"Bisalah mereka bicara sendiri, asyik sendiri, bahkan dengan panggilan sayang-sayangan lagi…" Thobie Chiawan mulai sedikit meledek.
"Dunia milik berdua, begitu indah dan memesona…" sahut Rodrigo Wisanto mulai setengah meledek dan setengah berguyon.
"Hanya ada kita berdua; aku memandangmu, kau memandangku… Kita berdua terlena dalam belaian cinta…" sahut Verek Felix dengan gayanya yang sedikit dramatis nan berlebihan.
"Dunia milik berdua; yang lain ngontrak!" Saddam Demetrio langsung tembak tepat pada sasaran.
Seisi ruangan perpustakaan mulai riuh dan heboh. Maxy Junior juga menundukkan kepalanya, mengelus-elus kepala belakangnya, dan kedua belahan pipinya sedikit merona malu.
"Oke… Sorry… Memang tadi ada sedikit yang ingin aku bicarakan dengan Natsumi loh…" Maxy Junior mengulum senyumannya.
"Iya… Ingat waktu, tempat dan kondisi ya, Pak Ketua," sembur Saddam Demetrio kali ini.
"Kau buat kami-kami yang jomblo ini angek ya!" sambung Thobie Chiawan.
"Tidak semua angek kok!" tukas Rodrigo Wisanto yang mengindikasikan Sean Jauhari dan Kimberly Phandana yang terlihat saling berbisik-bisik dan sesekali mereka akan tertawa dengan suara yang sangat rendah – takut mengganggu anggota-anggota OSIS yang lain.
Begitu semuanya mengarahkan pandangan mata ke mereka berdua, barulah Sean Jauhari dan Kimberly Phandana terdiam dengan sorot mata yang terpelongo heran. Semua anggota OSIS yang lain meledak dalam tawa geli mereka. Maxy Junior dan Natsumi Kyoko hanya saling bertukar pandang sembari mengulum senyuman mereka.
"Tadi ngomong soal tema pemilihan pangeran White Day kan…? Kenapa sekarang jadinya ke kami?" protes Kimberly Phandana dengan kening yang sedikit berkerut dan kemudian ia tampak merapatkan sepasang bibirnya. Sean Jauhari hanya ikut tertawa geli juga begitu menyadari ia dan Kimberly Phandana yang menjadi sasaran empuk ledekan teman-teman mereka.
"Kami sudah membicarakan soal Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang membuat kami-kami yang jomblo ini angek. Ternyata kalian juga sudah jadian, jadi kalian takkan angek lagi dengan apa yang dilakukan oleh Pak Ketua dan Bu Sekretaris kita ini," ujar Verek Felix yang disambut dengan derai tawa semua anggota OSIS yang hadir dalam ruangan itu, kecuali wajah Shunsuke Suzuki dan Mary Juniar yang sejak awal memang sudah sehitam arang dan sama sekali tidak sedap dipandang mata.
Kimberly Phandana hanya bisa menundukkan kepalanya dan tersipu malu. Dia kemudian mengangkat kedua tangannya ke udara.
"Terserah kalian mau bilang apa… Kami menyerah…" gumam Kimberly Phandana dan kemudian dia duduk lagi di samping sang kekasihnya.
Sean Jauhari sedikit melingkarkan lengannya ke pinggang sang kekasih pujaan hati. Ia juga hanya bisa tertawa lepas, ikut larut ke dalam candaan dan guyonan teman-temannya.
Seisi rapat OSIS dalam ruangan perpustakaan itu meledak lagi dalam tawa renyah mereka.
"Oke… Oke… Kita lanjutkan lagi ya… Nggak siap-siap nanti… Sudah mau jam empat pula ini…" kata Maxy Junior mengarahkan pembahasan mereka ke topik semula.
"Jadi, ada enam tema yang bisa menjadi pilihan kita semua di sini: tema Cinderella, tema Romeo & Juliet, Anthony & Cleopatra, Liang Shan Puo & Cu Ing Thai, tema Jack & Rose dari kisah Titanic, dan yang terakhir ada tema Mamoru dan Usagi dari cerita Jepang Sailormoon yang begitu melegenda ketika kita masih kecil."
"Dan kostum kita akan disesuaikan dengan tema yang terpilih nantinya?" tanya Shunsuke Suzuki dengan raut wajah dingin, tanpa ekspresi sedikit pun.
"Tentu saja…" jawab Maxy Junior santai. Ia tahu wajah wakil dan bendaharanya sangat tidak sedap dipandang mata. Namun, ia sama sekali tidak mengindahkan mereka.
"Tema Cinderella sudah tentu tema pangeran dan putri; tema Romeo & Juliet itu dengan pakaian gaya Italia zaman abad pertengahan; tema Anthony & Cleopatra itu pakaiannya Romawi dan Mesir kuno; tema Liang Shan Puo & Cu Ing Thai itu pakaiannya gaya China zaman kerajaan; tema Jack & Rose itu pakaian Inggris dan Amerika awal abad kesembilan belas; dan yang terakhir tema Mamoru & Usagi itu aku rasa kalian sudah tahu gaya pakaiannya itu seperti apa."
"Sudah mau dekat ini acara pemilihannya… Apakah sempat mereka mencari dan mempersiapkan pakaian-pakaiannya sesuai dengan ukuran badan kelima pangeran yang ada dan putri-putri yang akan menjadi pasangan mereka?" tanya Mary Juniar dengan sorot mata menantang.
"Tentu saja, Mary… Aku sudah bertanya ke sana-sini dan aku sudah menemukan galerinya. Keenam tema yang kusebutkan tadi ada semua baju-bajunya dalam galeri tersebut. Pada saat hari-H, tema mana pun yang kita sebutkan, mereka ready. Aku bahkan sudah membayar uang mukanya," kata Maxy Junior lemah lembut, berusaha sesabar mungkin berbicara dengan adik angkatnya itu.
Mary Juniar terdiam dan membisu seribu bahasa. Dengan mata yang sedikit mendelik tajam, dia kembali menundukkan kepalanya. Ia tidak ingin bertemu pandang langsung dengan abang angkatnya dan si sekretaris OSIS yang kini telah menjadi kekasihnya itu.
Pemilihan pun dilakukan dalam waktu 15 menit. Setelah suara dihitung, kebanyakan anggota lebih memilih tema Cinderella. Akhirnya Maxy Junior memutuskan tema mereka pada saat acara pemilihan pangeran White Day nanti adalah Cinderella. Natsumi Kyoko mengetikkan keputusan tersebut ke dalam notulen rapat yang ada dalam laptop-nya.
"Oke… Kelima pangeran yang ada akan menuliskan ukuran baju dan celana mereka, dan memberikannya kepada Natsumi ya… Aku akan minta tolong pada galeri itu mengantarkan pakaian-pakaiannya ke sini langsung pada saat hari-H. Kostum akan menjadi tanggung jawab Kimberly saja, oke kan?" Maxy Junior bertanya pada Kimberly Phandana dengan sebersit senyuman menawan.
"Oke, Pak Ketua…" jawab Kimberly Phandana dengan bersemangat sedikit mengacungkan tangannya ke atas.
Sean Jauhari tersenyum gemas dan ia membelai-belai kepala sang kekasih pujaan hati.
"Tanggung jawab sound system dan lighting akan menjadi bagian Thobie dan Saddam saja ya…" Maxy Junior memandangi kedua sahabatnya dan menyeringai lebar.
"Siap, Pak Ketua…" jawab Thobie Chiawan dan Saddam Demetrio serempak.
"Oke… Selanjutnya… Bagian hadiah yang akan diberikan kepada para pangeran White Day akan dikumpulkan terlebih dahulu kepada Ronny dan Frebelyn ya, oke kan?" Maxy Junior memandangi kedua rekannya dalam OSIS tersebut juga dengan sebersit senyuman menawan.
"Oke, Pak Ketua…" jawab Ronny Alwi Emery penuh semangat.
"Siap, Pak Ketua…" jawab Frebelyn Meyrita Jaya kurang bersemangat. Dia hanya menjawab dan tersenyum ala kadarnya.
Natsumi Kyoko hanya menatap Frebelyn Meyrita Jaya dari jarak beberapa kursi dengan sebersit senyuman simpul. Matanya bertemu pandang dengan mata Kimberly Phandana dan Kimberly Phandana juga hanya bisa membalas dengan melemparkan sebersit senyuman simpul. Sejurus kemudian, Kimberly Phandana sudah terlihat merebahkan kepalanya ke dada sang pangeran tampan yang bidang nan bedegap sembari terus mendengarkan apa yang disampaikan oleh Maxy Junior di depan ruangan rapat.
"Dokumentasi… Seperti biasa, akan menjadi tanggung jawab Bapak Verek. Oke kan, Pak?" Maxy Junior tersenyum menawan kepada salah satu sahabat dekatnya itu.
"Oke, Pak Ketua…" jawab Verek Felix penuh semangat.
"Konsumsi… Aku sudah memesan dari katering untuk jatah 500 orang. Nanti biar kepala kateringnya bertemu langsung dengan Rodrigo selaku bagian konsumsi. Oke ya, Pak Rodrigo?" Maxy Junior juga menyeringai lebar ketika ia mendistribusikan tanggung jawab kepada salah satu sahabatnya ini.
"Siap, Pak Ketua…" jawab Rodrigo Wisanto penuh semangat.
Pembahasan selanjutnya sedikit meliputi para office boy yang akan dikerahkan oleh Maxy Junior dan Natsumi Kyoko untuk menyusun meja dan kursi di ruangan auditorium sekolah yang luas nan lebar itu.
Rapat selesai dalam waktu satu jam ke depan, selesai pada pukul setengah lima. Satu per satu anggota OSIS meninggalkan ruangan perpustakaan. Sebelum keluar, keempat sekawan memberikan kode mata kepada Maxy Junior. Maxy Junior hanya mengangguk takut-takut – takut ketahuan oleh si peri cantik kesayangannya.
Tinggallah beberapa anggota OSIS di dalamnya, termasuk Shunsuke Suzuki, Mary Juniar, Sean Jauhari dan Kimberly Phandana.
"Nanti semua bon pembelian yang ada akan kuberikan kepadamu satu hari setelah hari-H ya, Mary…" ujar Maxy Junior lagi kepada adik angkatnya.
"Iya…" jawab Mary Juniar apa adanya dan ia segera berlalu keluar dari ruangan perpustakaan.
Shunsuke Suzuki mendengus sinis dan juga segera berlalu keluar dari ruangan perpustakaan.
Natsumi Kyoko hanya bisa menghela napas panjang sembari memandangi kedua orang yang baru saja keluar dari ruangan perpustakaan itu dengan sedikit sorot mata merasa bersalah.