"Kau benaran serius rupanya, Maxy Junior… Kau benaran ingin mengajaknya menikah selepas masa SMA ini?"
"Kenapa tidak? Jika itu satu-satunya cara agar ia tidak pergi dariku, aku akan menikahinya dan mendaratkan cap stempelku pada keperawanannya sehingga ia takkan meninggalkanku lagi."
Sean Jauhari tertawa terbahak-bahak kali ini.
"Tidak terbantahkan lagi, kau benaran serius terhadap Natsumi Kyoko, Maxy Junior. Oke deh… Aku hanya bisa mendoakanmu supaya hubungan kalian berdua lancar-lancar saja sampai ke jenjang pernikahan. Aku jadi sedikit terpacu dan termotivasi untuk kemungkinan mencoba mengajak Kimberly menikah selepas masa SMA ini. Mungkin dia akan terkena serangan jantung dan pingsan ketika aku melamarnya nanti." Sean Jauhari meledak lagi dalam tawa gelinya.
"Kenapa tidak? Dengan latar belakang perekonomian dan kepribadianmu, aku yakin kau bisa menjadi seorang kepala keluarga yang baik. Selagi kalian saling mencintai satu sama lain, persetan dengan yang lain-lain!"
Sean Jauhari menyelesaikan tawanya lagi. Dia sungguh tidak habis pikir rekannya di OSIS ini benar-benar serius dengan perasaan dan masa depannya kali ini. Sean Jauhari sungguh takjub dan kagum… Dalam waktu yang begitu singkat, seorang lelaki player bertemu dengan sang bidadarinya, takluk, dan akhirnya berubah wujud menjadi seorang lelaki yang penuh dengan tanggung jawab, cinta, dan kasih sayang.
"Sean... Kau tahu tidak bagi cewek seperti Natsumi Kyoko atau Kimberly itu, arti ciuman pertama itu seberapa penting?" Mendadak pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab ini, membuat Sean Jauhari membeku seketika dalam tawanya.
"Hah? Ciuman pertama?" Sean Jauhari sedikit terjengat di tempatnya.
"Jangan bilang kau juga sudah mengambil ciuman pertama Kimberly dan kau tidak ingat di mana dan kapan kau pernah melakukannya." Maxy Junior menatap Sean Jauhari dengan sorot mata horor.
"Jangan bilang kasusmu dengan Natsumi Kyoko juga menyangkut soal ciuman pertama ini…" Sean Jauhari juga menatap Maxy Junior dengan sorot mata horor.
Tidak tahu antara harus merasa senang atau sedih, keduanya akhirnya meledak dalam tawa geli mereka.
"Kau juga telah mencium Natsumi Kyoko dan kau sampai sekarang tidak bisa mengingatnya?" tanya Sean lagi.
"Iya…" jawab Maxy Junior kembali murung.
"Aku sudah mengingatnya sih… Itu juga yang hampir membuatku kehilangan Kimberly dan hampir tidak bisa mendapatkannya. Pasalnya ciuman pertama bagi cewek-cewek seperti Kimberly atau Natsumi Kyoko itu begitu penting karena itu menyimpan kenangan yang teramat penting dalam kehidupan mereka." Sean Jauhari sekarang bisa mengatakan hal ini sembari bernapas lega.
"Bisa kubayangkan Natsumi Kyoko memperoleh ilmu soal betapa pentingnya ciuman pertama ini dari Kimberly…" Maxy Junior sedikit tersenyum skeptis.
"Bisa jadi…" Sean Jauhari sedikit tergelak.
"Kapan kau mencium Kimberly pertama kali memangnya?"
"Waktu dia membawaku pulang ke apartemenku. Waktu itu aku mabuk berat, namun kesadaranku belum padam total. Makanya aku sedikit banyak masih bisa mengingatnya. Kau sama sekali belum bisa mengingat kapan kau pernah menciumnya?"
"Aduh, Sean… Seandainya saja aku bisa mengingat itu, aku tidak perlu merana seperti ini lagi sekarang. Seandainya aku bisa mengingat itu, setidaknya tadi Natsumi Kyoko sudah masuk ke dalam mobilku dan sekarang kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya." Rasa-rasanya Maxy Junior ingin sekali mengantukkan kepalanya ke dinding pada saat itu.
"Kau harus berusaha mengingatnya, Maxy Junior. Sini coba aku bantu kau mengingatnya… Selama ini kau pernah mabuk ketika sedang bersama-sama dengan Natsumi Kyoko?"
"Tidak pernah… Aku jarang minum, Sean. Aku hanya lelaki player. Aku bukan seorang pemabuk ataupun pecandu."
"Kalau begitu, mungkin saja kau melakukannya ketika dalam kondisi tidak sadar. Pernah kau dalam kondisi tidak sadar ketika sedang bersama-sama dengan Natsumi Kyoko?"
"Itu kemarin sih… Tapi waktu itu aku lagi sakit dan kesadaranku padam seluruhnya. Tidak mungkin dalam kondisi sakit dan tidak sadarkan diri seperti itu, tubuhku masih bisa bergerak-gerak sendiri dan kemudian aku mencuri ciuman pertamanya bukan?"
"Nah… Tinggallah kemungkinan yang terakhir… Bisa jadi ketika kau melakukannya itu, kau dalam kondisi 'sakit' sehingga kau tidak sepenuhnya sadar atas apa yang telah kaulakukan. Pernah kau merasakan rasa sakit yang luar biasa ketika kau sedang bersama-sama dengan Natsumi Kyoko?"
"Sakit… Sakit… Sakit…" Tampak dahi Maxy Junior sedang mengernyit tajam dan terlihat ia sedang berpikir keras.
Seorang office boy mengangkat kipas angin besar dan lewat di depan mereka. Melihat kipas angin itu, sekonyong-konyong pikiran Maxy Junior langsung terbuka. Semuanya bagai rekaman lama yang diputar kembali di dalam benak pikirannya. Akhirnya teringatlah Maxy Junior kapan dan di mana ia pernah mencuri ciuman pertama Natsumi Kyoko.
Tampak Maxy Junior menepuk jidatnya dengan keras.
Sean Jauhari mengulum senyumannya. "Sepertinya kau sudah bisa mengingatnya dengan baik sekarang."
"Ya Tuhan! Kenapa aku bisa sampai melupakan kejadian waktu itu? Kalau bukan karena bantuanmu sekarang, kurasa sampai selamanya aku takkan bisa mengingat kejadian itu lagi. Ya Tuhan! Mendadak aku jadi sedikit merasa bersalah pada Natsumi sekarang…"
"Memangnya bagaimana kejadiannya jika aku boleh tahu…?" tanya Sean mengulum senyumannya lagi.
"Aku sedang memeluknya dan melindunginya dari terjangan kipas angin yang baling-baling dan kerangka luarnya rusak. Kerangka luar dan baling-baling kipas angin itu menerjang dengan cepat ke arahnya. Aku spontan memeluknya guna melindunginya."
"Dan kepalamu yang kena… Aku juga ada mendengar kepalamu terluka cukup berat waktu itu. Tak kusangka ternyata kau melindungi Natsumi Kyoko pada waktu itu ya… Bravo, Maxy Junior…" Sean Jauhari memancarkan senyuman cerahnya.
"Karena kepalaku terkena sesuatu yang begitu berat, rasanya sakit sekali bukan? Aku sedikit menundukkan kepalaku dalam posisi aku masih sedang memeluknya. Bertemulah bibir kami berdua…" Maxy Junior bercerita seraya memancarkan senyuman menawannya dan mengelus-elus kepala belakangnya.
"Wow… Seorang pahlawan menyelamatkan seorang putri, Maxy Junior… Sekarang kau sudah bisa mengingat tentang ciuman pertama Natsumi Kyoko bukan? Senjata pamungkas telah berhasil kaudapatkan. Aku harap hubungan kalian besok akan kembali seperti sedia kala, Maxy Junior."
"Thanks banget, Sean… Kalau tanpa bantuanmu hari ini, mungkin benaran aku akan kehilangan Natsumi Kyoko malam ini."
"Sama-sama… Kau juga membantuku ketika aku nyaris saja kehilangan Kimberly waktu itu…"
Sean Jauhari berlalu setelah ia menepuk ringan bahu rekannya di OSIS itu. Dia berlalu meninggalkan Maxy Junior, yang kini sudah senyam-senyum sendiri membayangkan bagaimana rencananya nanti malam untuk bisa mendapatkan Natsumi Kyoko kembali.
Segelintir asa bahagia mengeriap dalam teluk pikiran Maxy Junior sore itu.