Sean Jauhari dan Kimberly Phandana berlari-lari kecil di sepanjang koridor lantai dua, lantai tiga dan lantai empat. Mereka bahkan berpencar ke beberapa arah dan berjanji siapa pun yang menemukan Natsumi Kyoko duluan akan mengabari yang lain.
Di koridor lantai empat, Sean Jauhari bertemu dengan Maxy Junior. Maxy Junior juga terlihat sedang berlari-lari kecil keliling hampir seantero sekolah mencari-cari sang bidadari cantiknya yang mendadak menghilang entah ke mana.
"Sean… Sean… Kau ada lihat Natsumiku?" tanya Maxy Junior mulai diliputi kepanikan. Dia telepon Natsumi, Natsumi tidak menjawab panggilannya. Dia chat sang bidadari cantik, sang bidadari cantik bahkan tidak online dan membaca pesan teksnya.
"Aku dan Kimberly juga sedang berpencar mencarinya. Dia janjian sama Kimberly mau sama-sama menyerahkan hadiah mereka ke Ronny dan Frebelyn jam sebelas tadi. Ini sudah hampir jam dua belas, tapi Natsumi sama sekali tidak menjawab panggilan telepon atau membalas chat Kimberly."
Sean Jauhari juga terlihat bingung.
"Dia juga tidak menjawab panggilanku atau membalas chat-ku. Ke mana dia ya? Perasaanku tidak enak kali…"
"Apa mungkin dia pulang sebentar? Mungkin dia ketinggalan beberapa barang yang berkaitan dengan acara nanti." Sean Jauhari mencoba membuat tebakan yang sedikit menenangkan.
"Buku, tas dan barang-barangnya masih ada di laci meja belajarnya. Aku sudah heran kenapa dia tidak masuk jam pelajaran keempat dan kelima tadi. Aku akan mencarinya ke sebelah sana lagi. Jika kau atau Kimberly yang duluan menemukannya, kabari aku ya… Thanks very much, Sean…"
Sean Jauhari mengangguk. Mereka berdua berpisah dan berpencar ke dua arah yang berbeda lagi.
Maxy Junior bahkan meminta bantuan dari keempat sahabatnya untuk mencari ada di mana Natsumi Kyoko berada. Kelima sahabat itu berpencar berkeliling ke seantero sekolah guna mencari-cari ada di mana sang bidadari cantik berada.
"Ada ketemu?" tanya Maxy Junior ketika dia berpapasan dengan si empat sekawan di koridor lantai tiga. Tampak napas kelimanya tersengal-sengal karena mereka sudah berlari-lari kecil mengelilingi seantero sekolah tanpa mendapatkan setitik hasil sedikit pun.
"Apa kau yakin Natsumi Kyoko masih ada di sekolah ini, Maxy Junior?" tanya Verek Felix.
"Bisa saja ia pulang sebentar karena ada sedikit keperluan," sahut Saddam Demetrio.
"Bisa saja ada beberapa barang atau hadiahmu ketinggalan di rumah," sambung Rodrigo Wisanto.
"Tidak… Tidak… Aku sudah ke pelataran parkir sekolah tadi. Mobilnya masih terparkir di sana. Tadi saat jam pelajaran kelima, aku sempat memeriksa isi tas sekolahnya. Kunci mobil masih ada dalam tas. Itu berarti Natsumiku masih ada dalam bangunan sekolah ini." Maxy Junior bersikukuh mempertahankan pendirian dan pendapatnya.
Si empat sekawan saling bertukar pandang sejenak. Memang benar apa yang dikatakan oleh Maxy Junior. Kemungkinan besar Natsumi Kyoko masih berada dalam bangunan sekolah.
"Tidak biasanya dia tidak membalas chat ataupun tidak menjawab panggilan. Dia bahkan ada janji sama Kimberly untuk sama-sama menyerahkan hadiah mereka saat jam sebelas tadi. Sekarang sudah hampir jam dua belas dan dia belum membalas chat Kimberly ataupun menjawab panggilannya."
Maxy Junior bergerak maju lagi sambil berusaha menelepon ke ponsel sang bidadari cantiknya. Ponsel tersebut berdering. Hanya saja, Natsumi Kyoko tidak menjawab panggilan. Maxy Junior semakin tidak nyaman. Firasatnya semakin tidak enak.
Si empat sekawan berpencar ke empat arah yang berbeda lagi. Juga terlihat Maxy Junior bergerak ke ujung koridor dan menuruni anak-anak tangga yang ada di sebelah sana.
Sejurus kemudian, Maxy Junior sudah muncul di ujung koridor lantai dua yang sepi dan jarang dilalui orang tadi. Dia terus menelepon sang bidadari cantik dan kepalanya celingak-celinguk ke kiri dan kanan. Koridor tersebut sungguh sepi. Pertama, memang karena bagian ujung koridor itu jarang dilalui orang. Kedua, memang seluruh murid SD sudah pulang dan ada sebagian besar murid-murid SD yang lain sudah berkumpul di ruangan auditorium untuk geladi resik.
Mendadak saja, sayup-sayup terdengar bunyi nada dering dari ponsel sang bidadari cantik yang sungguh tidak asing di telinga Maxy Junior. Maxy Junior kenal betul nada dering tersebut karena Natsumi Kyoko selalu menggunakan salah satu lagu Jepang zaman 2000-an favoritnya sebagai nada dering ponselnya.
Maxy Junior berpaling lagi ke kanan dan ke kiri guna berkonsentrasi dan menelusuri dari mana sebenarnya nada dering yang sayup-sayup tersebut berasal.
Maxy Junior memutuskan hubungan telepon. Dia menelepon sekali lagi. Bunyi nada dering tersebut terdengar lagi. Tidak salah lagi… Itu bunyi nada dering ponsel sang bidadari cantiknya. Berarti Natsumi Kyoko ada di sekitarnya. Tapi, ada di mana dia?
Perlahan-lahan nada dering berupa salah satu lagu Jepang zaman 2000-an menuntun langkah-langkah kaki Maxy Junior mengarah masuk ke dalam kamar mandi. Juga terdengar bunyi air yang menetes-netes di dalam kamar mandi. Semakin melangkah ke dalam, bunyi nada dering ponsel sang bidadari cantik terdengar semakin jelas. Dia sampai pada ruangan sekat kamar mandi yang terakhir. Begitu dia menguak pintu kamar mandi yang tidak terkunci, Maxy Junior langsung terhenyak panik bukan main.
Melihat keadaan sang bidadari cantiknya, dunia latar belakang Maxy Junior bagai disambar oleh halilintar di siang bolong yang melincam hati, melemparkan puing-puing keterkejutan hati, dan mengoyak keheningan.
"Little Fairy! Little Fairy!" Maxy Junior berteriak nyaring sembari langsung menghampiri sang bidadari cantiknya yang terkapar tidak sadarkan diri dan bersandar lemas ke dinding kamar mandi.
Sejurus kemudian, sudah tampak Maxy Junior menggendong sang bidadari cantiknya, berlari-lari dengan panik ke ruang UKS sekolah itu.
Sejurus kemudian juga sebuah pesan singkat sudah masuk ke ponsel Thobie Chiawan dan Sean Jauhari,
Aku sudah menemukan Natsumiku. Dia ada bersamaku di ruang UKS sekarang.
Si empat sekawan, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana segera memburu ke ruang UKS. Tampak dokter dan suster UKS masih memberikan beberapa suntikan penenang kepada Natsumi Kyoko. Dokter dan suster UKS juga mengoleskan sedikit cairan antiseptik ke pelipis kanan Natsumi Kyoko yang sedikit berdarah. Natsumi Kyoko masih terbaring tidak sadarkan diri di ruang UKS. Tampak Maxy Junior masih dirundung kecemasan dan kepanikan. Namun, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Kedua tangannya hanya bisa saling menggenggam dan menekan dalam kepanikan.
"Natsumi! Apa yang terjadi?" jerit Kimberly Phandana langsung memburu ke sisi tempat tidur.
"Dia pingsan dalam kamar mandi di ujung koridor lantai dua itu!" desis Maxy Junior dengan sepasang matanya yang mendelik tajam. Kecurigaannya langsung jatuh pada adik angkatnya sendiri.
"Jangan-jangan… Jangan-jangan…" Kimberly Phandana langsung menutup mulut dengan kedua tangannya.
"Mungkinkah itu…?" Tampak dahi Sean Jauhari berkerut dalam. Tentu saja dia mengerti apa yang dimaksudkan oleh sang kekasih pujaan hatinya. Dia mengalihkan pandangan matanya dari sang kekasih pujaan hatinya ke Maxy Junior.
Maxy Junior hanya bisa sedikit menundukkan kepala sembari mengepalkan kedua tangannya.
"Mary Juniar… Sempat saja kejadian ini ada hubungannya dengan dirinya, aku sungguh akan sulit memaafkannya kali ini…" desah Maxy Junior lirih.
Si empat sekawan saling berpandangan tanpa bisa berkomentar apa-apa. Mereka tahu jelas Maxy Junior terjebak dalam dua pilihan yang sulit karena selama ini Mary Juniar adalah adik angkatnya yang sangat disayanginya.
"Sudah selesai, Maxy Junior…" kata si dokter UKS sambil mencoba memberikan sebersit senyuman tipis kepada Maxy Junior. Sedikit banyak ia juga mendengar kedekatan antara sang pangeran sekolah dengan sekretaris OSIS-nya itu. Sedikit banyak ia juga memahami kejadian yang menimpa sang sekretaris OSIS kali ini merupakan satu pukulan terbesar bagi sang pangeran sekolah.
"Dia baik-baik saja, Dok? Kenapa sampai sekarang ia belum sadar?" tanya Maxy Junior cemas.
"Dia baik-baik saja. Hanya ada sedikit luka bentur pada pelipis kanannya. Sudah kuberikan obat. Hanya saja, mungkin dia masih shocked sehingga sampai detik ini masih belum sadarkan diri. Sudah kuberikan sedikit obat penenang tadi. Sebentar lagi dia akan sadar."
"Terima kasih, Dokter…" Maxy Junior sedikit membungkukkan badannya di depan si dokter UKS. Si dokter UKS agak tertegun. Tidak biasanya Maxy Junior membungkukkan badannya dan mengucapkan terima kasih, bahkan setelah dia mengobati luka di kepalanya itu beberapa waktu lalu.
"Kau ingin membuat laporan dan pengaduan ke kepala sekolah atau yayasan?" tanya si dokter UKS sedikit ragu-ragu.