Mereka mulai menyelisir di tepian pantai utara kota Jakarta itu.
"Ngomong-ngomong soal jadian, kau kan sudah sering jadian dengan banyak cewekmu yang sebelumnya kan? Kenapa bisa sebahagia ini?" goda Natsumi Kyoko sejenak dengan sedikit mengulum senyumannya.
"Demi Tuhan, Natsumi… Pengalamanku kali ini denganmu benar-benar berbeda dan saat ini aku sangat bahagia. Aku tidak tahu bagaimana cara melukiskannya, tetapi aku benar-benar merasa kebahagiaanku ini sungguh tidak tergantikan dengan apa pun di seluruh semesta ini."
Natsumi Kyoko meledak dalam tawa gelinya. Sambil bergandengan tangan, mereka terus menyelisir di tepian pantai utara kota Jakarta. Semilir angin malam berhembus menerpa rambut Natsumi Kyoko yang panjang dan sedikit bergelombang. Rambut sang bidadari cantik terus bergerak-gerak di bawah terpaan angin malam.
"Bulan malam ini begitu jelas, ditemani oleh bintang-bintang di sekitarnya…" Natsumi Kyoko menengadahkan kepalanya ke langit malam.
"Rembulan juga bahagia dan menyesuaikan kebahagiaannya dengan kebahagiaan di hatiku saat ini, Periku Sayang…"
Natsumi Kyoko tersenyum lemah lembut.
"Aku bukan perimu, Maxy Junior…"
Maxy Junior membelai lembut wajah sang bidadari cantiknya. Dia mengelus dan menggeraikan rambut hitam sang bidadari cantik yang panjang nan sedikit bergelombang.
"You're my little fairy, Natsumi. Kau adalah periku yang memberiku cahaya dan kesegaran di tengah-tengah padang kehidupanku yang tandus, gelap gulita dan tidak berarti apa-apa selama ini, Periku Sayang. Begitu mengenalmu, aku berterima kasih pada Yang Maha Kuasa di atas sana telah menghidupkanku dan membawa kehidupanku sampai ke saat ini, detik ini, sehingga aku bisa berdiri di sampingmu saat ini dan mengatakan betapa aku mencintaimu."
Natsumi Kyoko sedikit menghela napas panjang. Dia kembali menatap sang pangeran tampan dengan sorot mata penuh cinta.
"Bagaimana hubunganmu dengan ibumu, Maxy Junior? Semenjak pulang dari Bali itu, apakah sekarang kalian sedikit dekat?"
Maxy Junior menggeleng lemah dan tersenyum kecut sekarang. Dia terus menggandeng tangan sang bidadari cantik dan mereka berdua menyelisir di tepian pantai utara tersebut.
"Masih sama seperti dulu, Periku Sayang. Mungkin sejak awal dia memang tidak pernah menganggap kami sebagai anak-anaknya. Sejak awal dia hanya menganggap kami ini sebagai mesin, tidak lebih dari mesin-mesin penggerak dan pewaris yang akan melanjutkan perusahaan-perusahaannya itu kelak."
"Sama dengan ibuku, Maxy Junior… Terkadang aku tidak jelas apakah aku adalah seorang anak di matanya atau dia membesarkanku hanya untuk menjamin hari tuanya kelak." Natsumi Kyoko terlihat tersenyum kecut.
"Bagaimana dengan ayahmu?" tanya Maxy Junior lemah lembut.
"Sama seperti ibumu, dia akan sangat sibuk dengan perusahaan-perusahaannya dan terkadang dia pulang di saat kami semua sudah tidur. Aku bahkan tidak sempat bercerita padanya apa-apa saja yang kualami di sekolah hari itu, tidak sempat bercerita padanya hukuman-hukuman apa saja yang diberikan Ibu kepadaku pada hari itu."
Tampak Maxy Junior sedikit menggemeretakkan gigi-giginya.
"Ketika kita sudah menikah nanti, kau akan pindah keluar dari rumah itu dan tak perlu lagi menerima segala hukuman ibumu yang tidak manusiawi itu."
"Menikah? Kita kan masih terlalu muda untuk memikirkan soal pernikahan…" Rona merah kembali muncul di kedua belahan pipi sang bidadari cantik.
"Tidak sekarang, Sayang… Jangan terkejut dulu… Maksudku nanti… nanti… Yang pastinya kita akan menikah nanti dan aku bisa memilikimu secara utuh."
Meronalah kedua belahan pipi sang bidadari cantik. Dengan sebersit senyuman menawan, Maxy Junior meraih sang bidadari cantik ke dalam dekapan hangatnya.
"Entah kau mau atau tidak jika aku mengajakmu menikah denganku selepas masa SMA nanti, Periku Sayang…" gumam Maxy Junior masih dalam posisi memeluk sang bidadari cantiknya.
"Kau yakin, Maxy Junior?"
"Justru aku yang akan bertanya padamu… Kau yakin nggak, menjadi milikku dan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?"
"Haruskah aku menjawabnya sekarang?" Natsumi Kyoko mulai mengulum senyumannya dalam pelukan sang pangeran tampan.
"Tidak usah menjawabnya sekarang, Periku. Aku akan selalu menunggu jawabanmu sampai kau benar-benar siap dan yakin."
Natsumi Kyoko tersipu malu lagi. Sepasang tangan terangkat dan ia membalas pelukan sang pangeran tampan.
Ya Tuhan… Apakah ramalan yang diceritakan oleh Bibi Keiko itu akan menjadi kenyataan? Apakah beban hidupku dan beban pikiranku akan berkurang setelah aku menikah dan menjadi seorang ibu muda? Apakah Maxy Junior ini adalah anak laki-laki yang dulu pernah main ke rumah ketika aku masih kecil? Banyak sekali tanda tanya yang meragas benak pikiran Natsumi Kyoko.
"Ketika dua orang yang sejak kecil selalu kekurangan cinta, yang menjadikan mereka orang-orang yang selalu haus akan cinta, yang selalu mendambakan cinta, bertemu satu sama lain… Menurutmu, apa yang akan terjadi, Periku Sayang?" tanya Maxy Junior mengelus-elus kepala dan rambut sang bidadari cantiknya.
"Apa yang akan terjadi?" Natsumi Kyoko sedikit menengadahkan kepalanya.
"Walau berat, aku yakin keduanya akan bersama dalam akhir kebahagiaan, Natsumi Sayang… Sekarang aku ingin bertanya lagi padamu…"
Natsumi Kyoko menatap sang pangeran tampan dengan tatapan polos.
"Walau perjalanan di depan itu panjang berliku, maukah kau menemaniku menjalaninya sampai akhir?"
Natsumi Kyoko menemukan sorot cinta dan keyakinan di mata Maxy Junior. Mungkin itulah hal yang kira-kira membuatnya kemudian menganggukkan kepalanya.
Maxy Junior kembali mengeratkan pelukannya. Lakon cinta terus berlanjut ke semua penjuru, menembus semua batasan.