Maxy Junior hanya bisa mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya menahan amarah yang sejak tadi sudah mengerabik di semenanjung pikirannya.
Sebutir air mata mulai gelingsir di pelupuk mata sang bidadari cantik. Ia mulai menundukkan kepalanya dan mulai menangis perlahan.
"Jangan menangis, Natsumi… Yang perlu kaulakukan sekarang hanyalah sadar secepat mungkin dari mimpimu yang tidak berkesudahan ini. Dia tidak mungkin memiliki perasaan tulus yang sama terhadapmu. Lupakan dia… Anggap saja dia hanyalah seorang ketua OSIS yang harus kauhormati dan teman sebangkumu. Jika tidak ada yang penting, jangan sering-sering bicara dengannya."
Natsumi Kyoko masih menangis perlahan.
"Aku tidak bisa melakukannya, Bang Shunsuke. Perasaan ini sungguh-sungguh di luar kendaliku. Aku tidak berdaya menghapus perasaan ini begitu saja. Aku tidak tahu harus bagaimana…" Tampak Natsumi Kyoko menyembunyikan wajahnya di balik rambutnya yang tergerai di bagian depan.
Haru, bahagia, sedih, dan sedikit gulana mulai berkeriap dan bergumul di padang sanubari Maxy Junior. Dia berjanji pada dirinya sendiri. Kali ini dia takkan mundur lagi. Apa pun ceritanya, dia akan tetap bersama-sama dengan Natsumi Kyoko.
Timbul sedikit iba dalam relung sanubari Shunsuke Suzuki. Dia memutuskan berhenti dan takkan mendesak lebih lanjut lagi malam itu.
"Tenangkan dirimu, Natsumi… Tenangkan dirimu… Aku ingin ke kamar kecil sebentar. Habis ini, kita akan keliling-keliling sebentar di Taman Anggrek sebelum kita pulang. Kau mau kan?" Shunsuke Suzuki berusaha menampilkan sebersit senyuman yang selembut mungkin.
Natsumi Kyoko hanya mengangguk pasrah. Di sinilah kesempatan Maxy Junior.
Maxy Junior mengelap mulutnya dan mulai berdiri. "Aku ke kamar kecil sebentar, Mary Juniar."
"Oke…" jawab Mary Juniar santai, dengan sebersit senyuman simpulnya, dan sembari meneguk minumannya sesaat. Sama sekali tidak ada kecurigaan abang angkatnya memiliki rencana lain malam itu.
Maxy Junior tidak ke kamar kecil. Tentu saja ia langsung bergegas ke lantai dua dan berjalan ke arah meja Natsumi Kyoko.
"Ikut denganku…" Tangan langsung meraih tangan sang bidadari cantik dan menariknya lembut supaya bergerak dari tempat tersebut. Tentu saja Natsumi Kyoko terhenyak kaget bukan main.
"Mau ke mana? Aku masih bersama-sama dengan Bang Shunsuke ini…" kata Natsumi Kyoko masih kaget.
"Ketika aku mengantarmu pulang nanti, aku sendiri yang akan berbicara padanya. Lagipula, ketika kita sudah pergi dari sini, kau bisa mengirimkan pesan padanya kan kau ada urusan penting?" Maxy Junior menatap sang bidadarinya lekat-lekat.
"Kau akan membawaku ke mana?" Natsumi Kyoko merasa deg-degan.
"Yang jelas bukan ke tempat di mana aku bisa mencumbumu dan merenggut keperawananmu. Jangan khawatir, Natsumi." Setelah berkata demikian, Maxy Junior kembali menarik tangan sang bidadari cantiknya dengan lembut. Dia tidak ingin membuang-buang waktu. Sewaktu-waktu Shunsuke Suzuki bisa saja keluar dari kamar mandi dan dengan demikian, gagallah rencananya.
Sejurus kemudian Maxy Junior dan Natsumi Kyoko sudah menghilang dari bangunan kafe. Alangkah terperanjatnya Shunsuke Suzuki begitu ia keluar dari kamar mandi dan mendapati Natsumi Kyoko tidak lagi berada di tempatnya. Ditanyanya kepada sang pelayan kafe. Sang pelayan kafe hanya menjawab,
"Oh… Cewek itu sudah keluar dari sini semenit dua menit yang lalu. Keluar dengan seorang cowok yang sangat tampan…" Terlihat si pelayan wanita curi-curi senyum.
"Dengan seorang cowok yang sangat tampan?" Dahi Shunsuke Suzuki berkerut dalam.
"Saya kira cowok tampan tadi adalah teman atau sahabat Anda, Tuan. Dia sangat tampan… Seperti blasteran orang-orang barat dan orang-orang China begitu…" jawab si pelayan dengan santai lagi.
Shunsuke Suzuki terperenyak di kursinya. Dia sudah bisa menduga laki-laki tampan yang telah membawa kabur Natsumi Kyoko adalah Maxy Junior. Sementara itu, Mary Juniar yang sudah menunggu abang angkatnya lebih dari lima menit, mulai merasa gelisah karena sang abang angkat tidak kunjung keluar dari kamar mandi. Baru saja ia berdiri hendak mencari si abang angkat, ponselnya berbunyi. Masuklah sebuah pesan tertulis dari sang abang angkat.
Aku ada sedikit urusan dengan Natsumi Kyoko, Mary Juniar… Shunsuke Suzuki ada di lantai dua. Kau bisa mintol dia mengantarmu pulang ya. Maaf sekali… Ada apa-apa, sesampainya aku di rumah nanti, baru kita bicarakan ya…
Meledaklah emosi dan kemarahan Mary Juniar. Dia tidak menyangka Maxy Junior hanya memanfaatkannya dengan membawanya ke kafe ini. Sudah dia duga sebelumnya tidak mungkin Maxy Junior bisa begitu mudahnya menyetujui ajakannya makan malam di luar. Ternyata memang sejak awal abang angkatnya itu sudah ada udang di balik batu. Dengan kemuncak kekesalannya, Mary Juniar menuruni tangga ke lantai dua. Terlihatlah olehnya Shunsuke Suzuki di sana dengan kekesalan yang sama.
"Kenapa kau bisa berada di sini?" tanya Shunsuke Suzuki sedikit membesarkan matanya begitu ia melihat Mary Juniar duduk di depannya. Dia sedikit membanting ponselnya ke atas meja.
"Adikmu telah membawa kabur abangku!" desis Mary Juniar sinis. Dia melipat kedua tangannya di depan dada.
"Abangmu yang telah membawa kabur adikku ya!" desis Shunsuke Suzuki dengan nada yang serendah mungkin, tidak ingin kedengaran oleh orang-orang yang ada di sekeliling mereka.
"Apa pun itu, ceritanya tetap sama. Kita berdua hanya diperalat di sini! Iya kan?" sambung Mary Juniar sedikit sinis lagi.
Shunsuke Suzuki hanya mendengus sinis dengan sepasang matanya yang masih mendelik tajam.
"Perasaan yang tidak berbalas… Aku sendiri bisa memahami bagaimana perasaanmu sekarang, Shunsuke. Karena aku juga merasakan sakit yang sama. Kau selama ini berusaha meracuni pikiran adikmu supaya ia menjauhi abangku. Nyatanya, itu malah membuatnya semakin terjerumus ke dalam perasaannya sendiri terhadap abangku. Bisa dibilang kau itu gagal total sekarang ya…"
"Dan kau sendiri? Apa yang telah kaulakukan selama ini untuk memisahkan mereka?"
"Jelas meracuni pikiran abangku adalah sesuatu yang tidak mungkin. Sama denganmu… Aku juga berusaha meracuni pikiran Natsumi Kyoko adikmu itu supaya ia takut terhadap jati diri abangku yang fuckboy dan bisa menjauhinya. Sama denganmu juga, itu malahan semakin membuat Natsumi Kyoko semakin dekat dengan abangku Maxy Junior," ujar Mary Juniar dengan sedikit sinar mata menerawang.
"Dan kau sudah kehabisan ide dalam memisahkan mereka?" tanya Shunsuke Suzuki sembari sedikit menyipitkan mata.
Mary Juniar menarik napas dalam-dalam.
"Aku begitu menyayangi Bang Maxy Junior. Aku takkan semudah itu menyerah," desis Mary Juniar santai, tetapi dengan nada yang berat dan kedua matanya yang mendelik tajam sekarang.
"Sama juga denganku kalau begitu… Kupastikan hadiah Natsumi Kyoko akan jatuh ke tanganku saat acara pemilihan pangeran White Day nanti…" gumam Shunsuke Suzuki juga dengan sepasang matanya yang tajam.
"Iya… Itu sudah tentu… Karena aku yang akan memberikan hadiahku buat Bang Maxy Junior…" desis Mary Juniar lagi, kali ini dengan sebersit seringai sinis.