Maxy Junior meraih tangan Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko sedikit menundukkan kepalanya, tersipu malu.
"Kau cantik sekali, Periku…" Kalimat itu terlontar dari mulut sang pangeran tampan begitu saja.
"Kau juga sangat tampan, Sayang…" kata Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman lemah lembutnya.
Maxy Junior terus menatap sang Cinderellanya dengan mata tanpa berkedip.
"Jangan terus memandangiku seperti ini, Sayang… Nanti saking gugupnya, langkah-langkah tarianku akan salah…" kata Natsumi Kyoko tersipu malu lagi.
"Aku takkan bosan memandangimu. Aku takkan bosan menghabiskan waktu seumur hidupku terus memandangimu seperti ini." Maxy Junior kemudian meraih sang bidadari cantiknya ke dalam pelukannya.
Dengan lemah lembut, sang bidadari cantik merebahkan kepalanya ke dada bidang sang pangeran. Segalanya menjadi tidak terkatakan, menjadi tidak tergantikan; seolah-olah waktu berhenti di detik itu, hanya ada Maxy Junior dan Natsumi Kyoko di atas dunia ini.
"Kau sungguh cantik sekali, Honey…" Sean Jauhari terus menatap putri pujaan hatinya dari atas kepala hingga ujung kaki.
"Kau juga sangat tampan, Sayang…" Kalimat ini juga terlontar keluar dari mulut Kimberly Phandana secara spontan. Kimberly Phandana terlihat sedikit tersipu malu.
Sean Jauhari tanpa sadar langsung merengkuh sang putri pujaan hati ke dalam pelukannya.
"Kau sungguh cantik sekali, Sayang… Aku takkan bosan jika aku disuruh untuk memandangi wajahmu seumur hidup…" kata Sean Jauhari sembari membelai-belai wajah sang putri pujaan hati yang cantik jelita.
"Kecantikan ini tidaklah abadi, Sayang. Aku harap kau tetap akan bilang aku cantik ketika aku sudah menua dengan keriput di sana sini." Kimberly Phandana kembali tersipu malu.
"Ketampanan ini juga tidaklah abadi, Sayang. Aku harap kau tetap akan bilang aku tampan meski keriput sudah di sana sini dan pada waktu itu aku tidak sekuat dan segagah sekarang lagi." Sean Jauhari terus membelai-belai wajah sang putri pujaan hatinya yang tak bosan-bosan terus dipandanginya dari tadi.
Kimberly Phandana terkekeh kecil.
"Apakah menurutmu kita berdua bisa menua dan meninggal bersama?"
"Kakek dan nenekku sudah tua renta sekarang. Waktu ulang tahun nenekku hari itu, kau sudah bisa mendengarnya sendiri bukan? Mereka berencana akan meninggal bersama nanti."
"Apa itu bisa?" Alis Kimberly Phandana sedikit terangkat.
"Entahlah… Mungkin semacam cinta dan tekad yang kuat yang bisa menjadikan sesuatu yang tidak mungkin itu menjadi mungkin… Alam ini kan penuh dengan rahasia dan misteri yang tidak bisa kita pahami dengan akal sehat, Honey…"
"Kalau begitu, aku jadi sedikit percaya kemungkinan kita pun juga bisa menua dan meninggal bersama." Kimberly Phandana sedikit terkekeh kecil.
Sean Jauhari juga terkekeh kecil. Dia mempererat pelukannya pada putri pujaan hatinya.
"Dengan senang hati, Honey… Jangan tinggalkan aku dengan alasan apa pun, Honey… Apa pun rintangan dan halangan yang ada di depan, kita akan sama-sama menghadapinya. Kau mau berjanji hal ini denganku?"
Kimberly Phandana mengangguk dengan mantap. Dia mendaratkan satu kecupan mesra ke pipi sang pangeran tampan.
Natsumi Kyoko juga tersenyum penuh kelembutan. Dia mendaratkan satu kecupan mesra ke pipi sang pangeran tampan.
"Kau salah tempat lagi, Periku…" Tampak wajah sang pangeran tampan sedikit cemberut.
Natsumi Kyoko celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan. Setelah memastikan di sekeliling mereka tidak ada siapa-siapa, barulah ia berani mendaratkan satu kecupan mesra ke bibir sang pangeran tampan.
Senyuman merekah mendekorasi wajah Maxy Junior dan Sean Jauhari yang tampan nirmala.
Asa bahagia menyeruak ke relung-relung perasaan kedua pasangan tersebut.
***
Para hadirin bertepuk tangan ketika nama Maxy Junior, Natsumi Kyoko, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana diucapkan oleh sang MC.
Terlihat Maxy Junior dan Sean Jauhari berjongkok di depan lantai dansa, yang terletak di tengah-tengah gedung auditorium tersebut. Mereka mulai mengeluarkan sepasang sepatu kaca yang memang khusus dipesan dan dibuat untuk kedua Cinderella mereka. Hadirin bertepuk tangan dan bersorak riuh lagi tatkala Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana mengenakan sepatu kaca mereka. Kini saatnya Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana menunjukkan kebolehan mereka dalam dansa solo mereka sebelum akhirnya kedua pangeran akan bergabung dengan Cinderella mereka masing-masing.
Mary Juniar sudah berkomunikasi dengan tiga anak buah yang sudah menanti di atas langit-langit gedung auditorium. Begitu ia memberikan perintah, ketiga anak buah tersebut akan melaksanakan tugas mereka dan akan menghilang dari tempat tersebut bagaikan asap. Tampak juga Wilona Jeanette yang sudah bersiap-siap di posisinya.
Waktu yang ditunggu-tunggu oleh Mary Juniar akhirnya datang. Begitu lagu mencapai chorus bagian pertama, gerakan Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana menjadi sedikit lebih cepat.
Sementara itu, Sean Jauhari yang tidak sengaja menengadahkan kepalanya ke atas, juga mulai mengernyitkan dahi karena tertangkap oleh kedua bola matanya lampu hias kristal besar di atas itu mulai berguncang hebat. Mata Maxy Junior yang tidak sengaja berputar ke atas juga menangkap pergerakan lampu hias kristal besar yang mulai tidak wajar.
Lagu masih berputar-putar di bagian chorus yang pertama. Gerakan Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana masih cepat dan ligat. Terlihat kini posisi keduanya sudah berada di tengah-tengah lantai dansa, persis di bawah lampu hias kristal besar tersebut.
Wilona Jeanette menganggukkan kepalanya begitu ia mendapatkan kode mata dari Mary Juniar. Dia menunggu beberapa detik sampai ada seorang pelayan yang lewat di depannya membawa piring-piring kotor ke bagian belakang gedung auditorium tersebut. Dia menyandung kaki si pelayan. Tentu saja si pelayan jatuh terjerembab ke depan. Piring-piring kotor jatuh ke lantai dan menimbulkan sedikit kegaduhan. Tubuh si pelayan juga menimpa minuman yang ada di atas meja. Minuman jus tersebut tumpah dan mulai menggenangi lantai dansa.
Melihat pergerakan lampu hias kristal yang tidak wajar, dan kini melihat minuman jus yang menggenangi lantai dansa, tentu saja otak Maxy Junior dan Sean Jauhari berputar dengan cepat. Dalam waktu hanya beberapa detik, mereka menyadari mereka tak lagi punya pilihan lain. Dalam waktu hanya beberapa saat, kedua pangeran menyadari mereka hanya memiliki satu-satunya pilihan. Oleh sebab itu, mereka menerjang ke lantai dansa, ke tempat di mana kedua Cinderella mereka sedang menari.
"Hentikan, Natsumi!"
"Jangan menari lagi, Kimberly!"
Pas pada saat yang bersamaan, Mary Juniar memberi perintah kepada ketiga anak buah yang ada di atas langit-langit. Ketiga anak buah melepaskan cantolan katrol pada lima titik gantung lampu hias kristal besar itu. Tak ayal lagi, lampu hias kristal besar dengan berat ratusan kilo jatuh ke bawah. Para hadirin berteriak tegang.
Dengan secepat kilat, kedua pangeran berlari menerjang ke tempat kedua Cinderella mereka sedang berdiri. Dengan kuat, kedua pangeran mendorong jauh kedua Cinderella mereka. Sudah bisa ditebak tragedi apa yang terjadi di detik-detik berikutnya. Lampu hias kristal besar dengan berat ratusan kilo langsung jatuh menimpa tubuh Maxy Junior dan Sean Jauhari yang berdiri di tengah-tengah lantai dansa itu. Terjadi juga korsleting antara listrik lampu hias kristal besar dengan minuman jus yang tadi tumpah dan kini menggenangi lantai dansa.
"Maxy Junior!"
"Sean!"