Chereads / Super Zombie (Indonesia) / Chapter 2 - Perasaan

Chapter 2 - Perasaan

Terbersit di ingatan si pria ketika dia melihat seseorang dikafankan untuk pertama kalinya sebelum kemudian di kebumikan. Saat itu, setelah pulang dari semua prosesi, tepat dimalam harinya dia bermimpi buruk, membuktikan betapa pengecutnya dia.

"!!!!!"

Dan nampaknya, stimuli itu terlalu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan melihat mayat segar penuh dengan simpahan darah.

Sebenarnya, dia bisa saja mendekat untuk memastikan terlebih dahulu apakah seseorang itu masih hidup atau tidak, namun rasa takut sudah melahap habis ketenangan hatinya.

"Berlari" menuju pintu masuk untuk keluar dari ruangan horor dan menakutkan yaitu kantornya sendiri secepat mungkin, si pria yang mulai ingat bahwa sekelempok orang baru saja menggedor pintu dengan kerasnya beberapa waktu yang lalu membuat dia berhenti di tengah jalan.

Sayangnya, meskipun pintu masuk kantor terbuat dari kaca, si pria tidak dapat melihat keluar dan memastikan keadaan karena buramnya jenis kaca yang digunakan.

Dengan pandangan yang terus menerus berganti dari kearah luar dan dalam kantor, si pria akhirnya memutuskan keputusan pahit untuk tetap didalam dan bersama mayat tersebut untuk sementara waktu.

Meski demikian, dia tidak berani untuk mendekat sama sekali dari benda...orang...atau mungkin mantan seseorang tersebut. Setelah kembali kesudut dan bersembunyi, si pria yang bergetar-getar cukup lama dan akhirnya mulai tenang kemudian menyadari sesuatu yang aneh. Sangat sangat aneh.

Jantungnya sama sekali tidak berdegub kencang.

"???"

Normalnya, setiap kali seseorang merasakan panik yang berlebihan, nafasnya akan mulai terenga-engah dan jantungnya serasa ingin copot. Namun, hal itu tidak sama sekali terjadi, mengingatkan kembali ingatan yang masih segar ketika dia menaiki 20 lantai anak tangga dari lantai dasar yang sama sekali tidak membuatnya capek.

Saat itu, dia mulai menyadari...

...kalau tubuhnya terasa lebih fit dari sebelumnya.

"Ooooh!"

Dengan teriakan aneh yang tidak memiliki makna berarti, si pria yang tanpa melepas jas hitam nya mulai mengecek otot bicep dan perut yang mungkin tanpa dia sadari, sudah berubah menjadi otot.

Setelah dilihat, hanya perut normal nan biru pucat dan otot lemas lah yang tampak di lengan dan perut yang tergambar di dalam pandanganya.

Kecewa.

Mungkin itu lah yang di rasakan si pria jika dilihat dari bagaimana dia membungkukan badan dengan lemas setelah menemukan 2 kenyataan pahit tersebut. Namun, beberapa saat kemudian, dia kembali bangkit ceria kembali ketika sepotong memori mulai mengingatkan dia betapa lemas dan letihnya ia hanya dengan bangun dari lantai lift dihari kemarin.

Jadi, selama tubuhnya menjadi tidak mudah capek, semuanya masihlah baik. Setidaknya, dia bisa memiliki tambahan tenaga extra ketika bekerja lagi nanti.

Dengan semangat baru dan harapan baru, si pria yang sejak tadi duduk dibawah meja sembari berbicara dan menghibur diri sendiri mulai kembali memikirkan hal yang penting untuk dia lakukan.

Yaitu, mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan wajah yang terasa takut dan ragu, si pria akhirnya bangkit dengan malasnya, atau memang gerakanya selalu seperti itu sejak pagi tadi, dia kemudian berjalan perlahan menuju seseorang yang tegeletak tadi.

"Ooo??Ooooo!!"

Namun, satu info baik mulai memberikanya semangat baru lagi. Penghilatanya mulai kembali, dan dia perlahan bisa menggambarkan keadaan seseorang yang bersimpah darah itu dengan lebih nyata meskipun berdiri sedikit jauh.

Meski demikian, sayangnya si pria memang harus mendekat karena, untuk mengetahui seseorang itu masih hidup atau tidak, dia harus mengeceknya secara langsung dan dari dekat.

Setelah dilihat kembali, si pria menemukan kalau wajah seseorang yang bersimpah darah itu cukup muda, sekitar akhir 20 tahunan. Namun, itu tidaklah terlalu penting, karena dia sudah memastikan jikalau orang itu sudah meninggal, baik dari detak jantung maupun nafas yang tidak keluar.

Melihat keadaan tersebut, si pria kembali teringat dengan semua kemiripan tadi dengan tubuhnya sendiri. Kepala memiring sambil kebingungan, si pria yang menjadi penasaran mencoba mengecek ulang jantung dan nafas dia sendiri, dan menemukan jika memang tidak ada satupun indikasi bahwa dia salah paham.

Namun, dia disitu masih bisa berdiri, berjalan, serta berpikir cukup jernih, setidaknya berdasarkan standar yang ia rasakan, yang membuat dia menjadi bertambah bingung.

Melihat mayat pria yang tegeletak itu dan melirik kearah senjata yang ada di sisisinya, pada akhirnya sang pria pun mulai menyadari...

...kalau mungking kantor diliburkan karena memang ada teroris didalamnya.

"Ooooh!"

Sekali lagi, fokusnya kembali teralih dengan hal lainya. Wajah yang berbinar seakan menemukan fakta paling penting baginya, si pria yang pada akhirnya duduk lemas setelah menyadari kalau dia tidak harus terburu-buru pergi kekantor mulai merasa jengkel.

Tangannya dengan "Cepat" mengambil handphone di saku celananya yang mungkin ingin dia lakukan untuk memastikan informasi kepada rekan kerjanya yang tidak datang, dan menemukan kalau handphonenya mati tidak menyala.

"???"

Wajah bingung, si pria yang merasa cukup yakin bahwa HP nya sudah di charge cukup lama kemudian menemukan setetes air menetes dari kotak hitam ditanganya, yang kemungkinan besar menjadi penyebab dari semua itu.

"???"

Menjadi bertambah kebingungan, si pria yang menggoyangkan HP nya sendiri keatas dan kebawah untuk memastikan ulang apa yang dilihatnya benar atau tidak, mulai merasa yakin ketika percikan air mulai tertebar kesana-kemari.

Pandanganya beralih kepada pakaianya sendiri, dia yang perlahan mengarahkan tanganya ke celana dan kemeja putihnya tidak merasa bahwa keduanya basah. Namun, hal yang mengejutkan adalah, dia melihat bahwa air ternyata terperas keluar dari kedua pakaian dia tersebut ketika sang pria meremas ringan untuk memastikan.

Seperti layaknya kaset video yang berputar terbalik, beberapa ingatan mulai bermain di dalam kepala si pria tanpa dia sadari. Sulitnya berjalan, nafas dan detang jantung yang tidak ada, mata sulit melihat, suara tidak keluar, dan sekarang indra perasa kulit yang mati total.

Hanya ada satu hal yang bisa dia simpulkan dari semua kenyataan aneh tersebut. Dia ingin sekali menyangkalnya, berteriak sembari menolak semua kesimpulan aneh itu karena dia masih bisa berdiri dan berpikir dengan normal layaknya orang lain.

Namun, bagaimana pun juga, dia tidak bisa mengelak semuanya lagi.

Bahwa...dia kemungkinan sudah mati.

...

Butuh waktu cukup lama bagi si pria untuk menenangkan dirinya sendiri. Dia mengecek ulang semuanya, berkali-kali semua dilakukan sembari berharap bahwa mungkin ada kesalahpahaman kali itu. Namun, setelah dia mulai pasrah dan terpaksa menerima semuanya, si pria akhirnya mulai tenang kembali.

Meski demikian, fakta aneh tersebut sangatlah tidak masuk akal. Apa yang terjadi dengan tubuhnya, kenapa demikian, bagaimana caranya untuk menyembuhkanya, semua dia pikirkan dengan lengkap, namun tidak ada satupun solusi berarti yang dia ketahui.

Bagaimana tidak, salah satu cara seseorang yang sudah mati untuk bisa bergerak adalah dengan menjadi zombie, yang dia ketahui bahwa itu semua hanyalah cerita fiksi belaka. Bahkan bersembunyi bersama teroris bersenjata laras panjang yang sudah meninggal terdengar lebih nyata baginya ketimbang kata "Zombie" tersebut.

Ditambah lagi, dia juga semalaman tergeletak tidur ditengah jalan begitu saja. Sangatlah tidak wajar jika semua orang yang sedang lewat dalam kurun waktu selama itu menghiraukan orang yang meninggal ditempat umum tanpa di urus sama sekali.

Mengepal kan tangan, kemudian membukanya terus menerus sambil terdiam, si pria yang masih penasaran dengan kondisi tubuhnya sendiri kemudian menggelengkan kepala seakan ingin membuang sesuatu dari pikiranya.

Dengan mata yang terlihat lebih serius dan fokus dibanding sebelumnya, si pria kemudian mulai memutuskan untuk menggeledah tubuh orang yang sudah mati didepanya, yang membuktikan bahwa dia memutuskan untuk menyelesaikan hal yang bisa selesaikan terlebih dahulu.

*Clap *Clap

Tentu saja dia tidak lupa untuk berdoa dan memohon untuk diberikan izin terlebih dahulu. Dia sebenarnya sedikit takut. Namun, jika dia tidak mengecek seseorang yang ia duga sebagai teroris tersebut, fakta lain yang harus dia pikirkan sebagai ganti nya adalah tubuh dia sendiri yang sudah mati.

Membayangkan orang lain mati saja dia tidak berani, dan sekarang dia sendiri yang mati. Dengan alasan itulah dia memberanikan diri untuk bergerak.

Tidak butuh waktu lama baginya untuk menjejerkan semua barang si teroris ke lantai karpet dibawahnya. Namun, seperti yang si pria harapkan dari seseorang yang kemungkinan besar adalah teroris.

Teropong, pistol, senjata api laras panjang, obat pertolongan pertama seperti perban dan lainya, serta bom yang masih belum dipakai.

Menengok ke bawah ke arah rentetan senjata, kemudian berganti ke arah si teroris, si pria yang tiba-tiba terlihat ragu kemudian memutuskan untuk mengembalikan semuanya ke posisi semula.

Dengan kepala merunduk seakan terus memikirkan sesuatu, si pria yang sudah memastikan semua sudah berada pada posisi semulai tanpa melakukan kesalahan kemudian berjalan ke arah meja sekat paling ujung, dan duduk bersembunyi di bawah meja lagi.

Disana, dia menutup matanya dan duduk terdiam tidak bergerak.

Tiba-tiba...

*BAM! *BAM! *BAM! DOR DOR DOR DOR DOR!

Suara sangat keras terdengar menggema keseluruh sudut ruang kantor, berawal dari sekedar hantaman keras yang kemudian di ikuti dengan suara rentetan tembakan senjata.

"!!!!"

Teriakan tak bersuara keluar dari mulut si pria yang bersembunyi. Takut, cemas, dan perasaan horor tak karuan menyelimuti pikiran si pri. Bagi seorang yang rutinitas harian nya hanyalah bekerja di depan komputer dari pagi hingga malam, keadaan gila tersebut membuatnya ingin sekali terbangung dari mimpi buruk itu.

"Senior? Senior!? Senior!!!"

"Oy, Rizka! Cepat pastikan keadaan kak Bobi! Aku sudah mulai kehabisan peluru! Kamu pikir mudah untuk mendapatkan senjata api di negara kita hah!?"

"Berisik! Aku sudah tahu! Senior? Apa kamu masih hi---mati? Tidak mungkin. Tidak...Senior! Sadarlah, senior!!!!!"

Mati, sudah jelas seseorang yang wanita bernama Rizka sebut-sebut sebagai senior nya sudah mati karena si pria sudah mengeceknya berulang-ulang. Meski demikian, si pria tetap tidak berani untuk membuka matanya dan tetap meringkuk dibawah meja.

"Ahhh! Kita tidak punya banyak waktu, ayo kabur dari sini!!"

"Tidak! Senior belum mati! Aku yakin itu! Oh, iya. Dokter....Ayo kita bawa dia ke dokter!"

"Apa kamu gila!?? Kak bobi sudah je---eh? Rizka, dibelakangmu!!"

"Ada apa? Kyaaa!??"

*Dor dor dor dor dor!

Suara argumen, peringatan, suara jeritan wanita bernama Rizka, dan tembakan, semua tedengar berurut yang menggambarkan betapa serius nya keadaan dibelakang si pria yang berjarak bahkan tidak lebih dari 10 meter.

"A-a-apa...Apa yang kamu lakukan si--- *Pahhhh"

"..."

Si pria yang mulai bertanya-tanya di benaknya apa yang sebenarnya terjadi tiba-tiba terkejut ketika dia mendengar suara tamparan keras yang bahkan membuat pipi nya sendiri merasa ngilu.

Keheningan aneh yang diiringi dengan kumpulan suara langkah kaki dari luar kantor serasa sangat kontras yang membuat si pria menjadi tegang. Mungkin karena dia menutup mata dengan erat, pendengaran si pria menjadi sangat tajam yang membuat dia mendengar apa yang mereka berdua bicarakan meskipun tidak berteriak.

"...Rizka. Aku mengerti dengan perasaanmu. Tapi tadi kamu hampir saja digigit oleh senior mu sendiri kamu tahu?"

"Gigit? Apa maksudmu? Dia hanya sedikit terkejut karena kita datang menyelamatkanya! Dan kamu menembak kepalanya! Kamu membunuhnya! Dasar pembunuh!!!"

Suara pria dengan nada menekan yang menandakan perasaan marah yang hampir meledak, dan teriakan menuduh dengan nada histeris si wanita yang sedikit melengking seakan dia tidak bisa sama sekali mengontrol emosinya tedengar jelas ditelinga si pria bisa.

"Aku tidak perduli lagi. Kak Bobi tadi sudah menjadi Zombie, percaya atau tidak. Aku akan kabur dari gedung ini. Para zombie gila tadi mengikuti kita lewat pintu darurat, jadi aku yakin hanya butuh sedikit waktu saja sampai seluruh lantai dipenuhi oleh mereka."

Namun, si pria tidak mengerti apa yang membuat mereka menjadi seperti demikian. Oleh sebabnya dia terus menguping meskipun dilanda rasa takut, dan akhirnya mendapatkan petunjuk yang sangat gila.

Zombie? Gigit? Mungkin hanya kedua kata itu lah yang terngiang di kepala si pria ketika dia mendengar kata tersebut, tidak menyadari bahwa dia bahkan sampai membuka kedua matanya, terdiam bengong dengan mulut terbuka.

"Pembunuh...kamu pembunuh! Kak bobi, ayo kita pergi dari sini. Gotong...ya, aku akan gotong kaka."

"...terserah. Aku akan pergi duluan. Setiap gedung biasanya punya lebih dari satu tangga darurat. Aku akan gunakan itu dan bersihkan jalan. Jika kamu mau ikut, silahkan. Jika kamu ingin menemani kaka Bobi tersayangmu, itu urusanmu. Bukan urusanku."

*Dor! *Dor!

Dengan suara tembakan, tangisan, ucapan sedih bercampur rasa bujukan, yang kemudian di ikuti dengan beberapa langkah kaki dan tembakan lagi, si pria yang masih bengong terdiam sembari bersembunyi akhirnya menyadari bahwa ruang kantor tempat dia bersembunyi sudah sepi setelah waktu berjalan cukup lama.

Entah apa yang ada dipikiranya, namun si pria yang berdiri dan menengok kebelakang untuk memastikan keberadaan beberapa orang tadi tiba-tiba duduk di kursi kantor dan mulai menyalakan komputer.

Menunggu proses booting, munculnya gambar logo sistem, merefresh komputer sejenak, dan membuka program mesin telusur dengan gerakan yang santai dan familiar, si pria kemudian mengetik kata "Berita Hari Ini" dan menekan tombol "Enter"

*Klik

Di halaman pertama, dia menemukan kata yang terasa familiar yang kemudian ketika si pria mengarahkan mouse untuk mengklik angka 2 dilayar, halaman berikutnya pun terisi dengan kata serupa. Ketiga, keempat, dan bahkan saat rentetan kelima, berita internasional pun juga turut mengisi daftar situs yang menulis artikel yang sama.

Melihat keseluruhan data dan fakta yang terus-menurus muncul di setiap halaman, serta pengalaman tidak wajar beberap menit yang lalu, si pria yang duduk diterangi dengan cahaya layar komputer menyenderkan belakangnya ke kursi dengan lemas.

Didepan matanya, terdapat kata di belakang kalimat "Breaking News" tepat di halaman paling atas dari hasil telusuruan yang terus berulang hingga barisan kebawah.

"Breaking News:Akhir dari manusia, Zombie Menguasai Peradaban"