Natsumi Kyoko turun ke lantai satu dan bergegas ke pintu belakang sekolah yang bersebelahan dengan ruangan auditorium. Hari ini pintu belakang sekolah memang akan dibuka. Para undangan acara nantinya akan masuk melalui pintu belakang yang langsung mengarah ke auditorium yang super luas tersebut.
"Terima kasih ya, Bang…" kata Natsumi Kyoko setelah ia memeriksa barang-barang yang dibelinya dan barang-barang tersebut sudah lengkap.
Si kurir yang mengantar barang-barang tersebut menyerahkan selembar form kepada Natsumi Kyoko untuk ditandatangani. Setelah Natsumi Kyoko menandatangani form tersebut, kurir itu berlalu pergi.
Natsumi Kyoko membawa masuk bungkusan plastik yang berisi barang-barang pesanannya dengan penuh semangat. Namun, saat ia hendak berjalan masuk dari pintu belakang sekolah, ia mulai menyadari adanya seseorang yang tengah mengawasinya pada saat itu. Dia berhenti sejenak dan serta-merta berpaling ke kiri.
Mary Juniar terhenyak seketika karena ia tidak menyangka Natsumi Kyoko akan merasakan kehadirannya dan langsung berpaling ke tempat persembunyiannya. Mau tidak mau, ia langsung menarik kepala dan seluruh badannya lebih dalam masuk ke tempat persembunyiannya.
Hati kecil dan perasaan Natsumi Kyoko yang terdalam mulai tidak enak. Dengan sedikit berlari kecil, Natsumi Kyoko membawa masuk bungkusan plastiknya. Tentu saja Mary Juniar tidak ingin kehilangan sasarannya. Ia juga berlari kecil, membuntuti Natsumi Kyoko, dengan tetap menjaga jarak di antara mereka berdua.
Natsumi Kyoko berlari-lari kecil sampai ke lantai tiga dan berbaur dengan murid-murid lain yang juga tengah menikmati jam istirahat pertama mereka. Mary Juniar terus mengikutinya dari belakang. Sesekali Natsumi Kyoko akan berpaling ke belakang dan ia masih melihat sosok Mary Juniar berdiri beberapa meter di belakangnya dan terus memperhatikannya. Perasaan dan hati kecilnya semakin tidak enak. Kepanikan mulai menggelimuni kuncup batin Natsumi Kyoko.
Apa yang harus aku lakukan sekarang? Bisa saja dia menghampiriku terang-terangan dan merebut hadiah-hadiahku ini. Harus bagaimana ini? Apakah aku harus bersembunyi? Harus bersembunyi di mana ya…? Hati nurani Natsumi Kyoko mulai berteriak panik.
Terpaksa Natsumi Kyoko berlari kecil menuruni anak-anak tangga lagi. Dia turun ke lantai dua. Mary Juniar tetap tidak mau kalah. Dia mengikuti Natsumi Kyoko turun ke lantai dua.
Sialan…! Sepertinya dia sudah tahu aku membuntutinya. Kini dia turun ke lantai dua lagi. Aku ingin lihat dia mau berlari-lari kecil seperti ini sampai kapan. Aku akan merebut hadiah itu darinya dan akulah yang akan menyerahkannya kepada Bang Maxy Junior nanti. Mary Juniar terus mengikuti sasarannya dengan sepasang matanya yang mendelik tajam.
Terlihat Natsumi Kyoko berbelok ke kanan di ujung koridor lantai dua. Mary Juniar mempercepat langkah-langkahnya karena sungguh ia tidak boleh kehilangan sasarannya. Dia sudah bertekad dalam hati. Hadiah-hadiah Natsumi Kyoko itu mesti jatuh ke dalam genggaman tangannya jam istirahat pertama itu juga.
Sayang sekali… Sungguh sial bagi Mary Juniar… Saat dirinya hendak mencapai bagian ujung koridor lantai dua, terlihatlah Maxy Junior mendadak muncul dari belokan kanan ujung koridor tersebut. Terkejutlah Mary Juniar dengan kedua mata yang mencelang dan mulut yang terbabang lebar.
"Mau ke mana, Mary?" tanya si abang angkat dengan tatapan mata dan mimik wajah yang sama sekali tidak bersahabat. Kini Maxy Junior sama sekali tidak menampilkan senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.
"Aku… Aku… Aku ingin menjumpai seorang teman di lantai satu…"
"Turun ke lantai satu kan bisa dari tangga yang ada di tengah-tengah bangunan sekolah depan sana. Kenapa mesti kau memakai tangga yang kebanyakan sering dipakai oleh guru dan para staff sekolah ini?"
"Suka-suka aku dong aku mau memakai tangga yang mana…! Sekarang sampai aku mau lewat tangga mana pun, kau mesti kali mengatur-ngatur aku, Bang Maxy Junior!"
"Hari-hari biasa kau ingin lewat tangga mana pun, itu sama sekali bukan urusanku! Khusus hari ini, ada di mana posisimu, apa-apa saja yang sedang kaulakukan, dan lewat tangga-tangga mana saja, itu full akan berada di bawah pengawasanku! Kuperingatkan jangan melakukan hal-hal yang akan membuatmu menyesal, Mary."
Mary Juniar sungguh tidak menyangka kata-kata yang sebegitu dingin nan tidak berperasaan seperti itu bisa terlontar keluar dari mulut sang abang angkat yang selama ini begitu dikagumi, begitu dicintai, dan begitu diharapkannya.
"Yang membuatku menyesal adalah aku tidak bisa mendapatkanmu. Yang membuatku menyesal adalah akhirnya kau mencampakkanku dan memilih cewek itu. Yang membuatku menyesal adalah kau sama sekali tidak mempedulikanku lagi sekarang. Yang memenuhi pikiranmu sekarang hanyalah Natsumi, Natsumi, dan Natsumi."
"Sudah kukatakan padamu, Mary Juniar… Selamanya aku akan menjagamu. Aku akan menjagamu karena kau adalah adikku. Kenapa kau tidak bisa mengerti?"
"Kau yang tidak bisa memahami ketulusan perasaanku padamu, Bang Maxy Junior. Jelas-jelas kau tahu aku tidak pernah ingin menjadi adikmu. Aku hanya ingin menjadi perempuan nomor satu dalam hati dan pikiranmu. Tidak bisakah kau mengabulkan satu permintaan kecilku ini?"
Mendadak saja dengan linangan air mata yang bergulir turun, Mary Juniar melingkarkan kedua lengannya ke pinggang sang abang angkat. Maxy Junior yang terkejut dipeluk seperti itu, hanya bisa berdiri membeku dalam pelukan si adik angkat. Dia tidak bisa berbuat apa-apa apabila ada seorang perempuan yang berlinang air mata seraya memelas-melas seperti itu di hadapannya.
Untuk beberapa menit, Maxy Junior hanya bisa berdiri membeku dalam pelukan sang adik angkat. Resah dan bingung menggelincir di padang pikiran Maxy Junior pagi itu.
***
Natsumi Kyoko masuk ke dalam ruangan perpustakaan. Dia berjalan sampai ke barisan rak-rak yang terdapat di ujung perpustakaan. Di sana Kimberly Phandana sudah menunggunya sendirian, tentunya dengan hadiah-hadiah yang akan diberikannya kepada Sean Jauhari nanti, yang bertebaran di lantai perpustakaan.
"Sorry, Kimberly… Really really sorry… Tadi Mary Juniar mengikutiku terus. Aku tidak bisa langsung masuk ke sini. Aku takut dia akan langsung merebut hadiah-hadiah ini dariku secara terang-terangan." Natsumi Kyoko sedikit menyeka peluh di keningnya. Dengan napas yang sedikit terengah, dia terduduk lemas di lantai perpustakaan sehabis berlari-lari kecil hampir mengelilingi seantero sekolah.
Mata Kimberly Phandana membeliak seketika mendengar hal itu. Dia teringat kembali ke insiden hadiahnya sendiri pada hari ulang tahun Sean Jauhari beberapa waktu lalu.
"Jadi bagaimana sekarang?"
"Maxy Junior sudah menghadangnya di lantai dua… Mudah-mudahan dia bisa berhenti mengikutiku dan tidak masuk ke dalam ruangan ini. Jika itu terjadi, rusaklah seluruh kejutan yang telah aku persiapkan buat Maxy Junior hari ini." Natsumi Kyoko menghela napas panjang.
"Oke… Lebih baik kita secepatnya membungkus semua hadiah ini, Natsumi. Jika Mary Juniar masuk ke sini sebelum kau menyelesaikannya, bisa berabe nanti…" tukas Kimberly Phandana langsung mulai membungkus hadiah-hadiah yang akan diberikannya kepada Sean Jauhari nanti.
Natsumi Kyoko mengangguk dan juga langsung mulai membungkus hadiah-hadiahnya. Kimberly Phandana sedikit membelalakkan matanya tatkala dilihatnya Natsumi Kyoko juga membelikan tiga setel celana renang model brief untuk Maxy Junior.
"Wow… Kau akhirnya jadi beli nih celana renang…?" tanya Kimberly Phandana dengan berdecak kagum. "Kau juga mengetahui ukuran Maxy Junior rupanya."
Natsumi Kyoko hanya mengangguk dengan sebersit senyuman lemah lembut. Dia tidak berniat menceritakan insiden ketika dia menemani Maxy Junior pulang ke apartemennya hari itu di saat sang pangeran tampan sakit.
"Tunggu sebentar… Bagaimana kalau nanti diam-diam Mary Juniar menyelinap ke ruangan penyimpanan hadiah dan menukarkan hadiahmu dengan hadiah-hadiah rongsokan lainnya yang memang sudah dipersiapkannya untuk mempermalukanmu di atas panggung?" tanya Kimberly Phandana tiba-tiba.
Mata Natsumi Kyoko mencelang. Dia kontan menutup mulutnya yang terbabang dengan kedua tangannya.
"Astaga! Tidak terpikirkan olehku sampai ke sana, Kimberly. Tapi, ruangan penyimpanan hadiah itu nantinya akan dijaga-jaga oleh Ronny dan Frebelyn. Bisakah dia menyelinap masuk ke sana?" Natsumi Kyoko mengernyitkan dahinya sembari sedikit bergidik ngeri.
"Aku tidak tahu… Tapi alangkah baiknya kalau kau sedia payung sebelum hujan kan?" gumam Kimberly Phandana lagi.
Natsumi Kyoko terlihat mereka-reka selama beberapa detik sebelum akhirnya ia mengangkat kepalanya dan bertanya,
"Jadi bagaimana aku bisa mencegah hal itu, Kimberly?"