Liana Fransisca Sudiyanti membuang pandangannya ke arah lain. "Belum saatnya, Maxy Junior."
"Kau yakin kau akan memberitahuku jika saatnya sudah tiba?" desis Maxy Junior sembari menyipitkan matanya.
"Tentu saja, Maxy Junior… Kehadiranmu membawa makna tersendiri bagi keluarga Tanuwira ini. Kehadiranmu memiliki arti yang dalam, dan juga membawa peranan yang sedemikian penting sampai-sampai keluarga Tanuwira ini takkan menjadi seperti yang sekarang andaikan waktu itu aku tidak membawamu pulang. Jadi, jangan berpikir karena kau bukanlah darah asli keluarga Tanuwira ini, aku tidak pernah menyayangimu. Jangan pernah berpikir seperti itu, Anakku…"
Tangan Liana Fransisca Sudiyanti naik dan membelai-belai wajah si anak sulung.
Dalam kesadaran dan pikiran Maxy Junior sekarang, si ibu angkat ini mendadak berubah menjadi sedemikian misterius sampai-sampai Maxy Junior harus mengakui selama ini rupanya dia belum begitu mengenal jati diri dan kepribadian si ibu angkat ini dengan baik.
"Okelah… Anggap saja aku mempercayaimu untuk kesekian kalinya…" ujar Maxy Junior dengan sebersit senyuman simpul.
Maxy Junior tidak berniat meneruskan pembahasan mereka ke soal Kendo Suzuki dan keluarga lelaki selingkuhan si ibu angkat. Oleh sebab itu, dia kembali bertanya soal Mary Juniar kepada si ibu angkat.
"Jadi apa yang akan kaulakukan kepada Mary Juniar? Jelas-jelas dia memang bersalah. Aku menduga dia telah membayar orang untuk menjatuhkan lampu hias kristal berat itu. Tinggal tunggu waktu saja polisi akan menemukan bukti-bukti kesalahannya dan mereka akan meringkusnya."
"Mungkin aku bisa bernegosiasi dengan pasutri Jauhari itu supaya Mary Juniar tidak dipenjarakan. Ini bisa dibilang masih tergolong kejahatan remaja. Masih bisa ditoleransi. Tidak perlu sampai Mary Juniar dipenjarakan bukan? Cukup hanya dengan status tahanan rumah."
"Sean temanku itu sampai detik ini masih berada dalam ruangan operasi berjuang di antara hidup dan mati. Kau kira kedua orang tua Jauhari akan dengan mudah menelan negosiasimu begitu saja? Kau kira kau sedang menjual salah satu produk Beauty & Me kepada mereka?" ujar Maxy Junior sedikit ketus dan sinis.
"Aku akan menyembuhkan anak mereka malam ini juga, Maxy Junior…" kata Liana Fransisca Sudiyanti santai.
"Kau bisa?" tanya Maxy Junior sama sekali tidak menunjukkan keterkejutan apa pun.
"Tentu saja… Dengan sembuhnya Sean, itu akan mempermudah negosiasiku dengan kedua orang tuanya sehingga Mary Juniar mungkin masih bisa diselamatkan dari hukuman penjara."
"Terserah kau deh…" ujar Maxy Junior tanpa ekspresi. Dia juga tidak berniat terlalu meremehkan kemampuan dan kekuatan si ibu angkat. Si ibu angkat ini memang penuh dengan misteri dan tanda tanya. Siapa pun tak bakalan bisa menebak apa-apa saja yang sanggup ia lakukan.
Maxy Junior selesai makan. Dia setengah merebahkan dirinya ke tempat tidur dan mulai menyibukkan diri dengan ponselnya.
"Kau chat gadis itu lagi?"
"Siapa?"
"Gadis yang kautolong tadi siang tentu saja…"
"Iya…" jawab Maxy Junior singkat ala kadarnya. Dia masih terlihat sibuk mengetik-ngetik sesuatu pada ponselnya. Sesekali akan terlihat dia senyam-senyum sendiri begitu Natsumi Kyoko membalas pesannya.
"Kapan kau akan keluar dari rumah sakit, Maxy Junior?" tanya Liana Fransisca Sudiyanti.
"Mungkin besok sore… Tergantung luka bakar ini cepat mengering atau tidak. Kalau besok sudah kering semuanya, dokter pasti mengizinkanku pulang," tukas Maxy Junior santai.
"Oke deh… Kau sudah mulai sibuk chatting ya dengan sang putri pujaan hatimu. Aku takkan berlama-lama di sini lagi mengganggumu."
Liana Fransisca mengulum senyumannya dan beranjak dari tempat duduknya. Dia mulai berjalan ke arah pintu.
"Hati-hati di jalan…" ujar Maxy Junior singkat ala kadarnya lagi.
Senyuman cerah merekah mendekorasi wajah Liana Fransisca Sudiyanti yang cantik jelita. "Terima kasih, Maxy Junior…" katanya sesaat sebelum membuka pintu kamar rawat inap anak sulungnya dan keluar.
***
Malam berlalu. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan kurang lima belas menit ketika mendadak Natsumi Kyoko membuka pintu kamar rawat inap sang pangeran tampan. Dia mengendap-endap masuk ke dalam kamar. Dilihatnya sang pangeran tampan sudah terlelap dengan ponsel masih berada di atas dadanya. Natsumi Kyoko tersenyum hangat melihat paras wajah sang pangeran tampan yang nirmala tanpa cacat. Bahkan dalam keadaan terlelap pun, Maxy Junior tetap terlihat tampan.
Ya Tuhan… Bagaimana mungkin manusia yang sesempurna ini akhirnya bisa menjatuhkan pilihannya kepadaku? Bagaimana mungkin aku seberuntung ini bisa bersama-sama dengan manusia yang sesempurna ini? Terkadang aku hampir tidak bisa mempercayai ini adalah kenyataan, bukan mimpi… Terdengar hati nurani Natsumi Kyoko yang bersenandung.
Terdengar juga napas sang pangeran tampan yang lembut nan teratur. Natsumi Kyoko melangkah pelan ke kamar mandi. Dia sudah membawa baju ganti. Dalam sekejap, dia sudah berganti pakaian menjadi pakaian piama yang biasa dia pakai waktu tidur. Dengan pelan sekali, dia mulai merangkak naik ke atas tempat tidur sang pangeran tampan. Tentu saja sepelan apa pun Natsumi Kyoko naik ke atas ranjang, tempat tidur itu akan berguncang dan langsung membangunkan sang pangeran tampan.
Maxy Junior sedikit terhenyak mendapati Natsumi Kyoko sudah berada di atas tempat tidurnya dan sudah berpakaian piama lengkap.
"Kenapa kau bisa berada di sini, Periku? Bukankah tadi kau sudah pulang?" Maxy Junior mengerjap-ngerjapkan matanya memastikan yang ada di depannya kini memang benar-benar adalah bidadari cantiknya.
"Aku khawatir padamu. Tengah malam nanti bagaimana kalau kau ingin buang air kecil atau buang air besar? Aku memutuskan menginap di sini saja menemanimu… Boleh kan?" Terlihat sang bidadari cantik menyeringai lebar.
Maxy Junior semakin tidak tahan dengan raut wajah sang bidadari cantik yang menggemaskan. Dia kontan mendaratkan satu ciuman mesra ke bibir sang bidadari cantik yang imut, tipis, mungil, seksi nan menggemaskan.
"Bagaimana dengan orang-orang rumahmu, Periku? Kau tidak takut ibumu akan memarahimu dan memberimu hukuman-hukuman yang tidak manusiawi lagi?" bisik Maxy Junior lemah lembut di telinga Natsumi Kyoko.
"Aku keluar diam-diam dari jendela kamarku. Besok pagi-pagi aku akan pulang dan masuk dari jendela lagi…" Masih terlihat sang bidadari cantik menyeringai nakal.
"Kau yakin kau mau tidur seranjang denganku lagi malam ini? Aku tidak yakin malam ini aku bisa menahannya lagi, Periku…" goda Maxy Junior dengan seringai nakal.
"Bahkan dalam luka-luka bakar yang belum sepenuhnya sembuh ini, kau masih memiliki libido untuk hal itu, Sayang?" Kedua mata Natsumi Kyoko sedikit membesar.