Raymond pun berdiri dan hendak merebut gulungan kayu itu dari tangan Kaliya, tapi wanita itu langsung menjauhkannya dari jangkauan Raymond.
"Hei! Tunggu dulu!" cegah Kaliya. "Kamu harus berjanji untuk tidak merebut peta ini dan kabur begitu saja karena aku tidak mempercayaimu. Kita baru saja berkenalan."
Raymond mengangguk sambil mengulurkan tangannya. "Ya sudah, aku berjanji."
"Dan lagi, kamu hanya boleh melihatnya saja, tapi aku yang akan menyimpan petanya."
Raymond menautkan alisnya. "Kenapa seperti itu? Aku juga ingin menyimpannya."
"Tidak bisa. Aku adalah penduduk asli Saykame Land dan akulah yang telah menunjukkan tempat penyimpanan peta itu."
Raymond memutar bola matanya. "Kamu itu adalah wanita yang licik."
"Kalau tidak begitu, bagaimana aku bisa mempercayaimu? Kamu bisa saja menipuku, Pria Tampan," ucap Kaliya sambil tersenyum licik.
"Aku tidak suka kamu menyebutku seperti itu. Kamu jelas-jelas sangat berbeda dengan Kahori," lontar Raymond.