Chereads / 3MJ / Chapter 65 - Prahara Kencan Kembar

Chapter 65 - Prahara Kencan Kembar

Malam yang tenang… Shunsuke Suzuki membawa Natsumi Kyoko ke sebuah kafe di sekitaran Taman Anggrek. Kafe itu begitu luas dan besar – terdiri dari tiga lantai. Shunsuke Suzuki dan Natsumi Kyoko memilih tempat duduk mereka di lantai dua – tanpa mereka ketahui Maxy Junior dan Mary Juniar sudah tiba di kafe yang sama setengah jam sebelumnya dan mereka kini tengah duduk di lantai tiga.

Pelayan datang menghidangkan makanan dan minuman pesanan Maxy Junior dan Mary Juniar. Maxy Junior mengedipkan mata kepada sang pelayan. Sang pelayan ternyata menempelkan sebuah catatan kecil di bawah piring makanan Maxy Junior. Tanpa sepengetahuan teman kencannya, Maxy Junior mengambil dan membaca catatan kecil tersebut.

Dua orang yang Anda tunjukkan fotonya tadi sudah sampai di lantai dua, Tuan Maxy Junior.

Maxy Junior tersenyum penuh arti. Dia mulai menyendok makanannya dan menikmatinya perlahan.

"Apakah makanannya enak di sini?" tanya Maxy Junior sekadar basa-basi.

"Enak sekali…" Mary Juniar mengangguk antusias. Dia senang sekali abang angkatnya bisa langsung menyetujui ajakannya makan malam dan bisa membawanya ke kafe yang sedemikian mewah nan elegan.

Pembicaraan selanjutnya meliputi hari pemilihan pasangan paling romantis di hari White Day nanti. Mary Juniar berusaha mengorek dari abang angkatnya hadiah apa kira-kira yang diinginkan si abang angkat pada saat hari White Day nanti. Dia sebenarnya telah berbohong pada Natsumi Kyoko bahwa dia sudah mempersiapkan hadiah buat Maxy Junior sejak Desember lalu.

Natsumi Kyoko dan Shunsuke Suzuki juga memesan makanan dan minuman mereka. Si pelayan pun berlalu dengan membawa pergi buku menunya.

"Enak nggak suasana di sini?" tanya Shunsuke harap-harap cemas. Dia sungguh berharap kafe pilihannya ini bisa mendatangkan kepuasan tersendiri bagi adik angkatnya.

Natsumi Kyoko mengangguk dengan senyuman lemah lembut di wajahnya. Dia melarikan matanya ke sekeliling kafe yang memiliki tema sastra Inggris sebagai rancangan interiornya.

"Kau akan membelikan hadiah buat siapa saat pemilihan pangeran White Day nanti?" Shunsuke Suzuki langsung bergerak ke inti persoalannya.

Natsumi Kyoko mulai merasa bingung harus menjawab apa. Dia sedikit menundukkan kepalanya lagi dan tidak ingin bertemu pandang dengan mata si abang angkat.

"Kenapa kau tidak menjawab, Natsumi?" tanya Shunsuke Suzuki lagi dengan lembut dan menunggu jawaban si adik angkat dengan sabar.

Ternyata di bawah meja tempat Shunsuke Suzuki dan Natsumi Kyoko duduk, diam-diam Maxy Junior memasang sebuah alat penyadap yang langsung terhubung dengan alat pendengar yang terpasang di telinganya. Dia memasang alat penyadap tersebut melalui bantuan si pelayan yang memberikannya catatan kecil tadi.

Maxy Junior tengah mendengarkan percakapan antara sang bidadari cantiknya dan si abang protektif dengan perasaan deg-degan.

"Itu tidak begitu penting, Bang Shunsuke… Itu hanya satu acara rutin dari OSIS dan seluruh murid Newton Era dari tahun ke tahun. Lagipula, aku rasa aku akan abstain dan takkan memberikan hadiah pada pangeran mana pun saat acara pemilihan nanti." Natsumi Kyoko berusaha tersenyum senetral mungkin.

Sedikit kecewa merebak di relung sanubari Shunsuke Suzuki dan Maxy Junior.

"Kau adalah sekretaris OSIS, Natsumi. Tidak mungkin kau mendadak abstain pada saat acara pemilihan nanti." Shunsuke Suzuki masih terus mendesak.

"Tidak bisakah aku abstain saja? Seharusnya tidak masalah dan takkan ada yang bertanya-tanya kan ketika aku tidak naik ke atas panggung memberikan hadiah?" Natsumi Kyoko tampak tersenyum kecut.

"Tentu saja orang akan bertanya-tanya kenapa kau mendadak abstain. Kedekatanmu dengan Maxy Junior sudah menjadi rahasia umum di sekolah, Natsumi." Shunsuke Suzuki menatap si adik angkat lekat-lekat.

Natsumi Kyoko sedikit mengangkat kedua alis dan bola matanya. "Hah?"

"Tentu saja itu sudah menjadi rahasia umum. Takkan ada gadis yang bisa menaklukkan si lelaki player itu selama ini. Kaulah satu-satunya menjadi gadis yang berhasil menaklukkannya."

"Tidak sampai sebegitunya, Bang Shunsuke…" Rona merah mulai muncul pada kedua belahan pipi si bidadari cantik. Rona merah juga sedikit muncul di wajah Maxy Junior.

"Ada apa, Bang Maxy Junior? Kenapa wajahmu semerah itu?" tanya Mary Juniar sedikit mengernyitkan dahinya. "Apakah makananmu terlalu pedas?"

"Sedikit…" sahut Maxy Junior sembari sedikit tersenyum kecut.

"Minumlah sedikit air…" tukas Mary Juniar juga dengan sebersit senyuman kecut.

Maxy Junior meneguk air putih yang juga terhidang di samping minumannya. Kemudian dia kembali memusatkan perhatiannya ke percakapan antara sang bidadari cantiknya dan si abang protektif.

"Jadi kau akan membelikan hadiah buat siapa pada saat acara pemilihan nanti, Natsumi?" tanya Shunsuke Suzuki sekali lagi.

Natsumi Kyoko hanya terdiam dengan sebersit senyuman simpul.

"Aku mohon, Natsumi. Jawabanmu itu teramat penting bagiku…"

"Kau benaran ingin aku menjawabnya secara jujur?" Natsumi Kyoko kini menatap si abang angkat dengan sorot mata serius.

"Iya… Aku menginginkan kejujuran."

"Sorry, Bang Shunsuke… Sorry banget. Tapi aku akan membelikan hadiah buat… buat… buat Maxy Junior…"

Tentu saja hati sanubari Maxy Junior kontan bersorak. Matahari langsung kembali bersinar. Hujan berhenti. Awan kelabu terbang tertiup angin.

Sebagai gantinya, kekecewaan dan sakit hati mulai terbit di relung sanubari Shunsuke Suzuki. Matahari mulai terbenam. Awan kelabu dan awan hitam mulai bergumul. Hujan deras mulai turun membanjiri hatinya yang serasa disayat-sayat dengan pisau guillotine.

"Kenapa kau masih saja berpihak padanya, Natsumi? Kenapa kau masih saja mengharapkannya, Natsumi? Kenapa… Kenapa kau masih saja mengharapkan seorang lelaki player yang bahkan tidak bisa mengingat kapan dan di mana dia telah mengambil ciuman pertamamu?" Shunsuke Suzuki mulai terlihat mendengus kesal.

Natsumi Kyoko merapatkan sepasang bibirnya. Dia yakin Maxy Junior ada sedikit banyak curhat kepada keempat sahabatnya itu dan bisa jadi abang angkatnya ini telah menguping pembicaraan mereka.

"Aku kira kita ke sini bukan untuk membicarakan soal perasaanku ke Maxy Junior, Bang Shunsuke…"

"Iya… Aku kira sedikit banyak perlahan-lahan kau mulai menyerah dengan perasaanmu terhadapnya. Tapi aku salah… Kau masih saja mengharapkannya. Kau masih saja menginginkannya. Jadi bagaimana aku bisa tidak membahas soal itu denganmu sekarang?"

"Kenapa semua orang harus menentang perasaanku ini, Bang Shunsuke? Aku sendiri tidak bisa mengendalikan perasaan ini. Aku sudah berusaha melupakannya dan tidak ingin berharap terlalu banyak padanya. Namun, sampai detik ini aku masih saja selalu mengingatnya dan selalu saja mengharapkannya. Apakah itu adalah kesalahanku?" Tampak jelas Natsumi Kyoko sudah mulai lelah dengan semua ini.

"Oleh karena itu berpikirlah dengan jernih, Natsumi. Andalkan rasiomu lebih daripada perasaanmu. Dia itu bukan lelaki yang baik untukmu. Dia hanya ingin naik ke ranjang bersamamu, menikmati tubuhmu, merenggut keperawananmu. Sehabis ia mendapatkan apa yang ia inginkan, ia akan mencampakkanmu begitu saja. Habis manis sepah dibuang, Natsumi. Sampai kapan kau akan begini terus? Sampai kapan kau akan terus mengharapkan seseorang yang tidak memiliki perasaan yang tulus terhadapmu?"

"Maxy Junior sudah mengatakan dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku, Bang Shunsuke…" gumam Natsumi Kyoko singkat.

"Dan apabila kau mengiyakan dan menerimanya waktu itu, bisa kupastikan detik ini kau tak lagi perawan, Natsumi. Detik ini kau hanya akan menjadi sebuah barang bekas," sembur Shunsuke Suzuki terus dengan pedas nan tanpa ampun.

Maxy Junior hanya bisa mengeraskan rahang dan mengepalkan tangannya menahan amarah yang sejak tadi sudah mengerabik di semenanjung pikirannya.