"Sudah pulang ya? Kalian baru saja pulang dari bersenang-senang?" Shunsuke Suzuki menatap Maxy Junior dan Natsumi Kyoko yang baru turun dari mobil dengan sepasang mata yang mendelik tajam. Jam baru menunjukkan pukul setengah sembilan sehingga ayah ibu mereka masih di dalam dan tidak keluar untuk menghakimi Natsumi Kyoko yang pulang malam.
Natsumi Kyoko sedikit menundukkan kepalanya. Dia masih sedikit merasa bersalah terhadap abang angkatnya. Sementara itu, Maxy Junior masih memandangi si abang protektif dengan gerak-gerik santai dan tidak reaktif sedikit pun.
"Apakah kau masih perawan, Natsumi?" tanya Shunsuke Suzuki sinis.
Sebenarnya emosi dan kemarahan Maxy Junior sudah dimulai sejak mendengar Shunsuke Suzuki berusaha meracuni pikiran sang bidadari cantiknya ketika berada di kafe tadi. Kini begitu ia mendengar semacam pertanyaan sinis yang menghina nan melecehkan dari si abang protektif, dia sungguh tidak bisa mengendalikan kemarahannya lagi. Sontak emosi tersebut langsung mencapai ubun-ubun Maxy Junior dalam sekejap.
"Bicara itu bagus sedikit bisa tidak sih!" Langsung Maxy Junior bergerak dua langkah ke depan dan mendaratkan satu tinju ke wajah Shunsuke Suzuki.
Shunsuke Suzuki jatuh terjerembab ke belakang. Dia hendak bangkit dan memberikan tinju balasan, tetapi Maxy Junior sudah berjongkok di depannya, mengunci kedua kakinya dan kini kedua tangan Maxy Junior tengah mencengkeram lehernya. Dia tidak bisa mengalahkan dahsyatnya tenaga Maxy Junior ketika emosinya sudah tersulut dan darahnya sudah mendesir sampai ke ubun-ubun di kepala. Kedua tangan Shunsuke Suzuki terlihat meronta-ronta, tetapi ia sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari cengkeraman kedua tangan Maxy Junior.
"Lepaskan dia, Maxy Junior! Lepaskan dia…! Lama-kelamaan dia bisa mati, Maxy Junior…!" Natsumi Kyoko terhenyak bukan main. Dia mendekati Maxy Junior dan sedikit mengguncang-guncangkan bahu sang pangeran tampan.
Akan tetapi, sang pangeran tampan yang tengah berada di bawah pengaruh emosi dan kemarahannya, sama sekali tidak bergeming sedikit pun.
"Aku paling tidak suka diprovokasi seperti ini ya! Menurutmu aku benaran hanya menginginkan keperawanan Natsumi? Kau pikir aku adalah lelaki bejat yang tidak tahu budi ya! Jangan samakan pemikiranmu yang kotor itu dengan diriku ya! Jangan pernah samakan dirimu yang rendah dan hanya menginginkan seks itu denganku ya! Jangan pernah samakan dirimu yang kotor itu dengan diriku ya! Kita ini tidak sama!"
Kedua tangan masih mencengkeram leher Shunsuke Suzuki. Kedua tangan Shunsuke Suzuki masih meronta-ronta. Wajah dan kedua pipinya sudah berwarna merah keunguan sekarang. Pandangan mata mulai kabur dan napas sudah tinggal satu-satu.
Mata Natsumi Kyoko semakin membelalak lebar menyaksikan apa yang terjadi pada abang angkatnya. Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya untuk meredakan kemarahan sang pangeran tampan, Natsumi Kyoko hanya bisa menggenggam wajah sang pangeran tampan dengan kedua tangan, memutar wajah tampan itu sehingga berhadapan dengan wajahnya, dan kemudian mendaratkan satu ciuman mesra ke bibir sang pangeran tampan.
Mata Maxy Junior perlahan-lahan melembut. Ia mulai memejamkan kedua matanya dan menikmati ciuman hangat yang diberikan oleh sang bidadari cantik. Tangannya perlahan-lahan mulai melonggar sehingga akhirnya Shunsuke Suzuki bisa membebaskan diri. Sambil terbatuk-batuk hebat, dia merangkak mundur ke belakang menghindari sosok Maxy Junior yang masih menikmati ciuman hangat dari sang bidadari cantiknya.
Shunsuke Suzuki masih terbatuk-batuk di tempatnya. Dia masih melemas di tempatnya dan tidak punya kekuatan untuk berdiri. Saat itu juga, dia bergidik ngeri dan menyadari Maxy Junior bukanlah lawan yang bisa diremehkan.
"Cepat masuk ke dalam, Bang Shunsuke!" sergah Natsumi Kyoko. Perlahan-lahan, Shunsuke Suzuki berdiri dan segera menghilang masuk ke dalam rumah.
"Maafkan aku, Natsumi… Maafkan aku… Untuk sesaat, aku benar-benar tidak bisa mengendalikan emosi dan kemarahanku tadi." Terdengar napas Maxy Junior yang sedikit tersengal ketika Natsumi Kyoko melepaskan ciumannya.
"Tidak apa-apa… Sedikit banyak aku sudah tahu bagaimana jadinya ketika kau meledak dalam emosi dan kemarahan. Aku bersyukur sekali ketika ciuman ini berhasil meredakan emosi dan kemarahanmu." Tangan Natsumi Kyoko masih menyentuh nan membelai-belai wajah dan rambut poni sang pangeran tampan.
Perlahan-lahan, Maxy Junior berdiri dan menuntun sang bidadari cantiknya untuk berdiri juga.
"Kau merasa baikan sekarang?" tanya Natsumi Kyoko masih agak cemas. "Perlu aku yang bawa mobil saja dan antar kau balik? Sesampainya di tempatmu sana, kau bisa memanggil mobil Grab dan aku bisa naik Grab balik lagi ke sini."
Maxy Junior menggeleng lembut, "Tidak usah, Periku Sayang… Nanti kau kemalaman pulang, ibumu akan memberikanmu hukuman-hukuman yang tidak manusiawi lagi."
"Bibiku sedang tinggal bersama kami. Sedikit banyak, ia akan membelaku ketika ibuku memukulku dan memberikanku hukuman-hukuman yang tidak manusiawi." Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut.
"Tidak usah, Natsumi… Aku bisa pulang sendiri. Aku tidak ingin merepotkanmu. Jika benaran kau yang bawa mobil dan mengantarku pulang, kau akan tinggal di apartemenku, dan tidur seranjang denganku. Kau berani?" Maxy Junior mengerling-ngerlingkan matanya dengan penuh arti sembari menyeringai nakal.
Natsumi Kyoko menepuk ringan lengan sang pangeran tampan.
"Huh! Orang lagi serius-seriusnya, dia malah bisa berpikir mesum lagi…"
Maxy Junior meledak dalam tawa renyahnya. Dia menampilkan senyuman menawannya lagi. Hilang sudah semua emosi dan kemarahannya tadi.
Natsumi Kyoko sungguh takjub dan berdecak kagum tatkala disadarinya sang lelaki player itu benaran telah takluk kepadanya. Di sisi lain, ada haru dan bahagia yang mulai bergelitar di beranda pikirannya. Natsumi Kyoko hanya memancarkan senyuman gemasnya melihat tingkah laku sang pangeran tampan.