"Tadi kau baru saja memindahkan Sean Jauhari itu ke kamar rawat inap biasa kan?" tanya seorang dokter yang lebih senior kepada si rekan sejawatnya.
"Iya…" jawab si rekan sejawatnya singkat, jelas, padat, berisi. Namun, terlihat dahinya yang sedikit berkerut.
"Dia sudah baikan?"
"Justru itulah yang aneh… Kemarin sewaktu aku mengoperasinya, darah yang mengental itu banyak sekali. Meski sudah kubersihkan semuanya, aku rasa setidaknya dia membutuhkan waktu sampai satu minggu ke depan untuk bisa pulih seperti sedia kala. Ini kok dia cepat sekali sembuhnya? Tadi kulihat dia bahkan bisa berjalan sendiri turun dari tempat tidurnya dan duduk di kursi rodanya loh…"
Si dokter senior juga terlihat mengernyitkan dahinya.
"Hah? Kau yakin? Dia tertimpa lampu hias kristal yang beratnya ratusan kilo itu kan?"
"Iya loh… Seharusnya dia butuh setidaknya satu minggu baru bisa pulih kan? Ini tadi pagi sudah bisa berjalan, bisa berbicara, tertawa, dan bahkan sudah bisa berpacaran dengan manis nan romantis."
Si dokter senior terdiam setelah itu. Si rekan sejawat juga membisu seribu bahasa. Sedikit keanehan dan kejanggalan mengeriap dalam benak pikiran keduanya.
Dengan demikian, Sean Jauhari pun dipindahkan ke kamar rawat inap yang sama dengan Maxy Junior Tanuwira.
"Aku ingin buang air kecil, Honey…" tukas Sean Jauhari dan tentu saja mengejutkan sang kekasih pujaan hati.
Natsumi Kyoko yang sedang menyuapi Maxy Junior di belahan kamar sebelah mereka tentu saja mendengar kata-kata Sean Jauhari dan sedikit tersenyum geli.
"Hah? Mau kencing sekarang?" Kimberly Phandana merasa sedikit gugup.
"Iya… Aku banyak minum kan? Ini aku sesak buang air kecil loh…" kata Sean Jauhari memandangi kekasih pujaan hati sembari mengulum senyumannya. "Atau kalau kau merasa merepotkan, aku bisa minta mereka pasang kateter saja."
"Tidak usah… Kan aku bilang aku yang akan membantumu buang air kecil atau buang air besar tadi…" sahut Kimberly Phandana cepat.
Membiarkan suster-suster genit itu memasang kateter dan mengizinkan mereka memegang-megang benda yang tidak seharusnya mereka pegang? Yang benar saja… Hati nurani Kimberly Phandana berteriak nyaring.
Kimberly Phandana memapah sang pangeran tampan masuk ke kamar mandi. Pintu ditutup secara perlahan. Natsumi Kyoko mengalihkan perhatiannya ke Maxy Junior sekarang,
"Tadi sewaktu aku pulang, pasti kau mengajari Sean yang tidak-tidak kan, Maxy Sayang?" Tampak Natsumi Kyoko sedikit memajukan sepasang bibirnya ke depan.
Maxy Junior tampak meringis lebar.
"Kalian laki-laki sama saja… Selalu ingin mencari kesempatan dalam kesempitan terhadap kami para perempuan…" Natsumi Kyoko terdengar sedikit menggerutu.
"Hanya terhadap perempuan yang benar-benar kami sayangi dan kami cintai, Periku," kata Maxy Junior melingkarkan tangannya ke pinggang sang bidadari cantik dan menariknya sehingga tubuh sang bidadari cantik semakin mendekat sekarang.
"Makan saja pun harus kali aku duduk sedekat ini denganmu, Sayang?" tukas Natsumi Kyoko lembut.
"Kalau tidak dekat-dekat denganmu, aku tidak bisa menelan makanan ini. Makanan rumah sakit ini kebanyakan hambar rasanya."
Natsumi Kyoko hanya meringis lembut dan kembali memasukkan sesuap demi sesuap bubur ayam ke dalam mulut sang pangeran tampan.
"Aaahh…!!" Kimberly Phandana juga memekik nyaring karena terpegang olehnya suatu batang besar yang belum seharusnya ia pegang.
"Tidak apa-apa, Honey… Kau akan terbiasa dengan benda itu suatu saat nanti…"
"Tapi kan sekarang aku belum terbiasa…" kata Kimberly Phandana cepat-cepat memakaikan kembali celana sang pangeran tampan. Karena kemarin sang pangeran tampan baru saja menjalani operasi, tentu saja sampai detik ini dia tidak mengenakan dalaman apa pun.
"Anggap saja sekarang kau latihan, Honey…" Tampak Sean Jauhari kini menggenggam erat kedua belahan pipi sang kekasih pujaan hati dan menatapnya penuh cinta dan kerinduan.
Satu ciuman mesra didaratkan sang pangeran tampan ke bibir sang kekasih pujaan hati. Sang pangeran tampan sedikit mengulum dan melumat sepasang bibir yang tipis, mungil, imut menggemaskan.
"Kau tahu tidak, Honey? Tidak sembarangan cewek bisa melihat benda milikku itu, apalagi sampai memegangnya…" kata Sean Jauhari sedikit menyeringai nakal.
"Aku tidak sengaja, Sayang…" Rona merah menyelimuti kedua belahan pipi sang kekasih pujaan hati.
"Biarpun kau tidak sengaja, sudah terpegang olehmu benda milikku itu kan? Kau tahu tidak…? Yang sudah melihat dan memegang benda itu harus menjadi milikku…" Sean Jauhari menatap lurus-lurus kedua bola mata sang kekasih pujaan hati.
"Hah? Sekarang…?" Kedua bola mata sang kekasih pujaan membelalak seketika.
Sean Jauhari meledak dalam tawa gelinya. "Aku hanya bercanda, Honey…"
Kimberly Phandana sedikit bernapas lega.
"Kau begitu cantik, Honey… Dalam dandanan yang simple begini, kau terlihat sangat cantik. Jika saja keadaanku tidak dalam sakit-sakitan begini, aku ingin menciummu lebih lama lagi tadi…"
Kimberly Phandana merona malu. Dia menunduk dan sedikit tersipu.
Kimberly Phandana mulai memapah Sean Jauhari keluar dari kamar mandi. Mata Maxy Junior dan Sean Jauhari saling bertemu pandang sekilas. Sean Jauhari mengedipkan sebelah mata dan mengacungkan jempolnya kepada Maxy Junior. Maxy Junior hanya menganggukkan kepala dan sedikit meringis nakal. Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana berada pada posisi saling membelakangi sehingga mereka tidak menyaksikan permainan apa yang tengah terjadi di antara kedua pangeran tampan mereka.
Kimberly Phandana membaringkan kembali sang pangeran tampan ke tempat tidurnya. Dia sendiri duduk di tepian ranjang dan terlihat mulai mengantuk.
"Kau pasti tidak tidur nyenyak kemarin malam, Honey…"
"Aku terus menjagamu di ruangan ICU itu sampai aku sendiri juga tertidur. Herannya kok si suster jaga itu tidak membangunkan aku dan menyuruhku menunggu di luar ya?" Tampak Kimberly Phandana sedikit merenung.
"Mungkin mereka tahu kau sedang menjaga sang pangeranmu dan tidak boleh diganggu," ujar Sean Jauhari lembut.
Kimberly Phandana hanya tersenyum manis. Kembali ia terlihat menguap beberapa kali dengan mata yang sedikit berair.
"Kau benaran tidak tidur nyenyak kemarin, Honey… Ayo… Tidur di sini saja… Sekarang kau bisa tidur nyenyak dan aku yang akan menjagamu."
Kimberly Phandana kembali merona malu. Sang pangeran tampan menarik tangannya lembut dan menaikkannya ke atas tempat tidur. Sejurus kemudian, sudah tampak Kimberly Phandana terlelap di atas tempat tidur, merebahkan kepalanya di atas dada bidang bedegap sang pangeran tampan. Wewangian tubuh sang pangeran tampan yang fresh dan maskulin sungguh membuat sekujur tubuh sang kekasih pujaan hati terasa santai nan ringan.
"Heran aku… Wewangian tubuhmu masih jelas terasa padahal sejak kemarin siang sampai sekarang kau belum mandi, Sayang…" celetuk Kimberly Phandana santai, kini dengan wajah damai dan mata yang terpejam erat.
Tangan sang pangeran tampan mengelus-elus kepala hingga punggung sang putri pujaan hati.