"uugh... aaaaghhh...", geram suamiku dengan dengan pinggul menghentak-hentak dengan kontolnya menyemburkan sperma hangat di dalam vaginaku.
"aduuuh.... aku baru satu kali orgasme.... dan pengen lagi....", bisik hatiku memandang suamiku dengan mata terpejam disampingku yang sesaat kemudian sudah terlelap. jam masih menunjuk 9 malam aku beranjak ke kamar mandi dengan tubuh telanjangku. aku duduk di toilet dan melepas air seniku, kubasuh vaginaku dengan air, ada rasa geli nikmat saat air menyembur dari selang penyemprot air.
"aahh... nikmat sekali...", desisku, aku ingin lagi, pikirku, kurentangkan kedua kakiku lebar-lebar kuselipkan jariku pada bibir vaginaku, kuusap itilku dan kunimati rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuhku, sambil ku pejamkan mataku dan terbayang kontol pak fer dan kontol pak reno yang menjejal vaginaku saat mereka menggilirku, kontol yang keras dan besar mereka memberi kenikmatan yang tiada tara yang belum pernah kurasakan dan kudapatkan dari suamiku sendiri.
"aaaah....", lenguhku dengan gerakan tangan semakin kencang mengusap itilku sendiri hingga akhir nya.
"aaaaa... pengen kontol....", desahku, aku mengejang nikmat mencapai orgasmeku.
ku basuh lagi vaginaku sambil kubelai itilku yang masih terasa geli dan linu dan jariku kembali mengusap itilku lagi, hingga kembali aku melayang jauh tinggi mereguk kenikmatan orgasmeku lagi. lagi dan lagi, aku mengusap itilku hingga 5x aku mengalami orgasmeku dengan tanganku sendiri. aku tertatih kembali ke kamarku dan kurebahkan tubuh telanjangku di samping suamiku yang sudah tertidur pulas hingga pagi hari.
"ini lemarinya nanti mau taro dimana bu...?", tanya satu lelaki kepadaku membuyarkan lamunanku, aku menunjukannya ke ruang makan sementara satu lelaki lagi usianya lebih muda, masih sibuk merakit lemari di ruang tengah. aku menjelaskan letak agar menghadapnya nanti lemari itu secara rinci kepada lelaki itu, karena ruang tamu agak sempit aku berdiri begitu dekat dengan lelaki itu hingga sampai tercium sesuatu aroma.
"eemhh...", gumamku, aroma khas lelaki dari tubuhnya, lengannya yang kekar terlihat kokoh dan gagah.
"bu... permisi bu...", ujar lelaki itu mengejutkan lamunanku, ah kenapa aku ini, pikirku. begitu mudah tergoda sejak tadi.
"oh iya maaf...mas... ", ujarku seraya memberi jalan kepadanya.
"aah udah basah banget...", bisiku di dalam kamar mandi sambil kusingsingkan gaun gamisku, meraba vaginaku yang sudah basah dan becek sejak kedatangan 2 lelaki yang mengantar pesanan lemari itu, kuusap dan kubersihkan dengan tisue dengan rasa geli yang membuatku menggelinjang oleh gesekah tisue di itilku.
"eeesssshhh... eemmhh...", lenguhku kubersihkan perlahan lendir di vaginaku. namun tiba-tiba saat tanganku membuang tisue, pintu kamar mandi terbuka.
"aaaaaah...", pekikku terkejut dan hanya bisa terpaku melihat lelaki yang tadi berdiri di pintu kamar mandi.
"aaah... ma.. maaf bu...", ucapnya dengan mata tertuju ke selangkanganku yang terbuka. aku segera menurunkan gaun gamisku, menutup selangkanganku dengan rasa malu sambil meliaht lelaki itu mundur dan menutup pintu kamar mandi.
"ah pasti keliatan olehnya...", pikirku seraya kembali kusingsingkan gaun gamisku dan tadi pasti terlihat bulu kemaluanku dengan jelas olehnya. aku keluar dari kamar mandi dengan rasa malu dan ku dapati lelaki tadi masih berdiri di depan kamar mandi.
"ma... maaf tadi bu... saya gak sengaja... saya kebelet pipis...", ujarnya kepadaku yang berdiri dengan wajah merunduk sopan kepadaku.
"i... i.. iya mas... gak apa-apa... salah saya juga gak kunci pintu kamar mandinya...", ucapku dengan rasa malu dan rikuh, yang pasti ia melihat bagian tubuhku tadi, pikirku lagi dengan wajahku yang memerah.
"sa.. saya mau numpang ke kamar mandi bu....", ujarnya lagi.
"oo iya.. si silahkan mas...". sambil aku memberi jalan kepadanya dan mas itu pun bergegas masuk ke kamar mandi dan sesaat kemudian terdengar suara air pipis nya yang mengucur di toilet membuatku terdiam di depan kamar mandi sambil menggigit bibirku, terbayang kontol yang mengucurkan air pipis di benakku. entah kenapa denganku ini, tiba-tiba tanganku bergerak dan perlahan mendorong pintu kamar mandi itu yang ternyata tidak dikuncinya. dari sedikit celah pintu kamar yang kudorong dengan dada
berdebar keras aku mengintip dan membuatku terkesiap, dengan jelas aku melihat kepala kontolnya yang sedang mengucurkan air pipisnya membuatku terpana. namun itu tak berlangsung lama saat kulihat bayangan kepalanya yang menengok dan melongok ke celah pintu ke arahku membuatku terkejut dan aku langsung membalikan tubuhku dan berlalu pergi ke kamarku dengan rasa malu. beberapa saat aku hanya diam di dalam kamar tanpa berani untuk keluar karena merasa malu.
"biar saya yang bersihkan bu...", ujar si mas tadi seraya mendekatiku dan meraih sapu dari tanganku, untuk membersihkan lantai dimana nanti lemari itu akan di letakan. aroma tubuh lelaki itu kembali tercium olehku membuat angan ku melayang terbang membangkitkan hasratku.
"bu... biar saya yang bersihkan...", ucapnya lagi membuyarkan lamunanku.
"eh...i...", jawabku tergagap dan terdiam saat tangannya tak meraih sapu ditanganku namun malah memegang tanganku, tubuhnya berdiri begitu dekat dan wajahnya tepat di hadapanku. dadaku berdegup kencang namun tubuhku terdiam dan pasrah saat wajah lelaki itu semakin dekat dan...
"aaahh...", gumam hatiku hanya terdiam membiarkan dan menerima bibirnya yang mengecup bibirku.bukannya aku menolaknya atau mendorongnya dan menampar wajahnya namun mataku malah terpejam menikmatinya. napsu telah membutakan mata hatiku dan bahkan menguasai kepalaku sehingga aku tak lagi dapat menahan hasratku. aku hanya terpejam membiarkan lelaki itu mendekap tubuhku dengan bibir melumat bibirku.
"eeehhh... ooh... mas...!!", ujarku terkesiap dengan mendorong tubuhnya dariku.
"maaf bu... saya pikir ibu mau...", ucapnya dengan tangannya yang masih memegang lenganku.
"karena tadi ibu ngintip saya... dan saya tadi liat punya ibu pas lagi ngangkat rok, jelas` banget.... saya jadi gak nahan.... kalo ibu mau, aman kok bu saya akan jaga rahasia, saya juga punya istri di kampung... udah lama saya gak pulang kampung...", jelas nya perlahan sambil memandangiku dan entah mengapa membuat hatiku luluh, pasrah dengan hasratku yang sudah tak dapat lagi kupendam dan kubendung. melihatku yang tak lagi mendorongnya, ia kembali memelukku dan perlahan bibirnya menciumku dan aku tak mampu menolaknya, mataku terpejam dan menyambbut bibirnya yang melumatku dengan lembut. dadaku berdebar keras, hasratku mengalir dalam darahku dan aku hanya pasrah dalam pelukannya. akal sehatku sudah terbenam dalam napsu birahiku, tak ada lagi dinding yang menahanku agar tak melakukan hal ini dengan lelaki yang bukan suamiku, ah tapi.... aku sudah ternodai oleh pak ferdian dan pak reno bahkan mereka menggilirku bersamaan, ah aku sudah seperti perempuan murahan yang binal dan terseret napsu birahiku sendiri semakin jauh dan jauh. aku hanya pasrah membiarkan lelaki ini menjamah tubuhku yang dipeluknya dan bibirku dilumatnya dengan penuh napsu. dadaku sudah dijamahi kedua tangannya. tiba-tiba terdengar suara dering HP ku membuatku tersadar dan memintanya untuk melepaskan tubuhku dari dekapannya.
"eh....", aku meraih HPku yang tergeletak di meja makan menjauh dari lelaki itu.
"hallo... iya pih...", jawabku dengan HP kudekatkan ketelingaku dan terdengar suara suamiku yang menyahut dari sana.
"i.... iiya piih....", jawabku dengan nada bergetar dengan tubuhku bersandar di meja makan saat lelaki itu kembali memelukku dengan lembut.
"eeh.. iya pih...le lemari nya sudah dateng tadi....", ucapku aku tak dapat menahan tangan lelaki itu yang meraba pangkal selangkanganku bahkan kini sudah menyingsingkan gaun gamisku dan membuatku terhenyak tanpa berbuat apa-apa saat kepalanya menyelinap masuk kedalam gaun gamisku.
"iya pih lagi di rakit nih....", jawabku kepada suamiku dengan nada suara ku coba untuk tenang, kurasakan kedua tangan lelaki itu sudah mencengkeram bokongku sementara kepalanya yang tertutup gaun gamisku menyembul di depan pangkal selangkanganku.
"emmhh.... ii i iya piih....", jawabku lagi, menahan rasa nikmat dengan vaginaku yang sudah diciuminya di dalam gaun gamisku. aku menahan lenguhanku namun tak kuasa dengan kedua kakiku yang merengggang berdiri dengan kedua kaki bergetar.
"i iya pih...", jawabku sambil tetap meladeni percakapan dengan suamiku dengan tenang agar suamiku tak merasa curiga oleh desahan dan nada suaraku yang berubah. namun membuatku terhenyak saat satu lagi lelaki yang muda yang bertugas merakit lemari itu sudah berdiri di sampingku dengan tatapan penuh birahi melihat temannya sedang di dalam gaun gamisku.
"eeh... ", lenguhku tertahan saat dadaku dijamah tangannya sementara aku pun