Natsumi Kyoko terkekeh-kekeh kecil lagi.
"Kuharap… Kuharap… Kuharap kau juga memiliki pemikiran yang sama denganku, Periku…" tukas Maxy Junior harap-harap cemas.
Natsumi Kyoko menganggukkan kepalanya dalam pelukan sang pangeran tampan.
"Kembali kau membuatku bersyukur mendapatkan cinta ini, Sayang. Aku bersyukur akulah yang mendapatkan cinta ini," gumam Natsumi Kyoko lemah lembut.
"Terima kasih, Periku… Mulanya kukira hanya dengan cinta takkan cukup. Namun, kini kau membuatku memperoleh kembali kepercayaan diriku." Maxy Junior menghela napas lega.
"Tentu saja dengan cinta saja sudah cukup, Sayang… Bagiku, cinta akan melahirkan komunikasi, kejujuran, doa, semangat, usaha, dan kerja keras. Ada yang berpisah karena tidak adanya komunikasi dan kejujuran, berarti di antara mereka sebenarnya tidak pernah ada cinta. Ada yang berpisah karena kebohongan dan kesalahpahaman, berarti di antara mereka sebenarnya juga tidak pernah ada cinta. Ada yang berpisah karena kurangnya semangat dan kerja keras, berarti di antara mereka masih terdapat cinta yang sedikit."
Maxy Junior mempererat pelukannya. Dia mencium kepala sang bidadari cantik bertubi-tubi dengan perasaan cinta yang menggelegak nan meluap-luap.
"Kau bijak sekali, Periku. Kadang aku sulit percaya kau adalah anak yang berusia tujuh belas tahun."
"Mungkin kehidupanku yang selama ini tidak sama dengan anak-anak berusia tujuh belas tahun lainnya, Sayang…"
Maxy Junior membelai-belai rambut hingga ke punggung sang bidadari cantik. Sesekali kecupan mesra akan kembali didaratkan ke kepala sang bidadari cantik… lagi… lagi… dan lagi.
Natsumi Kyoko masih menenggelamkan diri ke dalam pelukan sang pangeran tampan. Riak-riak kebahagiaan menggeligit pucuk batinnya siang itu.
***
Jam sudah menunjukkan pukul satu kurang lima belas menit. Natsumi Kyoko berganti ke pakaian seragam bersih kering yang dibawakan oleh salah satu pembantu Kimberly Phandana. Setelah rambutnya kering, barulah ia keluar dari ruangan UKS dengan tangan yang digandeng erat oleh sang pangeran tampan.
Mereka memilih rute yang terdekat untuk sampai ke auditorium yang ada di lantai bawah.
Sementara itu, tampak Mary Juniar menaiki anak-anak tangga dari lantai satu ke lantai dua. Dia memilih tangga yang berada di ujung koridor karena tangga itu akan langsung membawanya pas ke kamar mandi tempat Natsumi Kyoko pingsan tadi. Dia ingin mengecek apakah Natsumi Kyoko sudah sadar atau masih pingsan.
Akan tetapi, alangkah terkejutnya Mary Juniar ketika dia naik sampai ke lantai dua dan berbelok ke kiri, hendak berjalan ke kamar mandi lantai dua yang sepi nan sunyi itu. Dia melihat Natsumi Kyoko baik-baik saja, tidak basah kuyup, sudah pulih, dan sekarang sedang bergandengan tangan dengan pangeran tampannya dan keduanya sesekali akan tertawa riang. Sesekali Maxy Junior akan mengelus lembut kepala sang bidadari cantiknya atau mencubit hidungnya dengan lemah lembut. Sesekali juga Natsumi Kyoko akan melingkarkan lengannya ke lengan sang pangeran tampan dan bergelayut manja di sana.
Keduanya berhenti berjalan, berhenti tertawa, dan berhenti bercanda satu sama lain tatkala mereka menyadari Mary Juniar tengah berdiri di depan tangga dan tengah menyaksikan kemesraan mereka dengan sorot mata yang susah ditebak.
Sontak secara otomatis, Natsumi Kyoko sedikit bersembunyi di belakang punggung sang pangeran tampan.
"Oh… Sudah mau ke acara rupanya ya? Sudah begitu tidak sabar ingin terpilih menjadi pasangan White Day paling romantis tahun ini ya…" desis Mary Juniar dengan sebersit seringai sinis.
Emosi Maxy Junior kembali meledak dan mencapai ubun-ubun. Bagaimana mungkin si adik angkat ini tidak merasa bersalah sama sekali setelah apa yang diperbuatnya terhadap bidadari cantiknya dan sekarang malah bisa bersikap sinis menyindir-nyindir? Namun, dia masih berusaha mengendalikan emosi dan kemarahannya karena tadi Natsumi Kyoko sudah memohon agar ia tidak menghukum adik angkatnya ini dengan hukuman yang terlalu berat.
"Iya, tentu saja… Selain aku dan periku ini, aku kira masih ada Sean dan Kimberly yang juga bakalan terpilih menjadi pasangan paling romantis tahun ini. Di antara kedua pasangan ini, kau lebih memilih yang mana, Mary Juniar?" tanya Maxy Junior, juga dengan sedikit nada sinis.
Mary Juniar membuang muka ke arah lain. Dia berusaha menahan nan membendung sakit hatinya.
"Aku pikir aku abstain saja. Aku tak ingin memilih pasangan mana pun."
"Jadi kau akan pulang sekarang dan tidak ikut acara lagi?" Maxy Junior menatap wajah dan bola mata adik angkatnya lurus-lurus.
"Tidak… Aku akan menonton acara."
"Acara sudah dimulai empat puluh lima menit yang lalu bukan? Seharusnya sekarang kau sedang berada dalam auditorium. Kenapa kau bisa berada di sini?"
"Aku ingin buang air kecil. Tidak bolehkah aku ke kamar kecil?"
"Ada empat kamar kecil yang dekat dengan auditorium di lantai bawah. Kenapa kau mesti ke kamar kecil yang ini?"
Mary Juniar terkesiap seketika. Hati nuraninya mulai ketakutan. Mungkinkah si Natsumi Kyoko ini menceritakan semuanya kepada Bang Maxy Junior apa-apa saja yang telah kuperbuat padanya tadi? Dia tukang lapor juga rupanya ya…
"Mungkin kau ingin mengecek apakah Natsumiku sudah sadar atau masih pingsan tak sadarkan diri di dalam kamar mandi ya…" ujar Maxy Junior dengan mimik wajah yang sangat tidak bersahabat kali ini.
Ya benar… Dia sudah menjadi tukang lapor sekarang. Dia menceritakan segala yang kuperbuat padanya tadi kepada Bang Maxy Junior. Dia kira Bang Maxy Junior sanggup menghukumku. Sejak kecil Bang Maxy Junior takkan sanggup menghukumku, dan kalaupun dia marah padaku, dia takkan pernah marah lama-lama padaku. Hati nurani Mary Juniar bersorak dalam suatu kesinisan.
"Kami sedikit bertengkar tadi dan aku tidak sengaja mendorongnya ke dalam bak di kamar mandi sana. Tidak terjadi sesuatu yang mengerikan kok, Bang Maxy Junior… Toh Natsumimu itu baik-baik saja… Tadi masih bisa bercanda ria denganmu kulihat…" Mary Juniar mendengus sinis.
Maxy Junior semakin mengepalkan kedua tangannya. Mata Natsumi Kyoko yang berdiri di belakang sang pangeran tampan membeliak lebar seketika. Dia tahu sesuatu akan terjadi sesaat lagi.
"Kau memukulnya dulu secara membabi buta di sini, sesaat setelah aku pergi tadi. Jadi, kenapa Natsumiku bisa ditemukan pingsan tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi sana? Kau menyeretnya ke dalam kamar mandi, menenggelamkan kepalanya ke dalam bak mandi dan kemudian membenturkan kepalanya ke dinding hingga ia tidak sadarkan diri. Katakan padaku itu tidak benar, Mary Juniar…" Terdengar gigi-gigi Maxy Junior yang bergemeretak.