"Jadi bagaimana aku bisa mencegah hal itu, Kimberly?"
Kimberly Phandana tersenyum penuh arti sekarang.
"Tentunya kau harus mengorbankan sedikit hadiah-hadiahmu ini, Natsumi…"
Natsumi Kyoko mengangkat kedua alisnya petanda ia kurang mengerti.
"Begini… Kau membeli tujuh dasi kan? Korbankan dua, sisa lima… Kau juga punya tiga ikat pinggang kan? Korbankan satu, sisa dua… Oke… Tiga setel celana renang ini tidak usah dikorbankan. Jadi, yang dua dasi dan satu ikat pinggang itulah yang akan kauserahkan kepada Ronny dan Frebelyn untuk disimpan di ruangan penyimpanan hadiah. Hadiah-hadiah sisanya itulah yang akan menjadi hadiahmu yang sebenarnya, yang akan kauberikan kepada Maxy Junior saat dirimu ditunjuk sebagai pasangannya nanti. Bagaimana?"
Selang beberapa detik kemudian, akhirnya Natsumi Kyoko mengangguk mengiyakan. Dia terlihat sangat gugup ketika ia membagi hadiah-hadiahnya ke dalam dua bungkusan.
"Jangan khawatir… Aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku juga tidak ingin si Wilona Jeanette itu menyelinap masuk ke dalam ruangan penyimpanan hadiah dan melakukan hal yang tidak-tidak terhadap hadiah-hadiahku ini."
"Semoga saja acara hari ini bisa berjalan dengan lancar, Kimberly… Gugup sekali aku… Aku juga khawatir akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada saat acara berlangsung nanti." Natsumi Kyoko menarik napas dan pelan-pelan menghembuskannya guna mengurangi kegugupan yang ada dalam kesadarannya.
"Tenang saja… Andaikan saja memang terjadi sesuatu yang tidak diinginkan nanti, aku yakin kita bersama-sama bisa mengatasinya. Kita tetap harus kompak dan saling berkomunikasi, Natsumi." Kimberly Phandana melemparkan sebersit senyuman simpul.
Natsumi Kyoko juga mengangguk sembari melemparkan sebersit senyuman simpul. Karena tangan-tangan mereka yang cekatan, mereka selesai membungkus kado-kado mereka hanya dalam sepuluh menit. Mereka mencantumkan nama-nama mereka di atas kado-kado mereka dengan spidol.
Hadiah yang asli mereka sembunyikan dalam laci meja kerja Natsumi Kyoko selaku sekretaris OSIS di ruangan perpustakaan itu. Hadiah yang akan mereka korbankan tentu saja mereka masukkan kembali ke dalam bungkusan plastiknya.
Diam-diam keduanya keluar dari perpustakaan tersebut. Di pintu perpustakaan, mereka celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri guna memastikan tidak ada seorang pun yang tengah diam-diam mengawasi dan memperhatikan mereka.
Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana akhirnya bergerak ke locker masing-masing. Hadiah yang akan dikorbankan beserta bungkusan plastiknya dimasukkan terlebih dahulu ke dalam locker sebelum diserahkan kepada Ronny dan Frebelyn pada saat jam istirahat kedua nanti.
Lima menit kemudian, bel tanda pelajaran dimulai lagi pun berbunyi. Dengan aman nan lancar jaya, Natsumi Kyoko dan Kimberly Phandana berjalan kembali ke kelas masing-masing.
Dari salah satu jendela koridor lantai tiga, pandangan mata Natsumi Kyoko sempat menangkap sosok Mary Juniar yang masih memeluk Bang Maxy Junior-nya di ujung koridor lantai dua yang memang agak sepi dan jarang dilalui orang. Entah kenapa mulai tersulut api kecemburuan dalam benak kesadaran Natsumi Kyoko tatkala dia menyaksikan dari kejauhan sang pangeran tampannya tengah berada dalam pelukan perempuan lain.
Natsumi Kyoko bergerak ke ujung koridor lantai tiga dan turun ke lantai dua melalui anak-anak tangga yang berada di ujung koridor. Dia bersembunyi di balik dinding guna sedikit menguping pembicaraan antara Maxy Junior dan Mary Juniar.
"Maafkan aku, Mary Juniar… Tapi aku tidak bisa seperti ini…" Maxy Junior mendorong mundur Mary Juniar dengan lembut sekaligus melepaskan diri dari pelukan adik angkatnya.
"Kau telah termakan guna-guna Natsumi Kyoko itu, Bang Maxy Junior! Dia telah menjeratmu dengan guna-gunanya sehingga kau tidak bisa melepaskan diri seperti ini!" tuding Mary Juniar dengan napas yang memburu dan sepasang mata yang panas menyala-nyala.
"Andaikan itu adalah guna-guna… Andaikan Natsumi memang benaran menggunakan guna-guna menjeratku seperti ini, Mary… Aku rela untuk terus terjerat seperti ini. Really really sorry… Aku sungguh tidak bisa menjelaskan rasanya seperti apa, tapi aku rela untuk terus terjerat seperti ini dan tidak ingin keluar selamanya."
Trenyuh hati Natsumi Kyoko mendengar pernyataan seperti itu dari sang pangeran tampan. Cinta itu misteri. Masing-masing manusia telah ditakdirkan dengan pasangan mereka masing-masing. Natsumi Kyoko sering mendengar pepatah lama tersebut dari bibi dan neneknya ketika ia masih kecil. Benarkah itu?
"Dan kau juga telah menjeratku dengan guna-gunamu sehingga aku tidak bisa keluar dan terus terperangkap seperti ini. Kau sudah menjeratku dan kemudian kau mencampakkan aku seperti ini, Bang Maxy Junior… Kenapa kau begitu tega, Bang Maxy Junior? Kenapa kau begitu tega?" Mary Juniar mulai menangis sesenggukan dan perlahan-lahan ia terlihat berjongkok lemas di lantai.
Serba salah jadinya Maxy Junior melihat si adik menangis tersedu-sedu seperti itu. Bagai makan buah simalakama, dia sama sekali tidak tahu apa yang harus diperbuatnya supaya si adik angkat bisa berhenti menangis.
"Mary… Mary Juniar… Jangan seperti ini… Tolong berdirilah… Aku sangat mencintai Natsumi. Aku tidak mungkin melepaskan perasaanku ini terhadapnya. Namun, aku tetaplah abangmu, Mary. Aku akan menjagamu. Aku akan tetap di sampingmu. Kita masih satu keluarga. Kita tetap akan sering-sering bertemu ke depannya."
"Pergi dari sini, Bang Maxy Junior…" sergah Mary Juniar dengan nada suara yang agak tinggi, di antara isakan-isakannya.
"Mary… Kenapa kau terus menyiksa dirimu sendiri gara-gara aku? Kau membuatku menjadi merasa bersalah, Mary Juniar…" kata Maxy Junior lirih dengan sorot mata bersalah.
"Jika kau merasa bersalah padaku, tetaplah di sampingku dan cintailah aku, Bang Maxy Junior…"
"Jelas kau tahu itu hanya perasaan bersalah, Mary… Itu bukan cinta…" gumam Maxy Junior masih dengan sorot mata bersalah yang sama.
"Jika kau sama sekali tidak bisa membalas perasaanku, aku mohon… Tinggalkan aku sendiri di sini, Bang Maxy Junior… Tinggalkan aku di sini… Aku ingin kesendirian untuk menenangkan diri…"
Mau tidak mau, Maxy Junior akhirnya berhenti membujuk. Dia memang tidak bisa mengapa-apakan Mary Juniar yang bersikukuh mempertahankan perasaanya terhadap dirinya. Maxy Junior berjalan ke arah bagian depan bangunan sekolah. Langkah-langkah kakinya terdengar semakin dan semakin jauh. Barulah Natsumi Kyoko berani keluar dari tempat persembunyiannya dan berdiri di hadapan Mary Juniar.
Natsumi Kyoko mengulurkan tangan kanannya. "Berdirilah, Mary Juniar… Aku tidak ingin melihatmu seperti ini."
"Jadi apa yang kauinginkan?" Mary Juniar menyeka ekor matanya yang berair. Masih dalam keadaan berjongkok, dia mengangkat kepalanya dan memandangi saingan cintanya dengan sorot mata penuh dendam dan amarah.
"Aku ingin kau sadar… sadar… bahwa masalah perasaan itu bukanlah masalah yang bisa diatur sesuka hati dan dipaksakan."
"Atas dasar apa kau merebut Bang Maxy Junior dariku, Natsumi! Atas dasar apa kau mengambilnya dariku! Aku sudah bersama-sama dengannya semenjak kami masih kecil! Kau baru saja mengenalnya selama satu bulan lebih belakangan ini! Atas dasar apa kau langsung merampasnya dari sisiku!"
Mendadak Mary Juniar berdiri dan sedikit menerjang ke arah Natsumi Kyoko. Dia mendorong saingan cintanya itu dengan kasar sampai-sampai badan Natsumi Kyoko menempel pada dinding koridor.
"Maafkan aku… Maafkan aku… Aku juga tidak bisa mengendalikan dan mengatur perasaan ini sesuka hati… Maafkan aku…"
"Lepaskan dia, Natsumi! Kau mau kan? Kau mau kan kembalikan Bang Maxy Junior kepadaku?" Mendadak saja Mary Juniar memberondong Natsumi Kyoko dengan permintaan yang tak masuk akal dengan gaya bicara yang bercampur antara pemaksaan dan kesedihan.
Natsumi Kyoko tidak bisa berucap apa pun. Dia hanya terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.
"Hanya Bang Maxy Junior satu-satunya yang bisa kuandalkan dalam perjalanan hidupku ke depannya. Hanya dia satu-satunya yang menjadi sandaran hatiku dan tempatku berlindung selama ini. Kenapa kau begitu tega merampasnya begitu saja, Natsumi! Kenapa kau begitu kejam merebut satu-satunya sandaran hati yang kumiliki!"
Mary Juniar kali ini sedikit menjambak rambut Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko memekik kesakitan. Dengan kasar, Mary Juniar mendorong Natsumi Kyoko. Natsumi Kyoko jatuh terjerembab ke samping. Mary Juniar terus menyerang Natsumi Kyoko secara membabi buta. Natsumi Kyoko hanya bisa terbaring tidak berdaya di lantai.
"Aku takkan membiarkanmu menjadi pasangan Bang Maxy Junior siang nanti, Natsumi! Kau tidak boleh bertemu dengan Bang Maxy Junior lagi, setidaknya sampai acara pemilihan pangeran White Day nanti selesai."
Sambil tertawa dengan nada yang janggal, Mary Juniar menarik tangan kiri Natsumi Kyoko, menyeretnya masuk ke dalam kamar mandi. Di ujung koridor tersebut memang terdapat sebuah kamar mandi yang jarang dimasuki oleh murid-murid. Hanya dipakai oleh para guru dan staff sekolah. Itu pun jarang sekali… Apabila kebetulan ada lewat daerah tersebut dan sesak buang air kecil atau besar, barulah kamar mandi itu dipakai.
"Aku tidak akan membunuhmu… Jangan khawatir… Aku hanya ingin kau pingsan, Natsumi. Pingsan dan tidak sadarkan diri setidaknya sampai acara pemilihan pangeran White Day selesai."
Mary Juniar mulai menceburkan kepala Natsumi Kyoko yang tidak berdaya ke dalam bak kamar mandi yang penuh airnya. Natsumi Kyoko ketakutan setengah mati. Tadinya dia hanya berniat membantu menenangkan Mary Juniar dan mencoba menawarkan pertemanan kepada perempuan itu. Dia tidak menyangka Mary Juniar yang terpojok dan tiada jalan lain lagi akan memperlakukannya dengan sedemikian kejam. Cinta telah membutakan mata dan akal waras perempuan itu.
Terlihat kedua tangan Natsumi Kyoko yang meronta-ronta hebat guna menaikkan kepalanya ke permukaan lagi dan memperoleh sedikit oksigen namun gagal.
Dengan kasar, Mary Juniar mengeluarkan kepala Natsumi Kyoko dari air bak mandi dan menghempaskannya ke dinding kamar mandi. Kepala Natsumi Kyoko terbentur ke dinding kamar mandi. Ditambah dengan rasa kejut luar biasa yang menyerang kesadarannya barusan, akhirnya dia benaran pingsan tak sadarkan diri. Terlihat sekujur tubuh Natsumi Kyoko terduduk di lantai dan bersandar lemas ke dinding kamar mandi. Rambut, wajah, leher dan sebagian pakaian seragamnya yang bagian atas terlihat basah kuyup.
"Dengan demikian kau takkan bisa lagi mengikuti acara pemilihan pangeran White Day siang ini… Aku yang akan memberikan hadiahmu kepada Bang Maxy Junior. Aku yang akan menggantikan dirimu menjadi pasangan Bang Maxy Junior siang ini. Hahaha… Hahaha…" Terdengar tawa Mary Juniar dengan nada yang janggal.
Membiarkan Natsumi Kyoko pingsan tidak sadarkan diri di dalam kamar mandi, Mary Juniar melangkah keluar dari kamar mandi dan menutup rapat-rapat pintu kamar mandi tersebut. Karena dia tidak memiliki kuncinya, tentu saja dia tidak bisa mengunci kamar mandi tersebut.
Alangkah bagusnya jika aku memiliki kunci kamar mandi ini… Kupastikan Natsumi Kyoko takkan bisa keluar dari kamar mandi ini. Kalau bisa, sekalian saja dia meregang nyawa di dalam! Terdengar senandika suara hati Mary Juniar yang bengis kejam nan tidak ada belas kasihan sedikit pun.