"Kau ingin membuat laporan dan pengaduan ke kepala sekolah atau yayasan?" tanya si dokter UKS sedikit ragu-ragu.
Maxy Junior tersenyum skeptis.
"Yayasan yang mana? Yayasan yang berada di bawah naungan ibuku sekarang itu? Tunggu sampai dia bergerak dan memiliki waktu untuk menyelesaikan perkara ini, aku sendiri yang akan menyelesaikannya…"
"Apa yang akan kaulakukan terhadap si pelaku yang melakukan hal demikian kepada Natsumi Kyoko, Maxy Junior?" tanya si dokter UKS sedikit takut-takut. Siapa pun tahu kalau Maxy Junior sudah marah, dia akan bisa melakukan apa saja. Dengan uang, kekuasaan dan latar belakang keluarganya, Maxy Junior tentu saja sanggup melakukan apa pun terhadap siapa pun yang menjadi targetnya.
"Aku memiliki pertimbangan dan perhitunganku sendiri, Dokter… Thanks very much sudah mengobati Natsumiku. Aku akan memberikanmu suatu apresiasi yang takkan membuatmu kecewa," tukas Maxy Junior dengan sebersit senyuman misterius.
Si dokter dan suster UKS hanya bisa mengangguk mengiyakan. Jika si anak bos besar sudah mengatakan demikian, itu artinya perkataan dan keputusannya takkan lagi bisa dibantah. Mereka pun terlihat mengundurkan diri dari ruangan UKS dan kembali ke meja kerja mereka di depan.
Kadang kala si dokter UKS sendiri merasa heran. Dari segi fisik dan perawakan tubuh, siapa pun bisa menyimpulkan Maxy Junior Tanuwira masih seorang anak SMA yang berusia delapan belas tahun. Akan tetapi, dari segala keputusan berani nan tepat sasaran yang diambilnya selama ini, dari tindak-tanduk dan gerak-geriknya, dan dari segala ucapan yang terlontar dari mulutnya selama ini, entah kenapa si dokter UKS ini mendadak merasa Maxy Junior Tanuwira ini sudah berusia di atas dua puluh tahun, minimal dua tahun di bawahnya. Namun, semuanya itu hanyalah prasangkanya secara sepihak. Tentu saja dia tidak berani mempertanyakan hal tersebut dengan terus-terang kepada Maxy Junior Tanuwira. Dia hanya memendam prasangka tersebut dalam hati.
"Apa yang akan kaulakukan sekarang?" tanya Thobie Chiawan dengan serius.
"Tentu saja aku takkan memaafkan Mary Juniar jikalau seandainya dialah yang telah melakukan hal kejam seperti ini pada Natsumiku!" tukas Maxy Junior dengan sepasang mata yang mendelik tajam.
"Kau akan menghukum adikmu?" tanya Sean Jauhari dengan sepasang alis yang naik beberapa senti. Dia sungguh tidak percaya dengan keputusan berani yang diambil oleh Maxy Junior ini.
"Tentu saja… Bagaimanapun juga, perbuatan ini adalah perbuatan yang tidak benar, bahkan bisa dibilang telah melanggar hukum. Si pelaku tetap harus menerima ganjaran atas apa yang telah diperbuatnya pada Natsumiku."
Si empat sekawan, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana hanya bisa menghela napas panjang. Memang benar juga apa yang dikatakan oleh Maxy Junior. Dari sudut pandang yang seadil-adilnya, kesalahan tetaplah kesalahan. Kesalahan tetaplah harus ada hukumannya.
Tampak kini Maxy Junior berdiri di samping tempat tidur sang bidadari cantiknya. Perlahan tapi pasti sang bidadari cantik akhirnya membuka kedua matanya dan mendapati dirinya sudah berada di ruang UKS. Dia terhenyak kaget bukan main. Dia langsung menenggelamkan kepalanya ke dalam pelukan sang pangeran tampan dan sedikit terisak dalam dekapan hangat sang pangeran tampan.
Maxy Junior diam saja. Tangan terus membelai nan mengelus dari kepala hingga punggung sang bidadari cantik.
"Tenanglah, Periku… Kau ada di UKS sekarang. Kau sudah aman sekarang. Ada teman-temanmu di sini. Ada aku yang senantiasa menjagamu…" bisik Maxy Junior dengan lembut menenangkan.
"Aku sudah telepon pembantuku bawakan baju ganti untukmu, Natsumi…" kata Kimberly Phandana.
Dari dalam pelukan sang pangeran tampan, tampak Natsumi Kyoko hanya mengangguk lemah. Dia masih dalam keadaan shocked dan perlahan-lahan menemukan kembali ketenangan dan detak jantungnya yang normal. Akan tetapi, dia masih memeluk erat sang pangeran tampan dan tidak ingin keluar dari tempat yang menurutnya adalah tempat teraman pada saat itu.
"Oke deh… Kami keluar dulu… Kalian perlu waktu untuk bicara…" kata Sean Jauhari dengan sebersit senyuman simpul. Kimberly Phandana hanya menganggukkan kepalanya.
Si empat sekawan juga saling bertukar pandang sejenak dan kemudian saling menganggukkan kepala mereka terhadap satu sama lain.
"Kami juga permisi dulu deh…" kata Thobie Chiawan.
"Thanks banget, Kawan-kawan… Thanks banget sudah membantuku mencari Natsumi tadi…" kata Maxy Junior dengan sebersit senyuman lirih.
"Kami ke auditorium dulu deh… Acara sebentar lagi akan dimulai…" sambung Verek Felix.
"Kami mau siap-siap dulu," ujar Saddam Demetrio.
Maxy Junior hanya menganggukkan kepalanya. Dia masih dalam posisi memeluk sang bidadari cantik. Sejurus kemudian, sudah tampak si empat sekawan, Sean Jauhari, dan Kimberly Phandana berlalu keluar dari ruangan UKS.
"Kau sudah agak tenang sekarang, Periku?" Maxy Junior masih terus memberikan belaian dari rambut hingga punggung sang bidadari cantik.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk-ngangguk. Maxy Junior pun berniat melepaskan pelukannya ketika dirasakannya sang bidadari cantik terus mempererat pelukannya lagi.
"Jangan lepaskan aku dulu, Maxy Junior… Aku ingin tetap seperti ini selama beberapa menit ke depan… Bisakah?" pinta Natsumi Kyoko sedikit memelas. Ia terlihat menggosok-gosokkan kening dan wajahnya pada pakaian seragam sang pangeran tampan.
Maxy Junior kembali mempererat pelukannya. Berada dalam pelukan sang pangeran tampan sungguh membuat Natsumi Kyoko merasa nyaman. Wangi daun mint bercampur dengan sedikit aroma sea salt sungguh membuai saraf penciuman dan sungguh membuat Natsumi Kyoko merasa relaxed. Dalam beberapa saat adegan kengerian yang barusan dialaminya mendadak menghilang entah ke mana. Dia sungguh takut dan ngeri terhadap apa yang dilakukan oleh Mary Juniar padanya tadi. Namun, berada dalam pelukan sang pangeran tampan sekarang, dengan mencium aroma mint dan sea salt, ia merasa seakan-akan bisa aman nan terlindungi dari segala macam kengerian dan ketakutan dari seluruh alam semesta.
Menit demi menit berlalu. Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas lewat lima belas menit. Natsumi Kyoko seakan-akan masih betah berada dalam pelukan sang pangeran tampan.
Maxy Junior juga menghirup dalam aroma buah-buahan tropis yang terpancar dari tubuh sang bidadari cantik. Sungguh dengan hanya menghirup aroma feminimitas tersebut, Maxy Junior akan betah dan tahan terus berada dalam posisi yang sama sepanjang hari.
"Apakah masih sakit di sini?" tanya Maxy Junior sedikit mengelus pelipis kanan sang bidadari cantik yang tadi sudah diolesi obat oleh si dokter UKS.
"Sedikit… Sudah berkurang banyak sih… Mungkin tadi benturannya adalah sejenis benturan ringan sehingga kini setelah diolesi obat, tidak begitu sakit lagi…" kata Natsumi Kyoko berusaha menenangkan sang pangeran tampan. Dia tahu akan seperti apa emosi dan kemarahan sang pangeran tampan terhadap Mary Juniar setelah ini.
"Tentu saja itu bukan benturan ringan, Periku. Kalau itu hanya benturan ringan, kau takkan pingsan sampai selama itu," tegur sang pangeran tampan lembut.
Natsumi Kyoko hanya membisu seribu bahasa. Apa yang terjadi padanya beberapa saat yang lalu sudah jelas terlihat oleh sang pangeran tampan. Ia juga tidak bisa berkomentar banyak untuk menutupi keadaan dan kenyataan yang sesungguhnya.
"Rambut dan bajumu bahkan sampai basah seperti ini… Katakan padaku, Periku… Apa yang telah diperbuat Mary Juniar kepadamu sampai-sampai kau bisa pingsan di dalam kamar mandi seperti itu?" Maxy Junior berusaha mengendalikan emosi dan kemarahannya, berusaha mengatur napasnya sehingga tidak kentara sekali di hadapan sang bidadari cantiknya ia sedang marah.
"Hah? Dari mana kau bisa tahu, Sayang?" Terhenyak kaget dan terheran-heran, sang bidadari kontan mengangkat kepalanya dan sedikit mengeluarkan diri dari pelukan sang pangeran tampan.
"Kalau bukan dia, siapa lagi di sekolah ini yang berani-beraninya telah berbuat sedemikian kejam dan kurang ajar terhadapmu, Periku? Mereka jelas tahu barang siapa yang telah berani berbuat macam-macam denganmu sama saja telah berani mencari masalah denganku. Kalau bukan Mary Juniar yang berani melakukan hal itu, siapa lagi, Periku?" Maxy Junior mendengus kesal.
"Sedikit banyak aku memahami posisinya dan alasannya kenapa ia bisa sampai berbuat demikian kepadaku, Sayang. Dia begitu mencintaimu. Dia begitu menginginkanmu. Dia menganggapku telah merebutmu darinya, satu-satunya sandaran hati dan perlindungan batin yang selama ini ia andalkan." Terlihat Natsumi Kyoko sedikit mengerucutkan bibir dan memajukannya ke depan.
"Dan oleh sebab itu, dia boleh berbuat hal kejam seperti ini kepadamu?" Terdengar suatu retorik dari sang pangeran tampan.
"Ya… Aku kesal juga sih padanya…" tukas Natsumi Kyoko singkat. Ia kini menenggelamkan diri ke dalam pelukan sang pangeran tampannya.
"Katakan padaku… Apa yang telah dilakukannya kepadamu, Periku?"