Chereads / 3MJ / Chapter 62 - Akal Cerdik Martin Jeremy (bagian 2)

Chapter 62 - Akal Cerdik Martin Jeremy (bagian 2)

Jam pelajaran sekolah berakhir pada jam tiga sore. Natsumi Kyoko bergabung ke kelas musik, sementara Maxy Junior bergabung ke kelas berenang dengan keempat sahabatnya. Mereka berlima berpapasan dengan Martin Jeremy di pintu masuk kolam renang. Senyuman merekah di wajah kelimanya. Keempat sahabat Maxy Junior juga sedikit banyak mengenal adik Maxy Junior itu. Martin Jeremy juga menampilkan senyuman hangat nan bersahabat kepada abang sulungnya dan empat sekawan yang berdiri di belakangnya.

"Ada apa ke sini, Martin? Kau ada kelas berenang ya?" Maxy Junior sedikit mengerutkan keningnya.

"Tidak ada sih… Hanya saja ada sedikit yang ingin kuceritakan padamu, Bang Maxy Junior." Terlihat Martin Jeremy mengulum senyumannya.

"Apa itu?" Alis Maxy Junior sedikit terangkat.

"Habis ini aku yakin Kak Mary Juniar akan mengajakmu makan di luar malam ini, Bang Maxy Junior."

Lebih bingung lagi, Maxy Junior sedikit mengerutkan dahinya sekarang.

"Kenapa mendadak dia mengajakku makan malam?"

"Katanya sih ingin sedikit memperbaiki hubungannya denganmu. Tapi, bukan itu yang ingin aku beritahukan padamu, Bang Maxy Junior. Shunsuke Suzuki juga ingin mengajak Natsumi Kyoko makan di luar nanti malam."

Sontak kedua mata Maxy Junior langsung membesar. Dia mulai mengeraskan rahang begitu tersulut oleh api kecemburuan.

"Kenapa lagi si abang protektif itu ingin mengajak sekretaris OSIS-ku makan malam ini? Kenapa dia justru ingin mengusikku di saat-saat yang tidak tepat seperti ini?"

"Aku akan mengirimkan lokasinya nanti ke Line-mu, Bang Maxy Junior." Martin Jeremy tersenyum nakal sekarang.

"Dia bahkan bilang padamu ke mana dia akan mengajak sekretarisku makan malam ini?" Kini mata Maxy Junior semakin membeliak dan ia mulai bernapas cepat.

"Aku yang memancingnya… Di bawah pengaruh emosi, dia memberitahu aku…" Martin Jeremy sedikit meledak dalam tawa gelinya.

"Kau memang hebat memprovokasi orang, Martin Jeremy. Lihat abangmu ini sekarang… Wajahnya sudah merah bak kepiting rebus…" Saddam Demetrio sedikit meledek dan kemudian tertawa dalam tawa gelinya.

"Tenang… Tenang, Bang Maxy Junior… Umpamanya aku adalah kau, aku akan membawa Kak Mary Juniar ke kafe itu juga malam ini." Martin Jeremy kembali mengulum senyumannya.

"Dan apa yang kauharapkan bisa terjadi dari hal itu?" Maxy Junior yang sudah dikuasai oleh kecemburuan jelas tidak bisa banyak berpikir dan mempertimbangkan lagi.

"Banyak hal yang bisa terjadi, Bang Maxy. Mungkin saja akan terjadi switching partners di dalam kafe itu. Dan akhirnya malam ini kaulah yang akan berkesempatan untuk berkencan dengan Natsumi Kyoko…" kata Martin Jeremy dengan sedikit nada janggal yang menggantung.

Empat sekawan yang di belakang saling berpandangan sesaat sembari menyeringai lebar.

Maxy Junior seakan-akan mendapatkan semacam inspirasi jahat. Senyuman tipis mulai merekah mendekorasi wajah tampannya. Ujung bibir mulai terangkat penuh dengan rasa percaya diri.

"Thanks very much, Martin… Thanks banget deh… Sedikit banyak aku jadi mengerti apa yang harus aku lakukan malam ini."

"Sama-sama… Jangan lupa traktir aku saja ya setelah kau berhasil membawa Natsumi Kyoko ke dalam pelukan kehangatanmu." Martin Jeremy meledak dalam tawa gelinya.

Empat sekawan yang ada di belakang Maxy Junior juga meledak dalam tawa geli mereka.

"Hei! Aku benaran serius kali ini… Aku benaran mencintai Natsumi Kyoko dan aku harus mendapatkannya bagaimana pun caranya," tegur Maxy Junior kepada adik bungsunya dan keempat sahabatnya.

"Tetap saja ujung-ujungnya kau akan membawanya ke dalam pelukan kehangatanmu kan?" Thobie Chiawan sedikit tergelak.

Maxy Junior sedikit menyeringai penuh arti sekarang. "Tentu saja… Tetap saja ada nafsu di dalam cinta kan?"

"Dan tidak ada cinta di dalam nafsu… Cintailah ia baik-baik meski setelah kau mendapatkannya, Bang Maxy Junior…" gumam Martin Jeremy.

"Oh, tentu saja… Sekali ia terjatuh ke dalam pelukanku, selamanya ia akan menjadi milikku dan takkan bisa lari lagi." Maxy Junior berkata dengan pandangan menerawang yang sedikit mendelik tajam.

Entah kenapa empat sekawan yang ada di belakangnya dan Martin Jeremy sedikit bergidik mendengarkan kalimat tersebut.