Chereads / Super Zombie (Indonesia) / Chapter 3 - Si Zombie dan Kawan-kawan

Chapter 3 - Si Zombie dan Kawan-kawan

Bersender ke belakang kursi sembari menatap langit-langit, si pria hanya bisa duduk terdiam dengan cahaya komputer masih menyala.

Penglihatanya yang sebelumnya mulai membaik, sekarang telah kembali seperti semula, yang membuat dia bisa memastikan apa yang gagal dia pahami sebelumnya.

Hal itu adalah tanggal.

Tulisan dengan font kecil dan warna abu-abu yang dimilikinya membuat si pria yang hanya bisa terpaku dengan judul artikel berakhir melewatkan tulisan tersebut remang-remang tersebut.

Namun, sekarang dia paham, bahwa tanggal diterbitkanya berita itu adalah 13 September, 2031.

Menurunkan pandanganya dari langit-langit dan kemudian melirik kearah sudut bawah dari dekstop komputer, si pria yang masih memasang muka datar lalu menggerakan tanganya untuk mengarahkan sang mouse kecil dan mengklik angka yang ada di task bar untuk memunculkan tanggal hari ini.

16 September, 2031.

3 Hari.

Hanya kedua fakta itulah yang menghantui kepala si pria, sembari dia mengingat kekacauan yang terjadi beberapa waktu yang lalu.

Bagaimana bisa?

3 hari tergeletak di pinggir jalan tanpa ada yang memindahkan tubuhnya?

Dan juga, kenyataan bahwa dia yang sudah tidak bernyawa lagi tetapi masih bisa berpikir dan bergerak membuatnya kehilangan akal.

Apa yang sebenarnya terjadi?

*Krusuk

Selagi dia terbengong diam, si pria tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang menginjak karpet didalam kantor. Seseorang dengan mata merah, rambut acak-cakan, serta pakaian bersimpah darah terlihat berjalan sempoyongan seakan kehilangan koordinasi dari otak ke tubuhnya sendiri.

Zombie.

Istilah familiar dengan setting akhir zaman yang kiat kali menjadi tema sebuah cerita. Namun sekarang, dia berada di dalamnya tanpa mengetahui apapun dan hanya menyadari semuanya setelah 3 hari berlalu.

Di dalam setiap seri, zombie selalu saja di gambarkan denga tampilan monster ganas yang akan menggigit dan mencabik manusia, namun kemudian meninggalkan mereka sesaat ketika mangsanya telah meninggal.

Melirik kebawah setelah menatap keseluruhan zombie tersebut, tangan biru pucat serta kurus muncul di dalam pandangan mata si pria.

Iya, zombie adalah monster.

Namun...dia masih bisa mengendalikan diri layaknya manusia lainya.

"AAUGAga"

Akan tetapi, mulutnya masih saja tidak bisa bersuara ketika si pria mencobanya, membuktikan bahwa alat paling vital dalam berbicara, yaitu udara dan nafas, sudah tidak lagi dimilikinya.

Bingung, atau mungkin lebih bisa dibilang tidak bisa percaya.

Dengan perasaan yang campur aduk, si pria kemudian mengangkat tanganya ke arah pipi, mencoba mencubit dirinya sendiri dengan keras seakan ingin membuktikan bahwa dia sedang bermimpi.

Seperti yang dia sudah duga, tidak ada rasa sakit barang sedikit pun yang ia rasakan.

Kalau begitu, dia sama sekali tidak bisa memastikan diri apakah pengalaman dan kejadian tidak bisa masuk diakal yang sedang dia alami merupakan sebuah mimpi atau tidak.

Ketika si pria memikirkan kata mimpi, dia tiba-tiba menyadari akan suatu hal.

Disaat seseorang sedang bermimpi, biasanya mereka memang tidak bisa merasakan apapun.

Ditambah lagi, kesadaran akan hal itu normalnya dimatikan, sehingga mereka akan selalu menganggap pengalaman di dalam mimpi tersebut sebagai sebuah kenyataan.

Ketika dia sampai kepada kesimpulan tersebut, semangat si pria yang lambat laun terasa terkikis akan kenyataan pahit yang dia alami sontak kembali pulih.

'Iya, mimpi. Bagaimana aku bisa terbangun dari tidur ini?', pikirnya dengan sedikit rasa harap dan juga keraguan akan teori dadakan yang dia pikirkan.

Meski demikian, dia tidak sama sekali putus asa. Selama kemungkinan kecil itu ada, maka dia akan mengejarnya sampai ujung dunia.

Memang begitulah dia orangnya.

Seseorang yang biasanya terkejut dengan sistem bekerja perusahaan yang terus memaksa karyawanya untuk melakukan lembur biasanya akan resign dalam waktu beberapa bulan saja.

Namun, si pria tersebut terus bersikeras untuk bertahan selama satu tahun penuh, yang membuktikan keinginanya yang kuat untuk tidak mundur di depan setiap cobaan.

Dengan tubuh yang terasa di isi dengan energi baru, si pria yang mencapai kesimpulan tersebut kemudian mulai membuat rencana.

'Hanya ada 3 cara untuk terbangung dari dalam mimpi yang aku ketahui. Air, jatuh, dan terkejut. Tidak ada air di sini, dan yang terdekat mungkin di toilet.' pikirnya sembari menengok kearah luar, dan membayangkan sebuah toilet yang berada di ujung koridor lantai 20.

Akan tetapi, dengan penglihatanya yang sudah kembali pulih, si pria menyadari bahwa itu mungkin tidak semudah yang dia rencanakan.

Seperti apa yang dikatakan seseorang yang masuk kedalam kantor beberapa menit yang lalu, mereka telah diikuti oleh zombie gila sampai ke pintu darurat, sehingga hanya butuh sedikit waktu saja hingga seluruh lantai 20 akan mulai dipenuhi dengan para zombie.

Dengan wajah yang sedikit ragu-ragu dan setelah merenung selama beberapa saat, si pria yang sedang dihadapkan dengan keputusan besar kemudian melakukan langkah pertamanya untuk keluar dari ruang kantor.

'Iya, mereka zombie. Namun, jika aku bermimpi, maka gigitan mereka seharusnya akan membangunkan aku.' Setidaknya itulah yang dipikirkan oleh si pria sebelum memutuskan untuk keluar.

Akan tetapi, dia tidak ingin melakukan percobaan yang bisa berakibat fatal. Dengan mengambil sebuah kursi besi yang dilipat, si pria kemudian berjalan pelan, mendekat kearah zombie yang lambat laun semakin berjalan kedalam kantor.

Perlahan namun pasti, si pria yang bersiap-siap untuk waktu yang tepat kemudian mengayunkan kursi di tanganya dengan sekuat tenaga ke arah kepala si Zombie didepanya.

*Bang!

...Itulah setidaknya suara yang ia bayangkan. Akan tetapi, bagi seseorang yang sebelumnya masih merupakan karyawan kantor biasa, melayangkan serangan fatal ke orang lain adalah tantangan yang terlalu besar untuknya, jadinya dia masih saja belum melakuan apapun padahal si zombie sudah sangatlah dekat.

Lagi pula, si makhluk yang seharusnya zombie itu tidak menyerangnya dan hanya melangkah maju, jadi dia merasa sedikit agak ragu untuk menyerang seseorang yang bahkan tidak melakukan apa-apa.

"???"

Disaat dia berpikir dan meragukan hal tersebut, dia akhirnya menyadari satu fakta penting.

"Ohhh!!!!"

Hal itu adalah kenyataan bahwa dirinya yang sudah mati. Zombie hanya menyerang makhluk hidup, jadi seharusnya dia tidak termasuk ke dalam kelompok sasaran para zombie. Dengan kesimpulan demikian, si pria kemudian meletakan kembali kursi ditanganya, dan perlahan berjalan memutari si zombie yang masih saja melangkah lambat.

"Ohohoho"

Dan benar saja, mereka mengacuhkan si pria sepenuhnya seakan dia tidak ada. Dengan mulut yang terbuka dan tawaan yang terdengar aneh, si pria yang kemudian melangkah keluar dan menemukan seluruh lantai yang sudah penuh sesak berjalan dengan santainya mengelilingi kumpulan tersebut seakan sedang menikmati sebuah acara hallowen.

Perlahan dan terus memutar agar tidak menabrak zombie manapun yang ia takutkan akan memberikan sebuah reaksi di luar dugaan, si pria akhirnya sampai ke tujuan yang bisa jadi menjadi alat untuk memutar balik pandanganya kali ini.

Toilet.

Ada 2 cara bagi si pria untuk memanfaatkan fasilitas itu untuk experimen membangunkan diri miliknya. Menengok ke arah toilet duduk kemudian ke washbasin di sisi lainya, si pria yang sedikit ragu kemudian memilih untuk menggunakan washbasin saja.

Dengan wajah yang serius, setidaknya itulah yang si pria rasakan, dia berdiri didepan cermin dan menatap ke arah tampilan dirinya sendiri, sesuatu yang masih belum ia lakukan semenjak kematianya.

Mata merah, mulut yang sedikit terbuka, rambut acak-acakan, kulit biru pucat.

"..."

Memiringkan kepala kemudian memandangi dirinya sendiri dengan lebih teliti, si pria yang teringat dengan kejadian di dalam lift saat itu mulai meragukan kematian nya sendiri, melihat tidak ada perbedaan dari sebelum dan sesudah yang tampak signifikan.

"OooOOOo"

Akan tetapi, si pria yang menggelengkan kepalanya sembari mengeluarkan suara aneh tersebut merasa hal seperti penampilan bukanlah sesuatu yang penting untuk dipikirkanya sekarang.

Membuktikan apakah dia sedang bermimpi atau tidak, itulah alasan mengapa dia berjalan kesitu.

Mengangkat tangan nya dan menghiraukan keadaan kulit dan tubuhnya sendiri untuk sementara waktu, si pria kemudian menutup saluran pembuangan di bagian bawah wahsbasin, dan mulai membuka keran air.

*Shaash

Suara khas air yang mengalir terdengar ke seluruh lantai, membuat si pria sedikit tegang.

*Kusuk

Dan benar saja, beberapa zombie mulai berjalan kedalam toilet. Si pria yang mulai ketakutan setelah ruang sempit tempat dia berdiri sekarang mulai di masuki makhluk dengan mata merah dan darah di seluruh tubuh nya dengan panik segera menutup keran air.

"..."

"Agogoooo"

"Waaaoo"

Tiga zombie, mereka sema yang seharusnya sudah menjadi mayat tersebut seketika berhenti setelah suara air tidak terdengar lagi. Akan tetapi, posisi mereka sudah cukup dalam, dan si pria sekarang harus mundur ke sudut agar ia tidak berdiri terlalu dekat.

Namun, ketiga zombie yang sebelumnya berhenti bergerak tiba-tiba mulai melangkahkan kaki mereka lagi. Mungkin karena kebiasaan mereka yang sulit mengkoordinasi tubuh, tidak ada satupun dari ketiga zombie tersebut yang repot-repot berputar balik.

Semuanya terus berjalan kedepan, membuat si pria yang mencoba sudah terpojok menjadi ketakutan.

*Tap *Tap *Tap

4 meter, 3 meter, 2 meter.

Setelah 1 setengah meter jarak antara si pria dengan zombie, dia sudah cukup dekat hingga dia bisa melihat kulit wajah salah satu mereka bergerak. Disana, ada semacam makhluk yang menggeliat didalam kulit si zombie, dan di sisi lain, mata yang lainya terlihat seakan ingin lepas dari tempatnya.

Dengan punggung yang sudah menempel dengan tembok, dia sekarang dikelilingi oleh tiga makhluk semacam itu, dengan mulut yang terbuka sembari "menatap tajam" tubuh dan daging si pria.

"!!!wwoowooo!!", teriak si pria dengan ketakutan.

Mimpi terburuk yang pernah dia alami mungkin ketika melihat hantu. Namun, itu mungkin pertama kalinya dia serasa akan dimakan, membuat dia tidak lagi tahan dengan rasa takut tersebut dan berteriak.

*Bam

Akan tetapi, si pria yang sudah tidak memiliki jalan kabur selain pintu masuk toilet memberanikan diri untuk untuk menabrak para zombie yang mengelilinginya, dan "Berlari" keluar dari ruangan mengerikan tersebut.

Ketika dia yang mulai memikirkan untuk membatalkan rencana pembangunan diri menggunakan "Air", tiba-tiba sang pria mendengar suara yang tidak asing.

*Dor dor dor.

Suara tembakan.

Si pria yang baru saja keluar dari kamar mandi terkejut karena dia mendengar suara tersebut dengan cukup jelas, membuat dia menengok ke sekeliling untuk memastikan.

Di saat yang bersamaan ketika si pria sedang bingung...

"WAAAA"

"OOOO"

"@!#$#%%"

...semua zombie yang berada di sekeliling si pria berteriak secara serentak.

"!!!!"

Si pria sangat terkejut.

Bagaimana tidak, mereka makhluk pendiam yang hanya bisa berjalan sempoyongan seakan dengan tatapan kosong sekarang berteriak dan berlari cukup cepat kearah sumber suara tersembut.

Dimana pun itu, si pria yakin, bahwa mereka para zombie pasti akan menemukan lokasi tersebut, yang membuat dia sedikit penasaran dengan apa yang sedang terjadi.

Menengok ke arah kamar mandi yang sekarang kosong, dan sekumpulan monster yang berlari ke arah yang sama, si pria akhirnya memutuskan untuk mengikuti rekan zombie nya dan melihat apa yang terjadi.

Setelah berjalan tidak jauh dari lokasi setelah sedikit memutar, si pria menemukan seluruh zombie masuk ke tangga darurat, ke arah pintu merah besi yang membuat dia kerepotan saat itu.

"Ooo?"

Dengan bertanya-tanya, si pria yang sedikit ragu untuk masuk atau tidak kemudian melangkahkan kakinya kearah tangga tersebut.

Akan tetapi...

*Bam

...di karenakan belum semua zombie sudah masuk ke dalam tangga darurat, si pria yang masih berjalan ragu-ragu "Tidak Sengaja" di "Dorong" oleh rekan zombienya yang masuk dibelakangnya, membuat dia terjatuh dari lantai atas dan terjun langsung ke bawah.