Bel tanda jam istirahat pertama berbunyi. Natsumi Kyoko memperhatikan sesuatu yang tertera pada layar ponselnya. Dia mulai berdiri dan hendak berjalan ke pintu kelas ketika pertanyaan sang pangeran tampan sedikit menunda langkah-langkahnya.
"Mau ke mana, My Little Fairy?" tanya Maxy Junior dengan sedikit sinar mata terpelongo heran.
"Hadiahmu sudah datang. Aku pesan online. Aku mau mempersiapkannya dulu, Sayang…" kata Natsumi Kyoko dengan sebersit senyuman lemah lembut.
Maxy Junior mengangguk kemudian. Sambil mengantar kepergian sang bidadari cantik dengan sepasang matanya, dia sedikit bersiul sembari mengatur kecepatan detak jantungnya yang sekonyong-konyong lebih tinggi daripada biasanya.
"Jangan bilang kau mendadak bisa bergairah hanya karena rok Natsumi Kyoko hari ini sedikit lebih pendek dari biasanya ya…" ejek Thobie Chiawan. Ketiga sahabat yang lain meledak dalam tawa renyah mereka.
"Hei! Hanya aku yang boleh memperhatikannya, Thob. Kalau kau sahabatku, tolong jangan ikut-ikutan memperhatikan rok bidadari cantikku ya…" tegur Maxy Junior dengan raut muka sedikit cemberut.
Keempat sahabatnya meledak dalam tawa renyah mereka lagi.
"Oke… Oke deh… Dibandingkan dengan cewek, aku lebih memilih sahabat. Anggap saja mataku buta dan aku tidak pernah memberitahumu soal rok Natsumi Kyoko yang sedikit lebih pendek hari ini," kata Thobie Chiawan mengangkat kedua tangannya ke udara.
Maxy Junior menyeringai lebar. Dia mengangkat tangan dan mengelus-elus kepala sahabatnya itu.
"Aku tahu kau memang sahabatku…" gumam Maxy Junior masih dengan seringai yang sama.
"Sekarang kita bicarakan mengenai gairahmu. Bagaimana kau menahan hasratmu dari pelajaran pertama hingga ketiga tadi?" bisik Saddam Demetrio dengan kerlingan mata yang nakal. Ketiga sahabat yang lain meledak dalam tawa mereka lagi.
"Panas dingin aku selama tiga jam pelajaran tadi. Kesusahan aku mengaturnya supaya jangan sampai muncul sebuah gundukan dari balik celanaku ini," kata Maxy Junior jelas tampak kewalahan dan kini ia terlihat menyeka sedikit peluh yang ada di keningnya.
Keempat sahabatnya meledak lagi dalam tawa renyah mereka.
"Masih ada dua jam pelajaran lagi sebelum kita ke auditorium bersiap-siap untuk acara pemilihan pangeran White Day siang nanti. Berjuang dan bertahanlah, Kawan…" kata Rodrigo Wisanto menepuk-nepuk pundak Maxy Junior, tidak bisa menahan derai tawa gelinya.
"Aku rasa keputusanmu untuk menikahinya selepas masa SMA ini juga bukan keputusan yang salah sih, Maxy Junior. Aku rasa cepat atau lambat Natsumi Kyoko pasti akan jatuh ke dalam pelukanmu di atas ranjang kehangatanmu. Jadi, sebelum kau merenggut keperawanannya dan menghancurkan nama baiknya, alangkah baiknya kau menikahinya terlebih dahulu," sahut Verek Felix masih dengan sebersit seringai nakal pada wajahnya.
"Tentu saja… Sudah kubilang, aku tidak pernah main-main dalam mengambil keputusan. Kali ini aku benaran serius terhadap Natsumi Kyoko dan aku tulus hanya ingin membuatnya bahagia, dengan cinta dan kasih sayangku…" kata Maxy Junior dengan sedikit pandangan menerawang.
"Bagaimana dengan Mary Juniar?" tanya Thobie Chiawan lagi membuyarkan penerawangan Maxy Junior.
"Iya… Dia begitu terpukul dengan kenyataan bahwa kau sudah jadian dengan Natsumi Kyoko. Kau tidak perhatikan bagaimana raut mukanya dan si Shunsuke Suzuki itu pas meeting terakhir kita di ruang perpustakaan itu?" celetuk Rodrigo Wisanto.
"Mau bagaimana lagi? Seandainya saja masalah perasaan itu bisa dikendalikan dan diatur sesuka hati kita, takkan ada banyak orang yang putus cinta dan patah hati lagi di dunia ini. Iya nggak?" Maxy Junior menghela napas panjang.
"Aku rasa… rasa… Ini menurutku pribadi ya, Maxy… Mary Juniar takkan menyerah semudah itu. Ke depannya, kau dan Natsumi Kyoko harus banyak komunikasi saja. Jangan sampai kalian dipisahkan oleh berbagai kesalahpahaman yang pastinya akan didatangkan dan diciptakan oleh Mary Juniar." Saddam Demetrio memberikan pendapatnya.
"Iya… Aku tahu dia takkan menyerah semudah itu… Sebenarnya aku juga khawatir… Aku khawatir ia akan berbuat yang tidak-tidak saat acara pemilihan pangeran White Day siang ini." Kembali Maxy Junior menghela napas panjang.
"Kau sendiri sudah menegaskan perasaanmu padanya tidak bisa lebih dari perasaan seorang abang terhadap adiknya bukan?" Rodrigo Wisanto memastikan sekali lagi.
Maxy Junior mengangguk cepat. "Tentu saja… Malam ketika aku memastikan aku dan Natsumi sama sekali tidak ada hubungan darah itu, aku sudah menegaskan padanya aku akan menjaganya selamanya karena dia adalah adikku. Aku akan menjaganya seperti seorang abang yang menjaga adiknya."
"Oke deh… Sisanya tinggal dia sendiri apakah bisa tersadarkan atau tidak…" sambung Thobie Chiawan.
"Jika ia tersadarkan, dia sendiri yang akan menepis perasaannya terhadap Maxy Junior." Rodrigo Wisanto menimpali.
"Iya… Sama halnya dengan Shunsuke Suzuki itu… Aku harap ia juga akan sadar dan tidak lagi mengganggu hubunganku dengan Natsumi. Kalau dia tidak sadar-sadar juga, aku tidak yakin aku bisa mengendalikan emosi dan kemarahanku lain kali ketika aku bertemu dengannya." Maxy Junior terlihat sedikit mengeraskan rahangnya lagi begitu ia teringat insiden di depan rumah Natsumi Kyoko tempo hari.
"Benaran kau berniat mencekiknya sampai mati malam itu, Maxy Junior?" tanya Saddam Demetrio sedikit bergidik. Ketiga sahabat yang lain terlihat membeliakkan mata mereka.
"Tidak tahu… Yang jelas waktu itu aku begitu geram dengan sikapnya yang terus-menerus meracuni pikiran Natsumi supaya takut padaku dan menjauhiku. Aku tidak bisa menguasai diriku lagi. Kalau bukan… Kalau bukan…" Maxy Junior menyadari ia tidak boleh keterlepasan bicara jika ia tidak ingin menjadi bahan olok-olok keempat sahabatnya ini. Dia langsung terdiam.
"Kalau bukan apa?" tanya Verek Felix. Ketiga sahabat yang lain juga menunggu kelanjutan ceritanya dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Kalau bukan aku mendadak tersadarkan waktu itu aku bisa mencekiknya sampai mati, aku takkan melepaskannya dengan begitu mudahnya…" Maxy Junior sedikit berkilah dan menyambungkan ceritanya ke kenyataan palsu yang diciptakannya. Terlihat Maxy Junior sedikit menahan senyumannya.
Keempat sahabatnya membisu seribu bahasa. Mereka tahu betul dalam keadaan marah, sering kali Maxy Junior tidak bisa menguasai dan mengendalikan diri.