Chereads / 3MJ / Chapter 71 - Saling Melengkapi dan Menuntun

Chapter 71 - Saling Melengkapi dan Menuntun

Sudah bisa ditebak… Kedekatan Maxy Junior dan Natsumi Kyoko keesokan harinya dan hari-hari ke depannya mengundang bisik-bisik dan desas-desus di seantero sekolah. Setelah Sean Jauhari dan Kimberly Phandana, prahara cinta antara si ketua OSIS dan sekretarisnya terulang kembali.

"Benaran Maxy Junior berhasil mendapatkan Natsumi Kyoko yang cantik jelita itu, Kawan."

"Iya… Sang ketua OSIS jadian lagi dengan sekretaris OSIS di tahun ajaran ini ya…"

"Benaran kedua posisi tersebut memiliki daya magis tersendiri. Barang siapa pun yang berbeda jenis kelamin, yang duduk di kedua posisi tersebut, akan jatuh cinta dan akhirnya akan jadian."

"Aku juga dengar dari orang Saddam Demetrio itu… Akhir-akhir ini Maxy Junior sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki lagi ke pub-pub. Banyak juga cewek yang dulunya pernah terlibat hubungan dengan Maxy Junior sesekali ada ke apartemennya mencarinya dan bermaksud ajak main lagi, tetapi mereka semua itu ditolak mentah-mentah oleh Maxy Junior."

"Salut aku dengan si Maxy Junior…"

Bahkan gosip dan desas-desus juga beredar di kalangan para guru, kepala sekolah dan staff sekolah.

"Bisa jadi sejak awal Maxy Junior bukan lelaki hidung belang. Dia hanya ke pub dan meniduri banyak cewek selama ini sebagai pelarian. Begitu dia mendapatkan cinta sejati dari sang sekretarisnya di OSIS, ruang kosong di hatinya pun terisi seketika dan ia mulai menampakkan kepribadiannya yang sebenarnya."

"Kasihan sekali ya… Begitulah kehidupan anak-anak orang kaya yang sering kali terlantar, kurang mendapatkan cinta dan perhatian. Kadang orang tua yang berbuat salah, tetapi dalam kebanyakan kasus, anak-anaklah yang menanggung konsekuensinya."

"Untunglah Maxy Junior terlepas dari sikap hidung belangnya dan playboy, dia termasuk salah satu murid paling berprestasi di sekolah ini. Setidaknya tidak semua pelariannya itu merupakan hal yang negatif."

Bisik-bisik, desas-desus, dan bulan-bulanan yang menjadi rahasia umum itu terus beredar sampai beberapa hari ke depan, sampai satu minggu ke depan.

"Mudah-mudahan kali ini Natsumi Kyoko bisa memberinya sebentuk cinta yang sejati, dan bisa menuntunnya ke arah yang lebih baik."

"Mereka akan saling melengkapi dan menuntun."

"Kenapa kau bisa bilang begitu?"

"Aku ada dengar-dengar juga… Keluarga campuran orang Jepang dan orang kita itu selalu memperlakukan anak-anak mereka dengan cara yang keras – terkadang bisa terlampau keras."

"Oh ya…? Benarkah itu…?"

"Iya… Terutama ibu mereka… Salah sedikit saja, fatallah akibatnya. Misalnya hari itu Ciciyo Suzuki ujian bahasa Inggris dapat nilai 75. Keesokan paginya aku lihat kedua pipinya itu sepertinya ada bercak-bercak memar begitu, seperti habis ditampar dengan sebuah benda berat, bukan dengan tangan manusia biasa."

"Mengerikan sekali… Kenapa ada orang tua zaman sekarang yang tega memperlakukan anak-anak mereka dengan sedemikian kejam?"

"Hal yang sama juga terjadi pada Natsumi Kyoko dua atau tiga hari setelah dia pindah ke sini."

"Kau tidak bertanya pada mereka apa sebenarnya yang terjadi?"

"Sudah… Tahulah… Mereka memilih bungkam. Mungkin tidak ingin memperpanjang masalah, tidak ingin menciptakan masalah baru di kemudian hari, dan juga mungkin tidak ingin menambah kerepotan baru dengan semakin banyaknya orang yang tahu."

Memang dalam waktu beberapa hari ke depan saja, latar belakang, kepribadian, bahkan sampai lingkungan keluarga dan tempat tinggal Maxy Junior dan Natsumi Kyoko menjadi topik pembahasan yang tak ada habis-habisnya di seantero sekolah Newton Era.

Hari ini sesudah jam pelajaran sekolah, beberapa pengurus OSIS sedang berkumpul di perpustakaan guna membahas acara pemilihan pangeran White Day yang tinggal beberapa hari lagi.

"Tema background-nya apa ya tahun ini? Aku sudah mengajukan lima atau enam tema ya di rapat kita yang terakhir kali – kalau aku tidak salah?" Maxy Junior bertanya sekali lagi kepada semua anggota-anggotanya di OSIS sambil setengah duduk di atas sebuah meja dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Maxy Junior turun dari setengah duduknya itu dan ia melangkah mendekati sang sekretaris yang masih sibuk ketik-mengetik, merangkum seluruh notulen yang ada dan mengurutkannya berdasarkan tanggal rapat.

"Coba buka lagi notulen rapat yang terakhir kali, My Little Fairy… Dua Kamis yang lalu kalau aku tidak salah, iya kan?" tanya Maxy Junior dengan raut wajah biasa dan pandangan mata yang serius, namun panggilannya itu membuat anggota-anggota OSIS yang lain saling bertukar pandang dan mengerling-ngerlingkan mata mereka dengan penuh arti, terutama si empat sekawan.

Natsumi Kyoko mencari di dalam berkas laptop-nya dengan raut wajah serius. Dia terlihat sedikit mengernyitkan dahinya. Senyuman lemah lembut merekah ketika ia sudah menemukan notulen rapat yang dimaksud oleh sang pangeran tampan.

"Iya… Dua Kamis yang lalu, Sayang… Ini dia… Ada enam tema yang kauajukan waktu itu…" Panggilan mesra sang sekretaris kepada sang ketua juga membuat beberapa anggota OSIS dalam ruangan tersebut saling bertukar pandang dengan penuh arti.

"Tapi, dalam rapat terakhir ini banyak yang tidak hadir, Sayang," cetus Natsumi Kyoko, juga dengan raut wajah biasa dan sinar mata yang serius dengan sebersit senyuman simpul.

"Memang sedikit ya, Little Fairy…" Mata Maxy Junior menelusuri tulisan-tulisan yang tertera pada layar laptop sang sekretaris, juga dengan raut wajah biasa dan sorot mata serius. Ia tampak mengurut-ngurut dagunya dengan santai.

"Iya… Kan musim ujian seminggu itu, Sayang. Kauulangi saja sedikit topik dari rapat yang terakhir kali itu dan biarkan mereka memilih sendiri tema apa yang mereka sukai. Kita ambil suara terbanyak saja. Bagaimana?" tukas si sekretaris mengajukan gagasannya.

"Oke deh… Terpaksa aku sampaikan sekali lagi sedikit pembahasan rapat kita yang terakhir kali itu, Periku…"

Maxy Junior tersenyum simpul dan mantap. Ia berpaling lagi ke anggota-anggota OSIS hendak menyampaikan sesuatu ketika mulai disadarinya anggota-anggota OSIS senyam-senyum memperhatikan dirinya dan Natsumi Kyoko.

Natsumi Kyoko yang menyadari ia dan sang pangeran tampan telah keasyikan dengan pembicaraan pribadi mereka tadi, kini hanya bisa menundukkan kepalanya tersipu malu. Kedua belahan pipinya terlihat merona merah. Ia hanya bisa mengulum senyumannya.