"Pergi dari sini secepatnya, Mary Juniar!" tegur Kimberly Phandana setengah menghardik.
Mary Juniar angkat kaki dari tempat itu dengan tatapan matanya yang menyimpan sejuta dendam, amarah, dan kecemburuan. Dia terpaksa harus menyaksikan abang angkatnya luluh dalam pelukan dan ciuman Natsumi Kyoko. Dia terpaksa harus segera beranjak pergi dari tempat itu, meninggalkan kedua insan itu tenggelam dalam cinta dan kemesraan mereka.
Natsumi Kyoko perlahan mengulum dan melumat sepasang bibir sang pangeran tampan dengan lemah lembut. Maxy Junior memejamkan kedua matanya dengan erat. Dia sungguh hanyut dalam belaian cinta dan kasih sayang Natsumi Kyoko untuknya. Hilang sudah semua emosi dan kemarahannya barusan. Dia bahkan tidak menyadari kini Mary Juniar tak lagi berada di dekat mereka. Dia benar-benar terbuai di atas lautan cinta dan belaian kelembutan yang dipancarkan dari ciuman Natsumi Kyoko terhadapnya. Seisi dunia seakan-akan kosong dan tinggallah Maxy Junior dan Natsumi Kyoko di atasnya.
"Apa yang akan terjadi kalau kau juga sedang marah dan aku melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Natsumi terhadap Maxy Junior?" bisik Kimberly Phandana lemah lembut di telinga Sean Jauhari.
"Belum sampai pada kondisi itu. Aku tidak bisa memberimu jawaban yang pasti, Honey…" balas Sean Jauhari tak kalah lembutnya.
Perlahan-lahan Natsumi Kyoko melepaskan ciumannya. Perlahan-lahan juga Maxy Junior membuka kedua matanya. Ia segera menyadari apa yang terjadi padanya barusan. Dia celingak-celinguk ke kiri dan ke kanan guna mencari ada di mana Mary Juniar. Akan tetapi, sosok adik angkatnya itu sudah tidak berada di sana. Natsumi Kyoko kembali meraih wajah sang pangeran tampan dan memutarnya agar wajah itu kembali berhadapan dengan wajahnya.
"Dia sudah pergi… Tadi kau hampir saja mendorongnya ke bawah lewat jendela itu, Sayang… Aku takut sekali… Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan sehingga aku mengambil langkah ini. Aku lega kau belum sempat melakukan sesuatu yang bisa membuatmu menyesal tadi."
"Sorry, Periku… Meski sebelumnya aku sudah berjanji padamu aku takkan naik darah, tetap saja aku kesusahan mengendalikan emosi dan kemarahanku…" Maxy Junior mengecup mesra jari-jemari sang bidadari cantik.
"Sudahlah… Jangan pedulikan dia lagi… Aku sendiri juga tidak peduli apakah dia akan menuliskan surat permintaan maaf kepadaku atau tidak. Biarkan saja… Kita fokus saja pada kebahagiaan kita. Bisa kan, Sayang?"
Maxy Junior akhirnya mengangguk mengiyakan. Dia meraih sang bidadari cantiknya ke dalam dekapan kehangatannya sejenak. Pas pada saat mereka berbalik dan hendak berjalan ke arah tangga, langkah-langkah mereka kontan terpaku di tempat karena terlihat teman-teman mereka senyam-senyum penuh arti sambil mengerling-ngerlingkan mata.
"Pemandangan yang sangat langka, Maxy Junior…" cetus Verek Felix sedikit meledek.
"Sungguh mendadak aku merasa selama ini aku tidak mengenalmu dengan baik, Sahabatku…" sambung Rodrigo Wisanto.
"Satu ciuman dari sang bidadari cantik yang kontan bisa meredakan emosi dan kemarahan… Mengerikan… Kalau sejak dulu aku tahu ciuman Natsumi bisa meredakan emosi dan kemarahanmu, aku berharap Natsumi sudah bertemu dan mengenalmu sejak dulu-dulu saja, Maxy Junior," sahut Thobie Chiawan setengah bergurau.
"Jadi yang terjadi pada Shunsuke Suzuki tempo hari juga kejadian yang sama, Natsumi? Kau meredakan emosi sang pangeran tampan yang hampir saja membunuh abang angkatmu dengan ciuman yang sama seperti tadi?" tanya Saddam Demetrio sembari sedikit membesarkan kedua matanya.
Natsumi Kyoko hanya menundukkan kepalanya dan merona malu. Sean Jauhari dan Kimberly Phandana hanya tersenyum geli menyaksikan kemesraan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko.
"Ngapain kalian ke sini semuanya? Bukankah seharusnya kalian ada di ruangan acara sekarang?" tanya Maxy Junior lembut, guna menetralisir gejolak rasa malu yang sudah sedikit membuatnya salah tingkah.
"Kan masih acara-acara pidato yang panjang, Maxy Junior…" tukas Sean Jauhari lembut.
"Iya… Kami ke sini sebentar guna melihat keadaan Natsumi apakah ia sudah baikan atau belum. Namun, sepertinya Natsumi sudah baikan dan keadaannya malah jauh lebih baik…" timpal Kimberly Phandana sedikit meledek.
"Kita bertemu saja di ruangan acara nanti ya, Sayang… Aku ingin mengatur para pengisi acara dulu sesuai dengan urutan acara mereka," bisik Natsumi Kyoko lemah lembut.
Maxy Junior mengangguk sembari tersenyum menawan. "Sampai ketemu nanti, Periku…"
Natsumi Kyoko berjalan menghampiri Kimberly Phandana sejenak. "Kimberly… Temani aku ke ruangan acara mengurus para pengisi acara sebentar ya…"
"Aku pergi dulu sebentar, Sayang…" bisik Kimberly Phandana lemah lembut kepada Sean Jauhari. Sean Jauhari mengangguk lembut sembari sedikit mengecup mesra pipi sang kekasih pujaan hati.
Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana berlalu dari hadapan keenam laki-laki itu. Mereka turun ke lantai bawah melalui tangga yang ada di ujung koridor.
"Sekarang masih bisa diredakan dengan hanya sebuah ciuman. Ke depannya aku tidak yakin…" celetuk Thobie Chiawan meledek Maxy Junior lagi.
Maxy Junior kembali menampilkan senyuman menawannya sembari sedikit menundukkan kepalanya.
"Iya… Ke depannya mungkin Natsumi Kyoko harus menyerahkan dirinya kepada Maxy Junior kita baru emosi dan kemarahannya bisa reda," sambung Verek Felix dengan sedikit gaya yang menyerupai wanita yang akan menyerahkan dirinya kepada seorang pria di atas ranjang.
Teman-temannya meledak dalam tawa geli mereka.
"Beginilah kalian… Sudah bisa kuduga reaksi kalian akan begini. Makanya aku tidak memberitahu kalian soal kejadian yang terjadi antara aku dan Shunsuke Suzuki yang terjadi di depan rumahnya tempo hari." Maxy Junior masih sedikit menunduk malu dan mengelus-elus kepala belakangnya.
Kelima temannya meledak dalam tawa renyah mereka lagi.
"Oke… Sudah bisa ke ruang acara sekarang kan?" celetuk Saddam Demetrio melingkarkan lengannya ke bahu Maxy Junior. Maxy Junior mengangguk mantap, masih terus menampilkan senyuman menawannya.
"Sudah saatnya kau berganti pakaian ke pakaian pangeranmu, Maxy Junior…" timpal Rodrigo Wisanto.
"Lihat betapa gantengnya Sean sudah berpakaian pangeran sekarang…" kata Thobie Chiawan juga meremas-remas bahu Sean Jauhari.
Sean Jauhari sedikit menundukkan kepalanya dan mengelus-elus kepala belakangnya.
Keenam sahabat tersebut turun ke lantai bawah melalui tangga yang ada di ujung koridor.
Canda ria dan tawa bahagia berselarak di padang sanubari keenam sahabat tersebut.