"Aahhkk!!" Terdengar pekikan Natsumi Kyoko karena tidak sengaja terpegang olehnya suatu batang besar yang belum saatnya dia pegang. Dia sedikit mengintip ke bagian depan tubuh sang pangeran tampan dan terlihatlah batang besar yang menjulang tinggi bagai rudal yang sudah siap diluncurkan. Berbagai macam perasaan Natsumi Kyoko bercampur aduk dalam padang sanubarinya dengan darah yang mendesir cepat dan jantung yang berpacu dalam kecepatan tinggi.
Maxy Junior terbahak sejenak. "Periku… Tidak apa-apa loh… Dalam kondisi penuh luka bakar begini, aku tak mungkin bisa mengapa-apakan dirimu kan? Ayo… Pakaikan kembali celanaku dong…"
"Bukan itu… Bukan…" Natsumi Kyoko menepiskan dulu segala macam perasaan yang berkeriap di semenanjung pikirannya. Dia memakaikan kembali celana dalam dan celana sang pangeran tampan dengan rapi. Kemudian dia menuntun sang pangeran tampan kembali ke tempat tidurnya.
"Apa yang kaupikirkan tadi, Periku?" tanya Maxy Junior sambil meraih sang bidadari cantik ke dalam dekapannya. Dia hanya bisa mendekap sang bidadari cantik dengan tangan kanan karena tangan kiri sedang dihubungkan ke jarum infus.
Rona merah delima semakin jelas menyelimuti sekujur wajah sang bidadari cantik. Natsumi Kyoko menunduk malu dan kemudian menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Aku… Aku…" Natsumi Kyoko masih belum berani memberitahukan sang pangeran tampan apa yang ada dalam pikirannya tadi.
"Tidak apa-apa… Aku siap mendengarkan… Jika ada kekurangan pada diriku, aku siap memperbaikinya…" kata Maxy Junior dengan sebersit senyuman menawan menghiasi wajahnya yang tampan maksimal. Dia mengira yang dipikirkan oleh sang bidadari cantiknya adalah sesuatu yang berkaitan dengan kekurangan yang ada pada dirinya.
"Bukan… Bukan kekurangan yang ada pada dirimu loh, Sayang… Dirimu yang sesempurna ini jelas takkan memiliki kekurangan apa-apa di mataku." Natsumi Kyoko menunduk tersipu malu lagi.
Alis Maxy Junior terangkat naik – bingung. "Lalu? Apa itu?"
Mendadak Natsumi Kyoko jadi berbisik-bisik di telinga sang pangeran tampan padahal di dalam kamar rawat inap tersebut hanya ada mereka berdua.
"Apakah… Apakah barang cowok semuanya sebesar itu? Kalau sebesar yang kulihat tadi, pasti akan… akan… akan menyakitkan ketika masuk ke dalam tubuh kami para cewek ini ya…" bisik Natsumi Kyoko lirih, dengan rona merah delima yang sudah menyelangkupi seluruh wajahnya. Bahkan kedua telinganya sudah terasa panas membara sekarang.
Kontan Maxy Junior meledak dalam tawa gelinya. Dia tertawa terpingkal-pingkal melihat sang bidadari cantiknya yang benar-benar polos nan seputih kertas.
"Aku sudah takut dan bingung seperti ini, kau malahan bisa tertawa mengejekku seperti ini, Sayang." Natsumi Kyoko sedikit mengerucutkan sepasang bibirnya dan kemudian memajukannya ke depan.
"Sorry… Sorry… Really really sorry, Periku… Kau benar-benar polos dan itu membuatmu semakin menggemaskan saja." Maxy Junior mencubit lembut hidung sang bidadari cantiknya.
Rona merah delima tampak masih mendekorasi wajah Natsumi Kyoko yang cantik jelita. Tampak kini Maxy Junior membelai lembut wajah sang bidadari cantiknya dan memindahkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah cantik itu.
"Tentu saja ukuran tiap-tiap cowok berbeda, Periku…" bisik Maxy Junior lemah lembut. Sedikit terselip nada bangga dalam pernyataannya yang satu ini.
"Dan punyamu begitu… begitu…" Natsumi Kyoko kembali menundukkan kepalanya dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
"Jangan khawatir, Sayang… Mulanya memang akan terasa sakit. Namun, setelah kau terbiasa dan bisa menyesuaikan diri, aku jamin kau akan sangat menikmatinya," bisik Maxy Junior lemah lembut lagi sembari merengkuh sang bidadari cantik ke dalam dekapannya.
Terlihat kini Natsumi Kyoko merebahkan kepalanya ke bahu sang pangeran tampan.
"Awas saja kalau kau kasar, Maxy Junior… Aku langsung takkan memberimu jatah…" kata Natsumi Kyoko masih dengan wajah yang sedikit cemberut.
Maxy Junior tergelak geli lagi sambil terus membelai-belai kepala dan rambut sang bidadari cantik.
"Aku akan selembut mungkin, Periku… Jangan khawatir…" Maxy Junior merasa geli, lucu, dan hangat pada saat bersamaan. Membicarakan soal malam pertama yang rasa-rasanya masih jauh itu dengan Natsumi Kyoko membuatnya merasa begitu dipercayai, begitu dekat, dan begitu nyaman dengan sang bidadari cantiknya ini.
"Terima kasih ya… Jika kau tidak menolongku tadi, kini aku tidak tahu lagi aku bakalan jadi apa… Aku berutang banyak padamu, Sayang… Kau hadir dalam hidupku tepat pada waktunya, dan selalu membantuku, menolongku kapan pun aku membutuhkannya. Tadi aku benaran takut sekali… Aku benar-benar takut kau akan pergi begitu saja dan selamanya takkan kembali lagi."
"Jangan takut, Periku… Aku akan selalu berada di sisimu. Aku sudah kembali dan sekarang sudah berada di sampingmu."
Perlahan Maxy Junior mengangkat wajah sang bidadari cantiknya. Ia mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang bidadari cantik. Untuk beberapa saat lamanya, bibir keduanya saling melumat, saling mengulum, dan saling bertaut di dalam nada-nada cinta yang melodius, membuai nan tak terdeskripsikan.
"Apakah kau akan mencintaiku selalu?" tanya Maxy Junior dengan napas yang sedikit tersengal. Natsumi Kyoko mengangguk dengan mantap.
"Apakah kau akan mencintaiku selalu?" tanya Natsumi Kyoko seraya sedikit tersipu malu.
"Selalu, Periku… Sampai maut memisahkan kita…"
"Tidak, Sayang… Aku ingin kita meneruskan lagi cinta ini ke kehidupan mendatang. Di kehidupan mendatang aku ingin kau menemukanku di mana pun kita berada. Kau mau berjanji kan, Sayang?"
Maxy Junior tergelak sejenak.
"Kau yakin kau takkan bosan denganku, dari satu kehidupan ke kehidupan selanjutnya asyik berjodoh denganku saja?"
Natsumi Kyoko menggeleng dengan lemah lembut.
"Sampai kita berdua sama-sama lenyap dari alam semesta ini," bisik Natsumi Kyoko selembut mungkin.
Maxy Junior merasakan sebentuk kehangatan misterius, kehangatan yang tidak pernah ia rasakan sepanjang waktu hidupnya, sekonyong-konyong mengeriap nan menyeruak masuk ke dalam relung sanubarinya. Ia mempererat pelukannya terhadap sang bidadari cantik. Ia berjanji pada dirinya sendiri takkan membiarkan apa pun atau siapa pun memisahkan bidadari cantik ini darinya. Ia berjanji pada dirinya sendiri ia akan senantiasa menjaga, melindungi dan mencintai bidadari cantik yang ada di hadapannya ini.
Langit di luar sudah gelap karena waktu sudah menunjukkan pukul tujuh kurang lima menit. Rembulan mulai memunculkan diri. Bintang-bintang juga sudah mulai bermunculan menemani sang rembulan. Terangnya cakrawala malam bersaing gemintang ribuan bintang di hati Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.