polisi yang mengadili mereka. Kami hanya ingin hidup tenang dan berkonsentrasi pada kebahagiaan kami," ujar Maxy Junior santai. Natsumi Kyoko, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana kembali menganggukkan kepala mereka.

"Apa reaksimu ketika bertemu dengan Mary Juniar lagi, Maxy Junior?" tanya Shunsuke Suzuki sedikit merasa penasaran kali ini.

"Bagaimanapun juga, dia tetaplah adik angkatku, Shunsuke. Aku tetap akan menjaganya layaknya seorang abang yang menjaga adiknya. Namun, mungkin akan butuh waktu lama bagiku untuk memaafkannya. Jadi, untuk sementara aku kira aku akan tinggal di apartemenku dulu. Aku tak mau tinggal di rumah besar itu dulu. Kalau ketemu dengannya, palingan hanya tegur sapa begitu saja. Mana mungkin aku bisa dekat dan akrab dengannya seperti dulu lagi."

"Dan Sean juga akan bereaksi begitu ketika bertemu lagi dengan Wilona Jeanette Liangdy itu?" tanya Shunsuke Suzuki beralih ke Sean Jauhari.

Sean Jauhari mengangguk mantap. "Iya… Dan satu keuntungan bagiku adalah Wilona Jeanette itu bukan siapa-siapaku. Ketika bertemu dengannya nanti, mungkin hanya akan tegur sapa. Aku takkan mengajaknya bicara lagi. Terus terang saja, aku sangat sulit memaafkan perbuatannya yang waktu itu kepada Kimberly, apalagi perbuatannya yang sekarang."

Kimberly Phandana dan Natsumi Kyoko hanya tersenyum simpul. Tangan terangkat dan sedikit mengusap-usap tangan kedua pangeran pujaan mereka.

"Kemungkinan mereka akan dijadikan tahanan rumah. Tadi kami sempat mengobrol-ngobrol dengan Pak Kepsek. Pak Kepsek bilang Ibu Liana, ibu Maxy Junior, juga sudah memutuskan akan bernegosiasi dengan pihak kepolisian sehingga Wilona Jeanette dan Mary Juniar akan menjalani masa hukuman mereka di rumah saja karena itu masih tergolong kejahatan remaja."

"Sebenarnya sudah bisa dikategorikan kejahatan pidana, tapi tahulah sendiri… Ibuku kan bisa menyulap apa yang ada menjadi tidak ada, apa yang tidak ada menjadi ada." Maxy Junior tersenyum skeptis.

"Biarkan saja deh, Sayang… Kan dia sudah menerima ganjarannya. Sekarang seisi sekolah tahu siapa Mary Juniar yang sesungguhnya. Aku rasa ke depannya jika ia hendak berbuat macam-macam pada kita, dia akan berpikir dua tiga kali lagi," tukas Natsumi Kyoko lemah lembut.

Maxy Junior menganggukkan kepalanya dan mempererat pelukannya terhadap sang bidadari cantik.

"Dia bahkan takkan berani lagi berbuat apa-apa kepada kalian aku rasa," sambung Thobie Chiawan.

"Berapa lama ya masa tahanan rumah kayak gini?" Shunsuke Suzuki terlihat sedikit mengernyitkan keningnya.

"Entahlah… Tadi dari obrolan kami dengan Pak Kepsek, sepertinya akan sampai satu tahun. Jadi, sampai kita semua tamat SMA nanti, kita takkan bertemu dan melihat kedua orang itu di sekolah lagi," jawab Verek Felix.

Teman-teman yang lain hanya mangut-mangut. Pembicaraan selanjutnya meliputi rencana liburan akhir tahun mereka dan rencana acara perpisahan mereka di penghujung tahun ajaran nanti.

***

Martin Jeremy menjenguk abang sulungnya pada malam harinya. Karena Natsumi Kyoko harus pulang sebentar ke rumah, kini giliran Martin Jeremy yang mendorong kursi roda abang sulungnya berkeliling-keliling di taman samping bangunan rumah sakit. Satu jam mereka berkeliling-keliling, akhirnya Martin Jeremy mendorong kembali kursi roda si abang sulung ke kamar rawat inapnya. Tampak Kimberly Phandana yang tengah menyuapi sang pangeran pujaan hati.

Pasangan Sean Jauhari dan Kimberly Phandana hanya melemparkan sebersit senyuman dan sedikit menundukkan kepala mereka tatkala mereka bertemu dengan adik bungsu Maxy Junior.

"Kami ada beli beberapa roti tadi di toko roti samping rumah sakit. Makanlah…" kata Maxy Junior menawari pasangan tersebut beberapa roti dalam beberapa varian rasa.

"Thanks, Maxy… Thanks, Martin…" ujar Sean Jauhari dengan sebersit senyuman simpul.

Kimberly Phandana berdiri dan menerima bungkusan roti tersebut dari tangan Martin Jeremy. "Thanks very much, Maxy, Martin…"

"Kapan kalian akan keluar dari rumah sakit ini?" tanya Martin Jeremy.

"Mungkin besok pagi… Luka-lukanya belum semuanya mengering. Tadi sore Dokter sudah membuka perban, mengoleskan krim luka bakar yang baru dan mengganti perban yang baru." Kimberly Phandana memberikan sedikit penjelasan singkat, dan terus menyuapi sang pangeran tampannya.

Martin Jeremy mangut-mangut.

"Dan setelah keluar dari sini, kau akan langsung ke apartemenmu, Bang Maxy Junior?" tanya Martin Jeremy sembari tersenyum santai.

"Tentu saja… Oleh sebab itulah, aku minta tolong kau bawakan beberapa setel pakaian dan undies-ku ke sini kan? Sisa barang-barangku yang lain, ada waktuku nanti, baru aku ke rumah besar dan bereskan mereka."

"Jika dia tahu keputusanmu ini, dia pasti akan uring-uringan. Sasarannya adalah barang-barang di rumah dan beberapa pembantu. Aku harus kunci pintu kamarku ketika aku tak ada di rumah. Jika tidak, silap-silap barang-barang dalam kamarku bisa turut menjadi korban." Martin Jeremy meledak dalam tawa renyahnya. Maxy Junior hanya tersenyum simpul.

"Kali ini perbuatannya sungguh tidak bisa kumaafkan. Ketika dia marah, dia boleh melakukan apa pun padaku; aku takkan marah. Namun, ini dia menjadikan Natsumiku sebagai sasaran. Dia ingin menghancurkan Natsumiku tepat di depan mataku, dia ingin memusnahkan seseorang yang begitu kupedulikan dan yang menjadi sumber kebahagiaanku. Aku sungguh-sungguh tidak bisa memaafkannya."

"Ya… Aku bisa mengerti, Bang Maxy Junior… Terus terang saja… Aku sendiri juga terkejut begitu lampu kristal hias berat itu terjatuh. Aku lebih terkejut lagi kalian berdua langsung menerjang ke tengah panggung menyelamatkan dua Cinderella kalian tanpa berpikir panjang. Untuk beberapa menit pasca kejadian, aku sendiri juga shocked tanpa tahu apa yang harus diperbuat. Kalian berani sekali…"

Maxy Junior dan Sean Jauhari hanya meringis mendengar pujian Martin Jeremy terhadap mereka.

"Tunggu sampai kau menemukan cewek yang menjadi sandaran hatimu, Martin," celetuk Sean Jauhari lembut.

"Pada saat itu, kau akan mengerti apa yang kami rasakan dan aku rasa kau bahkan bisa berbuat lebih dari yang kami perbuat kemarin…" sambung Maxy Junior.

Martin Jeremy tersenyum simpul. Detik-detik berikutnya lagi-lagi dilewatkan mereka dengan membahas mengenai rencana beberapa kegiatan ke depannya dan rencana liburan akhir tahun.