Kini, mereka tampak seperti sepasang kekasih lagi karena ciuman itu. Sikap Loma sangat meresahkan. Majer belum terbiasa dengan semua sikap Loma yang manis padanya. Ia memilih untuk bertengkar dan bersikap kasar pada Loma daripada berciuman dengannya.
Ia harus mengakui jika Loma adalah pencium yang hebat. Sebenarnya, mereka semua sedang berada di tengah hutan yang baru saja mengalami gempa bumi dan erupsi gunung merapi. Tempat ini bukan tempat yang tepat untuk merajut cinta.
Majer berdeham. "Berhenti melihatku seperti itu."
"Kenapa?"
"Bagaimana jika pasukanmu melihat kita seperti ini?" Majer menatap Loma dengan galak.
Loma mengedikkan bahunya. "Tidak ada yang salah dengan itu. Mereka pasti paham. Aku bahkan percaya jika saat ini mereka pasti sedang menguping pembicaraan kita sambil mengintip dari balik tenda."
Terdengar bunyi gemerisik dari dalam tenda saat Loma mengatakan hal itu. Majer pun tersenyum menahan tawa.
"Aku pikir juga begitu."