"Seandainya aku benaran pulang dalam pengaruh obat dan membawa pulang seorang cewek penghibur, kau mengusir cewek penghibur itu… lalu dengan siapa aku akan bisa melampiaskan hasratku yang sudah berada di bawah pengaruh obat ini?" Pertanyaan tersebut sungguh membuat Natsumi Kyoko terkesiap di tempatnya. Sebelumnya ia sungguh tidak pernah berpikir sampai ke sana.
"Apa kau sudah siap menyerahkan semuanya kepadaku, Periku?" Terdengar bisikan yang begitu lembut di samping telinga Natsumi Kyoko. Rona merah kembali menyelimuti kedua belahan pipinya.
"Kan itu tidak terjadi kan…? Kau pulang masih dalam keadaan sadar dan tidak membawa gadis penghibur mana pun bersama-sama denganmu…" Natsumi Kyoko berusaha mengelak dari pertanyaan tersebut.
"Kita sedang membicarakan soal 'seandainya' tadi, Periku – 'seandainya' yang ada dalam pikiranmu. Jika kau bisa sampai berpikir untuk mengusir cewek penghibur itu, tentunya kau sudah berpikir siapa yang akan menggantikannya, iya kan, My Little Fairy?"
Maxy Junior semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh sang bidadari cantik dan akhirnya sedikit menindihnya ke dinding. Jantung Natsumi Kyoko sudah tentu berdegup kencang dan berpacu dalam kecepatan tidak normal.
"Aku… Aku…" Sang bidadari cantik semakin merasa malu, semakin salah tingkah, semakin tidak bisa mengendalikan tindak-tanduk dan kata-katanya lagi.
"Lagi-lagi kau menjawabku dengan gaya malu-malu dan lemah lembut seperti itu, Periku Sayang… Kau membuatku semakin tidak tahan…"
Maxy Junior semakin mendekatkan wajahnya dan akhirnya bibirnya bertaut dengan bibir sang bidadari cantik. Dia mulai mengulum dan melumat habis sepasang bibir kecil nan seksi menggemaskan itu. Begitu dirasakannya sang bidadari cantik juga balas mengulum dan melumat bibirnya, terpaculah semangat Maxy Junior.
Hampir dua puluh detik Maxy Junior terus mengulum dan melumat bibir sang bidadari cantiknya. Sepasang bibir dan seraut wajah cantik jelita nan lemah lembut yang kini terpampang begitu dekat di depannya, seakan-akan memiliki daya supranatural tinggi yang bisa mengikat dan menghipnotis jati diri kelelakiannya.
"Hanya bisa sampai di sana, Periku Sayang… Aku takkan berbuat lebih jauh karena aku yakin sekarang kau pasti belum siap. Aku adalah seorang lelaki fuckboy dengan segudang cewek yang telah aku tiduri. Aku tak ingin menyakitimu, Sayang. Aku tak akan melakukannya denganmu jika kau belum siap. Aku akan rela menunggu sampai kau siap, Sayang," bisik Maxy Junior lemah lembut di telinga sang bidadari cantiknya.
Natsumi Kyoko sedikit tertegun mendengar pengakuan sang pangeran tampan yang begitu apa adanya, begitu jujur, begitu murni tanpa dibuat-buat. Memang terdengar sedikit menjijikkan… Akan tetapi, entah kenapa di balik kata-kata yang terkesan menjijikkan itu, Natsumi Kyoko menemukan adanya setitik ketulusan di sana. Oleh sebab itulah, Natsumi Kyoko hanya kembali menundukkan kepalanya sembari tersenyum malu.
"Oke… Aku akan pulang sekarang… Tadi aku keluar diam-diam dari jendela kamarku. Kini aku akan masuk lagi melalui jendela kamarku…" kata Natsumi Kyoko dengan seringai nakal.
Maxy Junior mencubit hidung sang bidadari cantiknya dengan lemah lembut.
"Bagaimana kalau kau temani aku makan dulu? Aku lapar sekali, Periku…" kata Maxy Junior dengan sebersit senyuman simpul.
Mata Natsumi Kyoko sedikit membesar.
"Jam segini kau belum makan, Sayang?"
"Nggak… Tadi aku sibuk menjaga dan memulangkan keempat sahabatku dari pub sana. Mereka yang have fun, aku pula yang kucar-kacir sana-sini memapah mereka sampai ke mobil, dan memasukkan mereka ke mobil masing-masing."
"Mereka bisa mengendarai mobil dalam keadaan mabuk parah?" Natsumi Kyoko sedikit mengernyitkan dahinya.
"Tidak… Aku telepon ajudan mereka masing-masing. Ajudan mereka yang bawa mobil antar mereka balik ke apartemen masing-masing. Kini aku lapar berat… Baru kusadari aku belum makan malam," tutur Maxy Junior dengan sepasang bibirnya yang sedikit maju ke depan.
"Malam-malam begini, palingan hanya bisa beli di minimarket kan?" Natsumi Kyoko tampak berpikir keras.
"Nggak perlu, Periku… Malam begini biasanya aku hanya makan oat. Dicampur dengan sedikit buah-buahan yang ada di kulkas, aku sudah bisa kenyang." Maxy Junior kemudian menyeringai lebar. Ia melingkarkan sepasang lengannya yang kekar nan bedegap ke pinggang sang bidadari cantiknya.
"Oke deh… Akan kuseduh bubur gandumnya dan kupotong buah-buahannya untukmu, Sayang…" Natsumi Kyoko mengangguk mantap sembari tersenyum lemah lembut.
Dengan bersemangat, Maxy Junior menarik lembut tangan sang bidadari cantiknya masuk ke dalam apartemennya. Dalam waktu hanya sepuluh menit, tangan Natsumi Kyoko yang memang cekatan sudah berhasil menyeduh bubur gandum buat Maxy Junior dilengkapi dengan potongan-potongan buah pir, apel, dan sedikit strawberry di atasnya. Ia sendiri juga makan semangkuk kecil bubur gandum guna menemani sang pangeran tampan mengisi perutnya malam itu.
Pembicaraan berlanjut dari pelajaran-pelajaran sekolah, ke kegiatan-kegiatan OSIS, sampai ke beberapa perencanaan mereka di masa depan nanti. Tak terasa waktu berlalu dengan sedemikian cepatnya. Memang benar apa kata orang tua zaman dulu. Waktu itu akan melesat dengan sedemikian cepatnya apabila kita habiskan bersama-sama dengan orang-orang yang kita sayangi dan kita cintai.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah satu. Natsumi Kyoko ingin pulang, tapi dicegah oleh sang pangeran tampan. Sang pangeran tampan memiliki baju piama yang pas sekali untuk ukuran tubuh Natsumi Kyoko.
"Sebenarnya rencananya itu akan kukasih kepada Mary Juniar sebagai hadiah ulang tahunnya Mei ini. Tapi, malam ini kau pakai itu saja, Natsumi. Mei nanti akan kubelikan yang baru buat Mary Juniar." Maxy Junior sedikit mengulum senyumannya.
Natsumi Kyoko hanya tersenyum lemah lembut. Dia berganti pakaian menjadi pakaian piama pemberian sang pangeran tampan yang memang cocok sekali untuk ukuran tubuhnya.
"Malam ini kau menginap di sini saja dulu… Besok pagi-pagi jam enam begitu, aku akan mengantarmu pulang ke rumah… Kau… Kau tidak keberatan kan tidur seranjang denganku?" Saat menanyakan hal itu, sontak kedua belahan pipi Maxy Junior juga memerah dan memanas. Dia segera merasakan detak jantung yang aneh nan lain dari yang lain saat dia mengajukan pertanyaan tersebut.
Natsumi Kyoko hanya menundukkan kepalanya sembari tersenyum malu. Dengan lembut, sang pangeran tampan menuntun tangannya ke tempat tidur. Akhirnya, mereka berbaring berdekatan di atas tempat tidur Maxy Junior malam itu. Terlihat posisi Natsumi Kyoko yang merebahkan kepalanya di atas dada sang pangeran tampan.
"Kau tidak takut dengan merebahkan kepalamu ke dadaku begini, aku akan melakukan hal yang macam-macam kepadamu, Periku?" tanya Maxy Junior dengan sedikit seringai nakal. Dia berdecak kagum pada kepercayaan yang diberikan oleh sang bidadari cantik itu.
Natsumi Kyoko hanya menggeleng lemah lembut dengan rona merah yang masih sedikit menggelantung di ujung kedua belahan pipinya.
"Sudah aku bilang aku percaya padamu, Sayang…"
"Iya… Aku tahu, Periku… Seorang lelaki sejati takkan menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan oleh wanitanya. Tenanglah… Di atas dadaku ini, kau bebas tidur sampai pagi nanti," bisik Maxy Junior lemah lembut, dengan nada yang serendah mungkin.
Natsumi Kyoko hanya tergelak sesaat.
"Bagaimana hubunganmu dengan Mary Juniar selama beberapa hari terakhir ini, Maxy Junior?" tanya Natsumi Kyoko.
Maxy Junior sedikit menghela napas panjang.
"Ya begitu-begitu saja, Periku… Dia bicara denganku di kala penting dan lebih sering tidak menggubrisku ketika tidak ada yang penting. Tapi, selain itu aktivitas hariannya masih normal kok. Dia masih sering ke bioskop, ke karaoke, ke plaza, ke rumah teman-temannya ketika dia senggang. Jadi, aku tidak terlalu mengkhawatirkannya."
"Sama dengan Bang Shunsuke kalau begitu, Sayang… Namun, karena dia masih menjalankan aktivitas hariannya secara normal, aku diamkan saja. Aku anggap dia masih memerlukan waktu untuk mengerti bahwa di antara dia dan aku itu sama sekali tidak mungkin."
"Tentu saja tidak mungkin… Kau hanya boleh bersama-sama denganku, Periku. Tidak boleh ada lelaki lain dalam hidupmu selain aku. Oke…?" Maxy Junior mengecup hidung sang bidadari cantiknya dengan manja.
Natsumi Kyoko kembali tergelak.
"Kalau begitu, hal yang sama juga berlaku untukmu, Sayang. Tidak boleh ada perempuan lain selain aku. Oke…?" tantang sang bidadari cantik. Maxy Junior menganggukkan kepalanya dengan mantap.
"Oke, Periku… Aku berjanji…"
Karena posisi kepalanya yang kerendahan, Natsumi Kyoko hanya bisa mengecup mesra dagu sang pangeran tampan. Dia kemudian kembali merebahkan kepalanya di atas dada sang pangeran tampan. Sang pangeran tampan kembali mengeratkan pelukannya.
Akhirnya Natsumi Kyoko pun terlelap dalam alam mimpi. Tangan sang pangeran tampan terus-menerus membelai-belai rambut sampai punggung Natsumi Kyoko.