"Apakah… Apakah… Apakah aku memang bisa berkesempatan untuk menjadi sang Cinderella menemani sang pangeran paling tampan di seluruh sekolah Newton Era hari ini?"
"Ah, kau menanyakan sesuatu yang sudah kauketahui jawabannya, Periku…" Tangan Maxy Junior terangkat dan membelai-belai rambut panjang sedikit bergelombang sang bidadari cantiknya.
"Tapi aku ingin mendengarnya sekali lagi dari mulut sang pangeran," kata Natsumi Kyoko seraya sedikit membuang pandangannya ke arah lain.
"Tentu saja kau akan menjadi Cinderella-ku hari ini, Periku. Apa pun yang terjadi, kau akan tetap menjadi Cinderella-ku. Sampai kapan pun kau akan tetap menjadi Cinderella-ku." Maxy Junior mengatakannya sambil terus membelai-belai rambut sang bidadari cantiknya dan terus menatap sepasang mata sang bidadari cantiknya yang sebening kristal.
Sebersit senyuman lemah lembut terpancar mendekorasi wajah Natsumi Kyoko yang cantik jelita. Ketika mereka sudah sampai di ujung koridor dan akan naik ke anak-anak tangga yang akan membawa mereka ke lantai empat, Natsumi Kyoko tanpa ragu-ragu langsung mendaratkan satu kecupan mesra ke rahang bawah sang pangeran tampan.
Tampak sang pangeran tampan kini mengernyitkan dahi dan sedikit mengerucutkan sepasang bibirnya.
"Kenapa ciumanmu selalu tidak tepat sasaran, Periku?"
"Ini di sekolah, jadi tidak boleh terlalu tepat. Aku takut kau tak bisa mengendalikan diri jika aku memberikan ciuman yang tepat pada sasaran." Natsumi Kyoko tergelak kecil.
"Jadi yang kemarin malam ketika kau sedang tidur di atas dadaku?" Terlihat Maxy Junior merapatkan sepasang bibirnya dan menatap sang bidadari cantiknya dengan penuh arti.
"Kemarin kan aku sedang merebahkan diri di atas dadamu. Mau menaikkan kepala lagi supaya bisa mencium tepat pada sasarannya, rasa-rasanya aku sudah kehabisan tenaga karena sudah mengantuk," tukas Natsumi Kyoko sambil tergelak kecil lagi.
Maxy Junior makin mengerucutkan bibirnya dan memajukan sepasang bibirnya ke depan.
Kini mereka tengah menaiki anak-anak tangga yang membawa mereka ke lantai empat bangunan sekolah Newton Era.
Karena Natsumi Kyoko kini berdiri di anak tangga satu tingkat di atas sang pangeran tampannya, dia bisa mendaratkan satu kecupan mesra tepat di bibir sang pangeran tampan yang seksi menggiurkan. Pada mulanya sang pangeran tampan sedikit membelalakkan matanya karena terkejut mendapatkan ciuman mesra yang mendadak nan tiba-tiba. Namun, di detik-detik berikutnya, tampak sang pangeran tampan mulai menikmatinya. Ia mulai mengulum sepasang bibir tipis, seksi, mungil nan menggemaskan di hadapannya.
Natsumi Kyoko melepaskan ciumannya dengan sebersit senyuman cerah nan lemah lembut.
"Sudah kan? Ayo kita segera ke kelas, Sayang… Nanti bel akan segera berbunyi…"
Natsumi Kyoko menggandeng tangan sang pangeran tampan dan menariknya lembut menuju ke kelas mereka. Mereka keluar dari ujung koridor yang sepi, kembali berbaur dalam keramaian di koridor yang dipenuhi dengan ruangan kelas di sepanjang kiri dan kanannya.
Tentu saja setiap orang yang melihat kemesraan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko, setiap murid, guru, dan bahkan staff yang melihat kedekatan Sean Jauhari dan Kimberly Phandana, mulai lagi berbisik-bisik dan bergosip ria.
"Aku tebak kedua pasangan ini pasti akan langsung menikah selepas masa SMA ini."
"Ada bagusnya juga sih… Pasalnya mereka itu terlalu dekat. Jadi, sebelum benaran terjadi hamil di luar nikah, ada bagusnya mereka menikah duluan."
"Iya sih… Lagipula latar belakang Sean Jauhari dan Maxy Junior Tanuwira, kita sama-sama tahu deh… Mereka mau memperistri sepuluh cewek pun tak masalah, iya kan? Irinya aku sama kehidupan orang-orang kaya ini. Aku mau memperistri satu cewek saja, kerja dan menabung sampai 10 tahun baru bisa."
"Itulah bedanya kita-kita yang dari golongan biasa ini dan mereka yang berasal dari golongan atas."
Untuk beberapa saat, para guru dan staff sekolah tenggelam ke dalam gosip mereka dan termenung tentang peruntungan dan kehidupan masing-masing.
Lain lagi gosip dan desas-desus yang beredar di kalangan para murid yang melihat kedekatan dan kemesraan kedua pasangan tersebut.
"Tidak diragukan lagi… Kedua pasangan ini akan terpilih menjadi pasangan paling romantis tahun ini nantinya."
"Iya… Aku sudah tidak sabar menantikan acaranya jam 12 siang nanti. Para penari dan pemain drama bahkan sudah tidak mengikuti pelajaran dari jam pertama ini kan? Tadi ketika melewati auditorium, aku sudah melihat mereka mulai geladi resik."
"Iya… Sepertinya acara pemilihan pangeran White Day tahun ini bakalan lebih seru dan lebih meriah deh... Kelima calon pangeran White Day yang ada sudah terkenal memiliki sepak terjang yang dahsyat di sekolah kita ini, iya kan?"
"Iya… Jadi tidak sabar aku menunggu sampai jam 12 nanti…"
Mary Juniar sedikit banyak juga mendengar tentang rumor kemenangan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang kemungkinan besar akan terpilih menjadi pasangan White Day paling romantis. Dia mulai mengepalkan tangan dan mengeraskan rahang menahan amarah yang mulai mengerabik di semenanjung pikirannya.
Harus ada satu cara… Harus ada satu cara untuk menyingkirkan Natsumi Kyoko dari acara siang nanti. Bagaimana pun caranya, akulah yang harus bisa memberikan hadiah kepada Bang Maxy Junior dan akulah yang akan menjadi pasangannya nanti, bukan si Natsumi Kyoko itu! Aku akan menyingkirkannya dengan cara apa pun! Dengan cara apa pun!
Mary Juniar masih terus tenggelam dalam alam pikiran kemarahannya.
Di lain tempat dalam sekolah Newton Era, Shunsuke Suzuki sedang galau pagi itu.
Jadi selama ini Ciciyo memiliki perasaan yang lain terhadapku. Sungguh membingungkan…
Sebelumnya aku bersikeras ingin Natsumi yang menjadi pasanganku dalam acara pemilihan pangeran White Day nanti. Kok semakin dekat ke acaranya, aku semakin berpikir lain ya? Ada apa denganku? Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Apakah… Apakah aku sudah tidak menginginkan Natsumi yang menjadi pasanganku lagi? Apakah sekarang aku jadi menginginkan… menginginkan Ciciyo yang menjadi pasanganku pada saat acara nanti? Hati nurani Shunsuke Suzuki seakan berteriak dan membelandang ke permukaan.
Lindap galau dan bingung masih terus menggelincir di rangkup batin Shunsuke Suzuki pagi itu.