Tangan sang pangeran tampan mengelus-elus kepala hingga punggung sang putri pujaan hati.
"Mungkin kau tidak sedang menghirup aroma tubuhku, melainkan sedang menghirup aroma cinta yang kupancarkan untukmu, Honey…" bisik Sean Jauhari lemah lembut. "Tidurlah… Ketika jam makan siang nanti, aku akan membangunkanmu."
Kimberly Phandana menganggukkan kepalanya. Mulai terasa tubuhnya semakin ringan dan santai. Akhirnya dirinya pun jatuh terlelap ke dalam alam tidur yang nyenyak, tenang dan panjang. Bahkan ketika Pak Thomas Hafiz dan Nyonya Irawaty datang berkunjung satu jam kemudian, dia tetap terlelap dalam pelukan sang pangeran tampan dan sama sekali tidak menyadari kehadiran kedua calon mertuanya.
"Wah… Benaran Kimberly menjagamu terus sepanjang malam." Nyonya Irawaty tampak tersenyum simpul. Sean Jauhari hanya mengangguk sembari tersenyum cerah.
"Dia pasti khawatir sekali dan tidurnya semalaman tidak nyenyak," sambung Pak Thomas Hafiz.
Sean Jauhari tetap tersenyum cerah dengan tangannya yang masih membelai-belai kepala hingga punggung sang putri pujaan hati.
"Dia benaran mencintaimu, Sean. Di usia kalian yang baru belasan ini, kalian sudah saling menemukan dan saling mencintai seperti ini – lima tahun lebih cepat dari Mom dan Dad dulu," tukas Nyonya Irawaty.
"Kau juga sangat berani dalam melindungi cewek yang kaucintai, Sean. Walau kau sempat membuat jantung kami hampir berhenti berdetak, Dad bangga padamu. Dad akan belajar lebih banyak lagi darimu dalam melindungi wanita yang Dad cintai." Pak Thomas Hafiz melingkarkan tangannya ke bahu Nyonya Irawaty secara protektif sambil memancarkan sebersit senyuman cerah.
Nyonya Irawaty hanya tersenyum menawan sambil mengelus-elus tangan sang suami. Mendadak kain pembatas ditarik oleh Natsumi Kyoko dari sekat ruangan sebelah. Tampaklah kini Maxy Junior dan Natsumi Kyoko di depan mata Pak Thomas Hafiz dan Nyonya Irawaty.
"Sean memang berani sekali, Paman. Dia yang berteriak kepadaku supaya cepat-cepat menerjang ke tengah panggung dan menyelamatkan mereka berdua," celetuk Maxy Junior dengan sebersit senyuman menawan.
"Maxy Junior juga berani sekali, Mom, Dad… Yang pertama kali menyadari lampu hias itu mulai bergerak tidak wajar adalah dia. Saat itu aku berpikir benaran kami tidak memiliki opsi yang lain lagi. Kami hanya bisa berlari menerjang ke arah tengah panggung dan menyelamatkan kedua putri pujaan kami ini." Terlihat Sean Jauhari tetap mempertahankan senyuman cerahnya.
Natsumi Kyoko juga terlihat duduk di atas tempat tidur sang pangeran tampan. Tampak sang pangeran tampan yang juga sedang duduk di atas tempat tidur. Natsumi Kyoko terlihat sedang bersandar ke dada sang pangeran tampan yang bidang bedegap.
"Kalian berdua sama saja… Kalian benar-benar tengah dimabuk cinta sehingga berani sekali melakukan apa pun untuk menyelamatkan cewek yang kalian cintai…" tukas Pak Thomas Hafiz.
"Jadi bagaimana dengan Wilona Jeanette dan Mary Juniar itu? Bagaimana rencana kalian terhadap mereka?" Nyonya Irawaty mengajukan pertanyaan ini seraya sedikit menghela napas panjang.
"Kok jadinya ke kami, Mom? Bukankah keputusan ada di tangan polisi yang menyelidiki kasus ini?" tanya Sean Jauhari sedikit bingung.
"Ibu Liana, ibu dari Maxy Junior ini, berusaha bernegosiasi dengan kami tadi pagi." Pak Thomas Hafiz menceritakan seluk-beluknya secara terus terang saja. "Kami sudah menangguhkan tuntutan kami terhadap Mary Juniar dan Wilona Jeanette tadi pagi mengingat kalian berdua juga sudah siuman dan sudah baikan. Ibu Liana ada meminta supaya perbuatan Wilona Jeanette dan Mary Juniar dimaafkan sehingga mereka tidak perlu sampai dijebloskan ke dalam penjara, cukup hanya menjadi tahanan rumah karena ini masih tergolong kejahatan remaja."
"Jadi aku dan Daddy putuskan saja itu kembali lagi kepada kalian berdua. Kalian berdua sudah mulai memasuki dunia orang dewasa dan kalian sudah bisa memutuskan sesuatu dengan bijak. Kalian berdua juga adalah korban langsung dari perbuatan Wilona Jeanette dan Mary Juniar. Jadi, apabila kalian melayangkan tuntutan kalian, otomatis kasus ini akan diteruskan ke pengadilan. Apabila kalian menghentikan tuntutan ini, otomatis mereka hanya akan menjadi tahanan rumah." Nyonya Irawaty melanjutkan penjelasan sang suami.
Maxy Junior dan Sean Jauhari mangut-mangut mendengarkan penjelasan dari orang tua Sean Jauhari. Tampak Sean Jauhari dan Maxy Junior saling berpandangan sesaat.
"Mungkin tidak bisa kami putuskan sekarang, Paman, Bibi…" kata Maxy Junior hati-hati.
Sean mengangguk menyetujui. "Iya, Dad, Mom… Akan kami rundingkan terlebih dahulu…"
"Tak apa-apa… Dad dan Mom hanya ingin kalian tahu bagaimana perkembangan kasus ini sekarang," sahut Pak Thomas Hafiz.
"Kini setelah berpikir dengan kepala dingin dan hati tenang, sedikit banyak Mom bisa mengerti mereka sampai bisa melakukan hal tersebut adalah karena mereka terlalu mencintai dan menyayangi kalian. Namun, lagi-lagi masalah perasaan sungguh tidak bisa dipaksakan, jadi Mom dan Dad memutuskan menyerahkan keputusan permasalahan kasus ini ke tangan kalian berdua," ujar Nyonya Irawaty menutup argumentasinya.
Maxy Junior dan Sean Jauhari mangut-mangut mendengarkan penuturan Nyonya Irawaty.
"Oke deh… Aku rasa kita sekarang sudah boleh angkat kaki dari sini. Sudah ada yang bisa menjaga Sean kita dengan baik. Ada Kimberly di sini aku merasa lebih lega." Pernyataan Nyonya Irawaty ini membuat wajah dan kedua telinga anak semata wayangnya kontan jadi semerah delima.
"Iya… Aku rasa juga begitu… Selepas masa SMA ini, sebaiknya kaunikahi Kimberly ini saja, Sean. Dad dan Mom sama sekali tidak berkeberatan," timpal Pak Thomas Hafiz.
Wajah dan kedua telinga Sean Jauhari memerah lagi, menjadi semerah buah delima. Maxy Junior dan Natsumi Kyoko tergelak dalam tawa geli mereka.
"Dad… Mom… Itu bisa kita bicarakan nantinya…" kata Sean mengelus-elus kepala belakangnya.
"Tidak ada salahnya dibicarakan sekarang kan? Jangan nanti kau keterlepasan dan tidak bisa mengendalikan diri, kau merenggut keperawanan Kimberly dan merusak nama baiknya. Nanti kedua orang tuanya datang ke rumah menuntut pertanggungjawaban ini itu, Dad dan Mom yang merasa malu." Pak Thomas Hafiz terus saja meledek dan menggoda anak semata wayangnya.
"Oh, Dad… Apakah aku segencar itu?" Sean Jauhari sedikit protes dengan argumentasi sang ayah.
Maxy Junior meledak dalam tawa renyahnya. Natsumi Kyoko hanya menundukkan kepalanya dan tersipu malu.
"Memang itu rencanamu kan? Rencanamu selepas masa SMA ini, kau akan langsung menikahi Kimberly. Bukankah rencana Maxy Junior juga seperti itu, akan langsung menikah selepas masa SMA ini?" tantang Nyonya Irawaty dengan gaya santai.
Maxy Junior terpaksa mengangguk mengiyakan.
"Iya, Bibi… Aku memang berencana akan melamar Natsumi setelah kami tamat SMA nanti."
Natsumi Kyoko terlihat masih sedikit menundukkan kepalanya dan tersipu malu.
"Iya… Nggak ada salahnya juga sih menikah muda… Kalian-kalian ini sudah dekat bukan main bahkan sudah main peluk-pelukan dan main tidur-tiduran di ranjang yang sama. Kalau Granddad dan Grandma melihat posisi kalian seperti sekarang ini, mereka pasti akan sudah marah besar dan mengumpat-umpat," kata Pak Thomas Hafiz Jauhari. Nyonya Irawaty Jauhari meledak dalam tawa renyahnya mendengar candaan sang suami.
"Astaga, Dad… Masalah pernikahan akan kita bicarakan saja nanti deh…" Sean Jauhari sungguh tidak bisa menahan gejolak rasa malu yang bergelora ke permukaan.
"Oke deh… Kami cabut dulu, Sean, Maxy Junior, Natsumi… Have a nice day…" Nyonya Irawaty mulai beranjak dari tempat duduknya.