Chereads / Super Zombie (Indonesia) / Chapter 4 - Sadar diri

Chapter 4 - Sadar diri

Didalam hidup si pria, dia pernah mengalami beberapa kali perasaan jatuh di dalam mimpi.

Jantung terasa tertarik keluar, dunia seakan bergetar, nafas menjadi berat, dan ketika semuanya sudah mencapai puncak, dia akan tersentak bangun.

"!!!!"

Namun kali ini berbeda, sangat jelas berbeda.

Apa ini, apa yang terjadi?

Si pria yang dengan kerasnya tersangkut di salah satu pegangan besi hand-rail seketika berputar cepat dan akhirnya menghantam ujung tangga yang keras.

*BAM!!!!

Semua berjalan seakan sekelibat kilat yang menyambar, mendengung kencang dan kemudian menggema keseluruh ruang sempit nan panjang di lantai darurat.

"Ahhhh, Zombie mulai jatuh dari atas!! Kaka Bobi, tolong aku!!!"

*Dor Dor Dor

Suara lengkingan perempuan yang ketakukan, hentakan keras ketika tubuhnya menghantam ujung anak tangga dari jatuh beberapa lantai kebawah, langkah ramai kaki para zombie, serta suara khas tembakan yang mendengung di telinga si pria.

*Ngiiiing

Akan tetapi, pikiranya seakan putih, kosong seperti semuanya konslet dan tidak berfungsi, membuatnya tidur terdiam begitu saja sembari melihat beberapa kaki melewati dan menginjak tubuhnya.

Dia tidak tahu seberapa jauhnya dia telah terjatuh, tidak merasakan sakit sedikitpun, dan tidak perduli betapa mengerikanya hal yang di alami seorang wanita muda yang mulai menangis dan bergetar dengan muka sangat pucat setelah dikelilingi mereka yang ingin memakanya tidak jauh dari tempatnya tergeletak.

Hanya satu hal yang dapat menyongkel pikiran si pria ditengah kacaunya kepala dia saat itu.

Hal itu adalah, dia tidak sedang bermimpi.

Masih tidak percaya, mungkin itulah yang sedang di pikirkan si pria ketika dia memasang mata yang kebingungan, bibir yang bergetar seakan mencoba tersenyum dan serasa ingin menhibur diri dari semua candaan tidak lucu itu.

Namun, tubuhnya yang sulit digerakan dan tangisan terakhir dari wanita yang dagingnya tercabik membuat semua kenyataan tersebut untuk dia tolak.

Bergetar-getar seakan ingin duduk, si pria yang masih ingin membuktikan kepalsuan dari acara reality show yang mungkin sedang dia ikuti, atau mungkin mimpi yang dia hasilkan dari tidur yang terlalu dalam kemudian berhasil memposisikan tubuhnya untuk duduk.

Mungkin saja masih ada cara lain yang bisa ia coba, setidaknya itulah yang si pria pikirkan sebelum bayangan itu terpotong berhenti ketika dia melihat perempuan yang sebelumnya masih bisa berteriak sekarang sudah duduk lemas tidak bergerak.

Disana, wanita dengan darah dan daging robek yang isinya terlihat, dengan bekas garis air mata di bawah matanya yang melotot tajam terlihat sangat kontras di pipi mungil dan manisnya itu.

Diam.

Hening.

Tidak ada yang membuat suara seakan waktu berhenti di dalam sebuah lukisan horror bertemakan kematian tragis.

Karena, ketika satu-satunya manusia yang masih hidup menghilang dari sekitar mereka, para zombie yang kehilangan target kebencianya mendadak diam ditempat seperti robot yang sudah kehabisan tenaga.

Tidak, robot masih terlalu manis untuk menggambar makhluk buas yang baru saja membunuh orang itu.

'Aku tidak percaya, tidak mau percaya!' teriak si pria dengan perasaan yang kacau.

Dia bergerak mundur, mencoba merangkak dan berdiri karena ingin menjauh dari apapun yang sedang dia hadapi.

Akan tetapi, si pria lupa kalau dia sedang berada di dalam tangga darurat.

Tangan nya yang tiba-tiba kehilangan sandaran membuat tubuhnya terayun jatuh kebawah, *Bambambambam, kemudian menggelending berulang-ulang untuk kemudian berhenti ketika kepalanya membentur keras ke tembok.

Akan tetapi, seakan tidak memperdulikan hal kecil itu, si pria yang mencoba langsung bergerak bergegas berdiri dan berjalan lagi.

'Tidak, ini masih belum cukup. Tidak sakit, ini sama sekali belum cukup untuk membangunkanku'

Gila, atau bahkan kata itu masih belum cukup untuk menggambarkan perasaan nya yang kacau.

Si pria bahkan tidak mencoba mengetahui siapa si wanita tadi, mengapa dia/temanya ke sini, bagaimana mereka memiliki senjata api, atau bahkan hal yang paling-paling penting didalam hidupnya...bagaimana keadaan orang tua nya di kampun.

Tidak perduli.

Dia sama sekali, barang sedikitpun, terlintas dikepalanya pertanyaan-pertanyaan tersebut. Hanya ada satu hal yang sekarang memenuhi kepala kosongnya yang mulai terkikis hancur.

'Kurang keras, aku harus bangun...lebih keras!!!'

Dengan teriakan putus asa tersebut, si pria yang akhir nya berdiri di sisi hand-rail tangga, kemudian meloncat kembali kebawah.

...

Di suatu lantai, didalam sebuah gedung di ibu kota, seorang pria dengan senjata lengkap terlihat bersembunyi didalam ruangan yang gelap.

Nafas yang terengah-engah, serta pelurunya yang hampir habis membuat wajahnya pucat tidak berwarna. Akan tetapi, dia yang ingin sekali berteriak tersebut menahan diri setelah mengatur nafasnya sebelum kemudian membuka pintu ruangan tersebut.

*Dor Dor Dor

Menembakan beberap peluru, si pria tersebut yang mulai berjalan perlahan ke lantai darurat selagi menghitung jumlah peluru yang dia miliki tidak bisa menahan diri untuk bergumam kesal.

"Sial, peluru ku!! Aku harus bergegas kembali ke mobil atau tidak---!!"

Dengan nada yang penuh dengan ketegangan dan rasa tidak puas, si pria tidak bisa menahan diri untuk mengingat apa yang baru saja terjadi padanya beberapa menit yang lalu.

Dia adalah satu dari 6 orang yang bertugas berkeliling dan mencari makanan serta mengecek siapapun yang selamat dari wabah zombie yang tiba-tiba mengubah seluruh kehidupan di kota nya.

Seperti biasa, setelah membagi tugas, mereka pun berpencar dan kemudian nantinya harus kembali ke titik awal setelah waktu yang ditentukan telah berakhir. Si pria pikir misi kali ini tidak ada bedanya dengan yang sebelumnya.

Akan tetapi, kenyataan bahwa hanya ada 3 orang yang kembali ke mobil memaksa dia dan satu orang rekan perempuan nya untuk kembali dan mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan yang lain.

2 orang telah di konfirmasikan tewas.

Namun, salah satu orang dirasa masih selamat, terlebih ketika mereka berdua mendengar beberapa kali suara tembakan dari lantai bawah didalam tangga darurat. Fatalnya, mereka tidak tahu di lantai manakah rekan nya yang masih hidup itu terjebak.

Karena mereka harus mengecek setiap lantai lah yang membuat si pria terlambat datang, yang membuat diri nya sendiri kesal terhadap perasaan bersalah.

"Si gila itu!! Aghh, di pasti sudah mati. Apa yang harus ku perbuat!??"

Yang lebih parah lagi, rekan perempuan nya yang tidak ingin menerima kenyataan pahit tersebut berniat untuk menggendong mayat rekan nya yang sudah tewas itu kembali ke markas.

Normalnya, dia pasti ingin membantu.

Sayangnya, dia cukup realistis untuk mengetahui bahwa hal itu sangatlah tidak mungkin untuk dilakukan. Pada awalnya, si pria hanya ingin menggertak untuk meninggal kan rekan nya jika dia tetap bersikeras untuk melakukan yang percuma tersebut.

Oleh karena itu, dia terus-terusan membantai beberapa zombie sepanjang perjalanan selagi mengulur waktu agar si perempuan nantinya bisa menyusul walau terlambat.

Namun, dia tiba-tiba mendengar suara tangisan saat sudah cukup jauh ke bawah.

Di saat itulah dia yang mulai panik bergegas untuk kembali ke atas yang kenyataanya sulit sekali karena sekarang dia malah terjebak di salah satu lantai karena tangga darurat yang tiba-tiba menjadi sangat penuh.

*Klik klik klik

Selagi dia mengingat semua kejadian tersebut, senjata api yang ada ditangan nya tidak lagi mengeluarkan hentakan keras, menandakan bahwa dia kehabisan peluru. Dengan wajah yang mulai pucat, si pria yang melihat kedepan dan menghitung jumlah zombie, kemudian menengok kebawah dan menatap ke arah pisau pendek nya, dia tidak bisa menahan diri untuk tersenyum pasrah.

"Masa bodo lah! Aku akan terobos saja"

Ucapnya setelah menarik nafas cukup dalam untuk menenangkan degup jantung yang sangat kencang sampai dada nya merasa sesak.

Zombie adalah makhluk yang memiliki pergerakan yang lambat, namun akan bergerak cepat atau bahkan meloncat jika seseorang yang masih hidup berada satu meter didekatnya. Oleh karena itu, dia tidak mau membuang waktu untuk melawan mereka menggunakan pisau dan membuat kemungkinan di kepung tanpa jalan keluar.

Dengan pemikiran tersebut, si pria yang berlari di ruang yang cukup sempit di dalam satu lantai itu mulai menuju pintu darurat, dan berniat untuk menerobos semuanya.

Disaat itulah...

*Bam Bam Bam

Suara sesuatu yang terjatuh cukup keras kemudian berguling di tangga lantai terdengar disebelah si pria.

"!!!"

Dengan suara yang sudah di tenggorokan seakan ingin berteriak, si pria yang berhasil menahan diri untuk tidak mengeluarkan suara yang keras kemudia terkejut melihat zombie yang anehnya penuh dengan luka baru tergeletak dengan mata yang sangat merah dan muka yang kusut seakan kesal.

Dia tidak merpedulikan hal tersebut tentu saja.

Hal itu karena beberap zombie yang mendengar suara keras tersebut perlahan-lahan mulai mendekat, baik dari belakang, atas, maupun bawah.

Dengan pisau yang masih ditangan, serta mata yang melirik bingung ke arah zombie aneh didekatnya itu, si pria yang baru ingin berlari melewatinya kaget bukan kepalang ketika si zombie yang ia rasa tidak akan bergerak dalam waktu dekat tiba-tiba berteriak keras.

"AAAAHHHHHHHH!"

"!!!"

Si pria yang terkejut saat baru mulai melangkah akhirnya salah menapakan kakinya yang membuat dirinya terjatuh, terus menerus sampai kepalanya menabarak tembok.

*Bam!

Dengan kepala pusing dan telinga yang berdengung, si pria yang secara remang-remang melihat dan mendengar langkah kaki zombie yang mendekat tidak bisa menahan diri untuk membayangkan suatu hal.

'Aku akan mati di sini', pikirnya ketika dia sadar betapa berbahaya nya posisi dia saat itu.

'Maafkan aku, Bobi, Rizka. Mungkin karena aku yang egois inilah yang membuat kalian mati. Tunggulah, aku akan menyusul sebentar lagi',pikirnya dengan perasaan takut, marah, serta kecewa, bercampur aduk yang membuat dirinya ingin muntah.

Meski dia berpikir demikian, si pria akan tetapi tetap memegeang pisau di tanganya dengan cukup keras, bersiap untuk melawan hingga titik darah penghabisan.

Akan tetapi, apa yang muncul di hadapanya ketika rasa pusing dan pandanganya yang berkunang mulai kembali pulih adalah sesuatu yang tidak mungkin si pria itu untuk lupakan.

"AAAHHHH"

Seorang zombie, dengan pakaian rapih, mukai yang beringas, serta teriakan aneh yang khas menatap tajam ke arah si pria, yang kemudian mengacuhkanya untuk melempar semua rekan zombie nya jatuh kebawah.

1, 3, tidak tahu berapa banyak zombie yang ia lempar, dari mana otot kuat nya berasal, mengapa dia melempar rekanya sendiri kebawah...dan mengapa wajah si zombie aneh tersebut memasang wajah seakan ingin menangis, si pria itu hanya bisa memikirkan hal tersebut tanpa bisa menemukan jawabanya.

Akan tetapi, dia hanya bisa menemukan satu fakta sederhana.

Di kantung belakang celana si zombie, terdapat dompet yang akhirnya tidak sengaja terjatuh ketika dia terus menerus bergerak. Ketika benda itu terjatuh cukup dekat denganya, tangan si pria yang seakan terhipnotis mulai bergerak untuk mengambil benda itu tanpa memikirkan seluruh zombie yang mulai mendekat.

*BAM BAM BAM

Dengan suara hantaman benturan keras, teriakan, serta langkah kaki sebagai BGM, si pria yang membuka dompet itu dengan pandangan kosong kemudian menemukan data diri dengan foto yang wajahnya mirip dengan si zombie.

"Wani...", sebutnya dengan suara pelan.

Saat itu dia belum menyadari, bahwa pertemuan nya dengan zombie bernama Wani tersebut adalah takdir yang bukan hanya bisa merubah masa depan nya, namun juga masa depan seluruh warga negara nya.