Mobil Maxy Junior diparkir di pelataran parkir Ancol. Maxy Junior menggandeng tangan sang bidadari cantiknya dan membawanya ke pesisir pantai yang sudah mulai sepi karena langit sudah gelap. Namun, kafe-kafe yang berjejer di sepanjang pesisir pantai utara masih ramai dan aktif.
"Ngapain kita ke sini, Maxy Junior?" Natsumi Kyoko memandang ke sekelilingnya dengan bingung.
"Maafkan aku… Tapi tadi aku memasang penyadap di bawah meja tempat kau duduk." Maxy Junior langsung mengakui perbuatannya.
"Hah?" Natsumi Kyoko sedikit terperanjat kaget. Meronalah wajah dan kedua belahan pipinya.
"Sekarang aku ingin mendengarnya langsung darimu, Natsumi." Maxy Junior memandangi sang bidadari cantiknya lekat-lekat.
"Mendengar apa?" Natsumi Kyoko mulai deg-degan dan gelagapan.
"Semua yang kaukatakan pada Shunsuke Suzuki sewaktu di kafe tadi. Bolehkah aku mendengarnya sekali lagi dari mulutmu?" tanya Maxy Junior lagi. Kini ia mengurung sang bidadari cantiknya dengan menempelkan kedua tangannya di dinding batu yang ada di belakang punggung sang bidadari. Jelas Natsumi Kyoko tidak bisa bergerak sama sekali. Ia juga mulai gugup nan deg-degan karena wajah Maxy Junior semakin dan semakin dekat dengan wajahnya. Mulai terdengar desahan napas Maxy Junior yang lembut nan teratur.
"Kau… Kau sudah mendengarnya tadi. Kenapa kau ingin aku mengulanginya lagi? Aku sudah lupa apa-apa saja yang kukatakan tadi." Natsumi Kyoko tentu saja merasa semakin gugup. Jantungnya berdegup kencang nan tak karuan.
Natsumi Kyoko berusaha menggeliat ke bawah dan melarikan diri dari bawah.
Maxy Junior mencegat tangannya dan kembali menempelkannya ke dinding batu di pesisir pantai.
"Kau pasti masih ingat… Ayolah… Aku ingin mendengarnya… Apa susahnya sih menceritakan kembali semua isi hatimu yang sempat kauceritakan tadi kepada Shunsuke Suzuki di kafe tadi?" Maxy Junior mendekatkan wajahnya lagi dengan penuh percaya diri. Kini hidung keduanya sudah saling bersentuhan. Sedikit lagi sebelum akhirnya bibir mereka berdua akan saling bertemu.
"Aku… Aku…" Natsumi Kyoko tidak bisa membendung cinta dan kegugupannya lagi. Ia memejamkan mata dan sedikit memalingkan kepalanya ke samping.
"Aku sudah ingat ciuman pertamamu denganku itu di mana. Aku sudah bisa mengingat kapan dan bagaimana itu terjadi." Terdengar bisikan dari sepasang bibir Maxy Junior yang begitu seksi nan lemah lembut.
Natsumi Kyoko kontan membuka kedua matanya. Ia serasa mendapat angin segar di tengah padang gurun yang panas terik membakar.
"Kapan itu terjadi?" Natsumi Kyoko mengulum senyumannya.
"Di kelas, ketika ruangan kelas hanya tinggal kau dan aku, Natsumi. Waktu itu aku tidak sengaja menciummu ketika aku sedikit menundukkan kepalaku. Aku tidak bisa mengingatnya karena memang pada waktu itu kepalaku sedang didera oleh rasa sakit yang sungguh tak terkatakan, Natsumi." Maxy Junior kini sudah bisa menampilkan sebersit senyuman menawan yang menjadi ciri khasnya.
"Kau memang harus bisa mengingatnya karena itu adalah saat-saat dengan kenangan terpenting dalam hidupku." Natsumi Kyoko masih mengulum senyumannya.
"Kau sungguh kejam mengharuskanku mengingat sebuah kenangan ketika kepalaku sedang didera oleh rasa sakit yang tak terperikan." Maxy Junior sedikit memajukan bibirnya, yang membuat ia terlihat semakin menggemaskan.
"Aku yakin kau bisa mengingatnya. Itulah sebabnya… Itulah sebabnya… Itulah sebabnya… hatiku ini… hatiku ini…" Natsumi Kyoko memejamkan matanya lagi. Dia sulit mengendalikan tindak-tanduk dan apa-apa saja yang akan dikatakannya di saat-saat jantungnya berdegup kencang seperti ini.
"Hatimu apa?" Wajah Maxy Junior masih begitu dekat. Ia memandangi sang bidadari cantiknya dengan sorot penuh cinta dan rindu.
"Hatiku ini… terus mengatakan aku menyukaimu… Bisa jadi sekarang aku telah jatuh cinta padamu, Maxy Junior." Natsumi Kyoko juga memandangi sang pangeran tampan dengan sorot mata penuh rindu dan cinta.
"Aku adalah seorang lelaki player, Natsumi. Kau yakin kau akan kuat mencintai seorang lelaki fuckboy sepertiku ini?"
"Aku sudah berusaha menghapus jejak dan bayanganmu dalam… dalam… dalam pikiranku selama beberapa hari terakhir ini. Namun, semakin aku berusaha, aku terjerumus semakin dalam."
"Jangan menghapusnya, Fairy. Jangan menghapus jejak dan bayanganku dalam benak dan pikiranmu. Karena aku juga tak sanggup menghapus jejak dan bayanganmu dalam benak dan pikiranku. Berkali-kali aku ingin melepasmu, aku justru semakin menegaskan kepada diriku sendiri bahwa aku… aku… aku sangat mencintaimu, Fairy…"
Natsumi Kyoko kini memancarkan senyuman lemah lembutnya, begitu indah, begitu polos, begitu seksi nan menggiurkan di mata sang pangeran tampan.
"Kau tahu tidak? Aku begitu senang ketika mengetahui aku menjadi ciuman pertamamu, Periku…"
Natsumi Kyoko diam tersipu malu. Ia terus menatap sang pangeran tampan dengan sorot mata penuh rindu dan cinta.
"Aku takkan menyesali ciuman pertama itu. Walau bagimu mungkin terlalu cepat dan kau sedikit banyak menyayangkannya, kuberitahu kau di sini… Aku tidak pernah menyesal telah mengambil ciuman pertamamu itu. Dan… aku… aku akan melakukannya lagi di sini, detik ini, tanpa rasa sakit apa pun lagi yang mendera kepala belakangku ini. Maukah… Maukah… Maukah kau menerimanya, Periku?"
Tatapan sang pangeran tampan menyimpan cinta yang sungguh tidak terbendung lagi. Ia mendekatkan wajahnya ke wajah sang bidadari cantik. Semakin lama wajah mereka berdua semakin dekat. Sebuah ciuman mesra didaratkan ke sepasang bibir sang bidadari cantik yang tipis mungil nan seksi menggemaskan.
Lidah sang pangeran tampan menjelajahi lebih dalam ke mulut Natsumi Kyoko. Sesekali ia akan menggigit bibir bagian bawah sang bidadari cantik. Ia akan mengajari sang bidadari cantiknya bagaimana cara membalas ciumannya.
Perlahan tapi pasti, lidah Natsumi Kyoko juga mulai berani menjelajahi lebih dalam ke mulut sang pangeran tampan. Sesekali ia juga akan melumat sepasang bibir sang pangeran yang tipis nan menggemaskan. Tangan perlahan-lahan juga naik, memeluk punggung sang pangeran, mulai mengelus dari punggung, ke pundak, dan akhirnya ke tengkuk sang pangeran sempurna yang tengah berdiri di hadapannya.
Maxy Junior melepaskan ciumannya dengan napas yang mulai terengah. Dia takut apabila dia meneruskannya, dia takkan sanggup menguasai diri lagi.
"Kau mulai hebat dalam membalas ciumanku, Periku." Maxy Junior menampilkan senyuman menawannya.
Natsumi Kyoko hanya membisu seribu bahasa seraya sedikit tersipu malu.
"Ketika sudah tiba waktunya nanti, aku akan mengajarimu tahap yang lebih dalam lagi daripada ini, Periku Sayang. Aku yakin kau akan sangat menikmatinya…" kata Maxy Junior dengan suaranya yang sedikit mendesah.
Natsumi Kyoko sungguh tersipu malu. Dia tersenyum lemah lembut.
"Bukan sekarang kan? Apakah kau bisa menahannya sekarang, Maxy Junior? Kalau kau tidak bisa menahannya, aku akan menyingkir sedikit dan jaga jarak denganmu."
Maxy Junior meledak dalam tawa renyahnya.
"Aku pikir kau akan bilang kalau aku tidak bisa menahannya, tak apa-apa… Kau akan menyerahkannya padaku malam ini juga…"
Natsumi Kyoko tersipu malu lagi. Dia meremas lembut pergelangan tangan sang pangeran tampan.
"Dasar mesum!" Natsumi Kyoko sungguh merasa gemas.
"Sorry, Peri Sayang… Really really sorry… Aku begitu bahagia karena malam ini akhirnya kau mau menerimaku dan aku tidak tahu apa yang mesti aku katakan untuk mengungkapkan kebahagiaan ini."