"Raymond, terima kasih atas kebaikan hatimu," kata Neyan. "Kamu menolongku, mengobatiku, dan memberiku makan. Masih ada urusan penting yang harus aku lakukan. Jadi, aku pamit dulu."
"Apa kamu akan pergi sekarang?" tanya Raymond dengan kekecewaaan yang tidak bisa ia tutupi.
"Ya, Raymond. Aku harus kembali ke istana. Orang tuaku akan mencariku jika mereka tidak menemukanku dalam dua puluh empat jam."
Raymond merasa agak sedih harus berpisah dengan Neyan. "Ke mana kamu akan pergi? Perlukah aku mengantarmu dengan mobilku?"
Neyan tersenyum manis. "Tidak, aku bisa pergi sendiri. Aku tidak mau merepotkanmu, Raymond."
Lalu Neyan menyentuh pipi Raymond dengan tangannya yang halus dan lembut. Samar-samar, ia mencium aroma parfum yang lembut, membuatnya bergairah meski hanya untuk sesaat.
Raymond menyentuh tangan Neyan dan balas tersenyum. Lalu ia memajukan tubuhnya untuk mencium Neyan.
Namun, yang terjadi selanjutnya adalah Neyan mundur beberapa langkah untuk menghidari Raymond.