Mary Juniar berlari-lari kecil sampai ke bagian depan bangunan sekolah.
"Aku membenci kalian semuanya! Aku sangat benci kalian! Aku benci kalian! Maxy Junior! Natsumi Kyoko! Aku akan menghancurkan kalian semuanya!" desis Mary Juniar pada dirinya sendiri dengan sekujur badannya yang bergelugut hebat.
Mary Juniar mulai mengeluarkan ponselnya dan menelepon seseorang.
"Halo, Nona Mary Juniar… Apakah kau berubah pikiran sekarang?" Terdengar sebuah suara di seberang, suara seorang laki-laki kira-kira pertengahan empat puluhan.
"Iya… Aku berubah pikiran. Aku ingin kau melakukannya sekarang juga dan mengeksekusi Natsumi Kyoko Suzuki!" kata Mary Juniar. Timbul sebersit senyuman sinis mengerikan di wajah cantik jelita Mary Juniar.
"Oke… Kau bisa transfer uangnya ke rekeningku sekarang. Beberapa menit kemudian, kupastikan tiga anak buahku sudah akan menyusup ke langit-langit ruangan auditorium sekolahmu itu. Bagaimana?"
"Oke…" kata Mary Juniar memutuskan hubungan komunikasi dengan si pembunuh bayaran itu. Beberapa detik kemudian, tampak dia mengetik-ngetik sesuatu pada ponselnya. Dia transfer uang sebanyak dua puluh lima juta kepada si pembunuh bayaran yang disuruhnya untuk mengeksekusi Natsumi Kyoko Suzuki.
Dia screen shot hasil transfernya dan mengirimkannya ke Line pembunuh bayaran itu. Beberapa detik kemudian, ponsel Mary Juniar berdering lagi. Mary Juniar menjawab panggilan tersebut.
"Katakan padaku jam berapa kau ingin dia mati, Nona Mary Juniar?" Terdengar lagi suara yang sama di seberang.
"Saat pasangan paling romantis diumumkan, mereka akan berdansa di tengah-tengah grand ballroom ruangan auditorium itu. Sang Cinderella akan menari sendirian dulu sebelum sang pangeran masuk dan mereka menari berdua. Saat sang Cinderella menari sendirian itulah, kau akan menyuruh ketiga anak buahmu itu untuk melaksanakan tugas mereka dengan baik dan jangan sampai meninggalkan jejak apa pun. Kau mengerti kan?"
Suara di seberang sedikit tertawa renyah.
"Jangan khawatir, Nona Mary Juniar… Kami ini para pembunuh profesional. Kupastikan kau takkan kecewa telah menggunakan jasa kami."
"Bagus… Itu yang kuharapkan… Aku akan mencuri dulu jadwal acaranya dan akan kukirim fotonya ke Line-mu nanti."
Mary Juniar kembali memutuskan hubungan komunikasi. Dengan sepasang matanya yang mendelik tajam, Mary Juniar kembali bersenandika terhadap dirinya sendiri,
Jangan salahkan aku telah mengakhiri hidup malaikat cantikmu, Bang Maxy Junior… Jangan salahkan aku terpaksa harus memisahkan kalian dengan cara yang sedemikian kejam. Sehabis ini kalau kau ingin membunuhku, silakan saja… Aku juga bosan hidup sendirian di dunia ini. Tanpa dirimu, apalah artinya perjalanan hidup ini, tanpa cinta, tanpa kasih sayang, tanpa masa depan, dan tanpa apa-apa lagi yang akan menjadi tujuan hidup.
Sebutir air mata gelingsir di pelupuk mata Mary Juniar.
***
Waktunya makan siang. Seluruh tamu undangan mengambil makanan dan minuman yang mereka sukai dan duduk di meja bulat masing-masing. Semua tamu undangan tampak menikmati makan siang mereka sambil saling bercengkerama dengan kenalan dan sahabat masing-masing.
Dari kejauhan Wilona Jeanette terus memperhatikan sosok Sean Jauhari yang tengah bercengkerama dengan kelima sahabatnya. Ada tampak Maxy Junior yang kini juga sudah berganti pakaian menjadi pakaian sang pangeran. Ada tampak si empat sekawan yang hari ini mengenakan jas formal. Sekelumit rasa perih kembali menggelimuni tanjung pikiran Wilona Jeanette. Air mata tanpa terasa mulai menggenang di pelupuk mata.
"Hanya bisa memperhatikan dari jauh, tidak bisa memiliki… Hanya bisa memandang dia terjun ke dalam pelukan perempuan lain, tapi tidak bisa berbuat apa-apa…" celetuk Mary Juniar yang mendadak muncul di samping Wilona Jeanette.
"Kalau kau ke sini hanya untuk mengejek dan menghinaku, kusarankan sebaiknya kau cepat pergi dari sini, Mary Juniar. Aku tidak ingin berurusan denganmu." Wilona Jeanette sesekali menyeka ekor matanya dan kertas tisu yang dibawanya. Dia sedikit terisak dan kemudian menyantap lagi sepiring makanan yang ada di hadapannya.
"Kau tahan terus berada dalam situasi yang seperti ini? Kau tahan dan tidak merasa sesak menyaksikan Sean Jauhari yang kaucintai itu terjun begitu saja ke dalam pelukan si Kimberly Phandana yang notabene jelas-jelas berada pada level di bawahmu? Kau rela dikalahkan oleh seorang cewek yang berada pada level di bawahmu?" Mary Juniar berusaha memancing kemarahan Wilona Jeanette.
"Apalah yang bisa kulakukan? Abang angkatmu ada di belakang Sean dan Kimberly Phandana. Maxy Junior dan Sean berteman baik sekarang. Abang angkatmu pernah mengancamku apabila aku berani macam-macam terhadap Sean dan si Kimberly Phandana itu lagi, abang angkatmu akan menghancurkan bisnis keluargaku dengan hanya sekali menjentikkan jari. Aku tidak bisa berkutik sekarang. Lagipula, Sean dengan tegas pernah menolakku dan mengatakan dia tidak mencintaiku. Dari dulu dia hanya menyukai dan mencintai si Kimberly Phandana itu seorang."
Kembali air mata terbit dan bergulir turun. Wilona Jeanette menyeka ekor matanya lagi dengan kertas tisu.
"Itu kan kalau ketahuan… Kalau tidak ketahuan dan kerjaanmu rapi, abang angkatku takkan mengetahuinya dan dia takkan pernah menduga itu adalah kerjaanmu yang telah menyingkirkan Kimberly Phandana." Mary Juniar memandang tajam ke Wilona Jeanette yang duduk di sampingnya.
"Apa maksudmu sebenarnya, Mary Juniar?" Dahi Wilona Jeanette mengerut dalam.
"Kalau kau bersedia kerja sama denganku, aku akan memberitahumu." Mary Juniar memasukkan satu suap nasi goreng ke dalam mulutnya dan mengunyah santai.
"Hah? Maksudmu adalah… adalah…" Wilona Jeanette bernapas dengan tegang sekarang. Dia membelalakkan bola matanya.
"Kalau kau bisa bertahan dalam posisimu yang sekarang, hanya bisa menyaksikan sang pangeranmu terjun ke pelukan perempuan lain tanpa bisa memilikinya, ya silakan teruskan saja. Kalau aku, jelas aku takkan tahan menyaksikan Bang Maxy Juniorku terjun ke dalam pelukan si Natsumi Kyoko keparat itu! Aku akan melakukan apa pun untuk memisahkan mereka! Aku akan melakukan apa pun untuk memisahkan mereka bahkan jika aku harus mengorbankan segalanya sekalipun!" Terlihat sepasang mata Mary Juniar yang mendelik sangat tajam nan menyala-nyala.
"Kau… Kau… Kau benaran jatuh cinta pada abang angkatmu, Mary Juniar?" tanya Wilona Jeanette sedikit lirih.
"Aku sudah menyukai Bang Maxy Junior sejak aku berusia sembilan tahun. Aku berharap ketika kami dewasa nanti, Bang Maxy Junior bisa menyadari cinta dan ketulusanku terhadapnya. Aku sungguh berharap ketika kami dewasa nanti, Bang Maxy Junior bisa melamarku dan aku bisa menikah dengannya. Sungguh tidak rela dia akhirnya lebih memilih cewek yang baru saja dikenalnya selama sebulan lebih belakangan ini! Sungguh tidak rela dia akhirnya mencampakkan aku demi bersama-sama dengan si Natsumi Kyoko keparat itu! Aku tidak rela, Wilona Jeanette! Aku tidak rela! Aku bersumpah pada diriku sendiri…"
Wilona Jeanette terus menatap lawan bicaranya dengan sinar mata nanar.