Chereads / 3MJ / Chapter 87 - Lagi-lagi Aku Lepas Kendali, Periku

Chapter 87 - Lagi-lagi Aku Lepas Kendali, Periku

"Mungkin kau ingin mengecek apakah Natsumiku sudah sadar atau masih pingsan tak sadarkan diri di dalam kamar mandi ya…" ujar Maxy Junior dengan mimik wajah yang sangat tidak bersahabat kali ini.

Ya benar… Dia sudah menjadi tukang lapor sekarang. Dia menceritakan segala yang kuperbuat padanya tadi kepada Bang Maxy Junior. Dia kira Bang Maxy Junior sanggup menghukumku. Sejak kecil Bang Maxy Junior takkan sanggup menghukumku, dan kalaupun dia marah padaku, dia takkan pernah marah lama-lama padaku. Hati nurani Mary Juniar bersorak dalam suatu kesinisan.

"Kami sedikit bertengkar tadi dan aku tidak sengaja mendorongnya ke dalam bak di kamar mandi sana. Tidak terjadi sesuatu yang mengerikan kok, Bang Maxy Junior… Toh Natsumimu itu baik-baik saja… Tadi masih bisa bercanda ria denganmu kulihat…" Mary Juniar mendengus sinis.

Maxy Junior semakin mengepalkan kedua tangannya. Mata Natsumi Kyoko yang berdiri di belakang sang pangeran tampan membeliak lebar seketika. Dia tahu sesuatu akan terjadi sesaat lagi.

"Kau memukulnya dulu secara membabi buta di sini, sesaat setelah aku pergi tadi. Jadi, kenapa Natsumiku bisa ditemukan pingsan tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi sana? Kau menyeretnya ke dalam kamar mandi, menenggelamkan kepalanya ke dalam bak mandi dan kemudian membenturkan kepalanya ke dinding hingga ia tidak sadarkan diri. Katakan padaku itu tidak benar, Mary Juniar…" Terdengar gigi-gigi Maxy Junior yang bergemeretak.

"Itu hanya pertengkaran biasa antarperempuan, Bang Maxy Junior. Aku merasa dia telah merebutmu dariku dan aku sedikit menyerangnya, sedikit memukulnya, dan sedikit menariknya ke kamar mandi sana. Dia juga ada balas memukul dan menyerangku. Itu normal aku rasa. Kenapa kau bisa sampai mendramatisir keadaan seperti ini, Bang Maxy Junior? Apa Natsumimu itu ada menambahkan sedikit bumbu dan kecap ke dalam cerita-ceritanya kepadamu?"

Mary Juniar masih bisa tersenyum santai. Maxy Junior mengirimkan satu video ke ponselnya. Begitu melihat isi video itu, matanya kontan membelalak lebar dan wajahnya memucat seketika.

"Dari mana… Dari mana kau memperoleh video kamera pengawas ini?"

"Kau lupa ya…? Semua kamera pengawas ini akan terhubung ke komputer yang ada di ruangan kerja Ibu. Aku bisa memindahkan semua koneksi itu ke ponselku ini karena aku mengetahui kata sandi yang dibuat oleh Ibu. Sederhana bukan?" Maxy Junior yang mendelik sinis kali ini.

Mary Juniar membisu seketika. Dia terkesiap di tempatnya tanpa bisa berkata apa-apa lagi. Natsumi Kyoko sedikit menahan napas, tidak menyangka sang pangeran tampannya bisa memiliki persiapan yang sejauh itu.

"Aku takkan menghukummu apabila kau bersedia menuliskan surat permintaan maaf kepada Natsumi dan menyerahkan surat itu kepadaku…" tukas Maxy Junior masih dengan mimik wajah yang tidak bersahabat.

"Sampai harus menuliskan surat permintaan maaf segala, Bang Maxy Junior? Oh, jangan terlalu dramatis deh… Faktanya sekarang adalah kekasihmu itu baik-baik saja. Aku hanya bertengkar dan sedikit berkelahi dengannya tadi. Tidak bisa salahkan aku juga dong…" Mary Juniar masih berusaha berkelit dan mengelak.

"Tuliskan surat permintaan maaf kepada Natsumiku sekarang juga. Atau kalau tidak, video ini akan kusebarkan ke website OSIS sekolah kita…" ancam Maxy Junior lagi. Mary Juniar mulai merasa gentar. Dia tahu kali ini ancaman dan peringatan abang angkatnya tidak main-main.

Mary Juniar kontan berteriak kalap, "Kau tidak bisa memaksaku menulis surat permintaan maaf, Bang Maxy Junior! Kau tidak bisa memperlakukanku secara tidak adil seperti ini! Sebagai seorang ketua OSIS, seharusnya kau lebih adil dan bijak dalam memperlakukan sekretaris dan bendaharamu! Aku akan melaporkan hal ini kepada para guru, staff sekolah, kepala sekolah dan bahkan aku akan curhat di website OSIS sekolah ini. Kau pasti akan dicap sebagai ketua OSIS yang tidak adil, yang pilih kasih terhadap sekretarismu daripada bendaharamu!"

"Apa kau bilang!"

Mendadak saja Maxy Junior maju dua langkah dan langsung tangannya mencengkeram kemeja seragam bagian depan si adik angkat. Dengan sedikit tenaga saja, tubuh si adik angkat sudah terangkat ke udara.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Mary Juniar memekik ketakutan dengan kedua tangan dan kakinya yang meronta-ronta.

"Lepaskan dia, Maxy Junior… Kamera yang ada di depanmu itu sedang merekam segala tindakanmu sekarang…" bisik Natsumi Kyoko berusaha menenangkan emosi dan kemarahan sang pangeran tampan yang akhirnya meledak keluar.

Akan tetapi, seperti biasanya… Sang pangeran tampan yang sudah berada di bawah pengaruh emosi dan kemarahannya takkan bisa dijinakkan semudah itu.

"Kau pikir aku takkan sanggup menghukummu ya, Mary Juniar… Jangan menjadikan kekerabatan dan kekeluargaan kita sebagai tameng ya! Jangan pernah jadikan rasa sayangku terhadapmu, jangan pernah jadikan kedekatan keluarga kita selama ini sebagai alasan bagimu untuk menginjak naik ke atas kepalaku sekarang ya! Aku paling tidak suka diprovokasi seperti ini ya!"

Semakin lama tubuh Mary Juniar semakin tinggi. Rasa-rasanya Maxy Junior ingin sekali melemparkan tubuh si adik angkat ini ke bawah.

"Lepaskan aku, Bang Maxy Junior! Lepaskan aku! Turunkan aku!" pekik Mary Juniar lagi masih dengan kedua tangan dan kakinya yang meronta-ronta hebat. Pekikan ketakutan sudah berubah menjadi pekikan memelas nan tidak berdaya.

Maxy Junior menempelkan tubuh Mary Juniar ke jendela koridor sekarang. Dengan sedikit mendorong saja, tubuh itu pasti akan langsung jatuh ke bawah. Natsumi Kyoko menyaksikan adegan tersebut dengan napas tertahan.

"Jelas-jelas kau sudah salah, kau masih berlagak jadi korban dan ingin bertekak denganku! Walaupun anggota keluarga sendiri, yang salah tetap salah. Aku paling tidak suka dengan orang yang jelas-jelas sudah salah, masih tidak ingin memperbaiki diri, malahan masih bisa berlagak tidak bersalah dan berlagak jadi korban! Kau membuatku kehilangan rasa sayangku terhadapmu, Mary Juniar! Aku tidak pernah mau berbuat kasar terhadap perempuan. Tolong jangan beri aku alasan untuk melakukannya hari ini! Tolong jangan!" desis Maxy Junior dengan sorot mata yang mengerikan.

Sorot mata Mary Juniar semakin terpojok nan tidak berdaya. Dia hanya bisa sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya dan berharap abang angkatnya itu akan melepaskannya.

Sean Jauhari yang sudah berpakaian ala pangeran White Day dan Kimberly Phandana yang masih berpakaian seragam sekolah terlihat menaiki anak-anak tangga di ujung koridor yang sepi itu. Di belakang mereka, tampak si empat sekawan mengikuti mereka. Mereka ingin ke ruangan UKS dan melihat apakah Natsumi Kyoko sudah baikan atau belum. Karena acara masih dipenuhi dengan serentetan pidato-pidato yang panjang, mereka meninggalkan tugas mereka sebentar dan ingin menengok keadaan Natsumi Kyoko. Namun, alangkah terhenyaknya mereka tatkala mereka berbelok ke koridor lantai dua dan menyaksikan suatu adegan di jendela koridor lantai dua tersebut.

Natsumi Kyoko sungguh tidak memiliki pilihan lain lagi. Memang Maxy Junior hanya bisa dijinakkan dengan satu cara. Dengan sigap, Natsumi Kyoko meraih wajah sang pangeran tampan sehingga wajah itu kini berhadap-hadapan dengan wajahnya. Natsumi Kyoko langsung mendaratkan satu kecupan mesra ke sepasang bibir sang pangeran tampan yang seksi menggiurkan.

Sean Jauhari secara otomatis menutup mata sang kekasih pujaan hati dengan salah satu tangannya meski kemudian sang kekasih pujaan hati sedikit menurunkan tangan tersebut guna menyaksikan adegan yang terpampang di hadapannya lebih lanjut. Sementara itu, tentu saja si empat sekawan menyaksikan adegan tersebut dengan mata mereka yang tanpa berkedip.

Mata sang pangeran tampan yang mulanya mendelik tajam mulai melembut. Perlahan-lahan tangan yang mencengkeram baju seragam Mary Juniar bagian depan itu mulai menurun – setahap demi setahap – sampai akhirnya kedua kaki Mary Juniar bisa menginjak lantai dan ia bisa bernapas lega. Perlahan-lahan Mary Juniar akhirnya bisa membebaskan diri dari cengkeraman tangan abang angkatnya.

"Pergi dari sini secepatnya, Mary Juniar!" tegur Kimberly Phandana setengah menghardik.