Tama baru saja keluar dari kamar Kirana. Kirana dapat melihat jelas bahwa Tama sepertinya terluka atas perkataan Kirana. Namun Kirana tetap menganggap bahwa itu adalah hal yang wajar. Apalagi Tama sudah bersikap tidak perduli dengan para penghuni Villa. Namun kenyataannya Kirana tidak ingin memiliki perasaan yang lebih jauh lagi dengan Tama. Ia telah menyadari bahwa cinta sejatinya adalah Jendral John Willem. Kirana harus lebih berfokus untuk mendapatkan cinta sejatinya. Tama hanyalah seorang budak yang ia pekerjakan, tidak lebih dari itu, sehingga rasanya tidak perlu memiliki hubungan yang terlalu dekat dengan dirinya.
Malam semakin larut. Mimpi - mimpi tentang masa lalu Kirana kini datang kembali ke mimpi Tama. Di dalam mimpi itu, Tama melihat Jendral John Willem berlutut dihadapan ratu belanda. Sepertinya ia hendak menerima perintah dari sang Ratu.
Ratu memerintahkan agar Jendral John Willem segera menghabisi keluarga kerajaan, terutama Prabu Sanjaya dan Pangeran Wardhana.
"Apakah kita bisa melakukan perang tanpa ada yang kehilangan nyawa?", tanya Jendral John Willem.
"Itu tidak mungkin terjadi Jendral. Kau tau itu! Pilihannya adalah pasukan Kita yang mati, atau pasukan mereka. Dan kau harus mengingat kau bekerja untuk siapa", tegas sang Ratu.
Jendral John Willem keluar dari ruangan kerja Ratu. Ia pergi ke pangkalan militer nya di sebuah pulau dekat dengan lokasi kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Sanjaya. Ia menemui prajurit dan mengungkapkan strategi pembunuhan Prabu Sanjaya dan Pangeran Wardhana.
Meskipun Jendral John Willem mencintai Kirana. Ia tidak mempertaruhkan hidupnya untuk menyelamatkan keluarga Kirana. Apabila pernikahan Kirana dengan Jendral John Willem tetap dilaksanakan di masa lalu, tentu Kirana tetap akan merasakan sakit hati, karena ayah dan adik kandungnya telah dihabisi oleh suaminya.
****
Tama terbangun dari tidurnya. Jantungnya berdegup kencang. Di wajahnya penuh dengan air keringat bercucuran. Tama mengambil segelas air putih yang ada di meja samping tempat tidurnya, lalu meminumnya. Mimpi itu menguras pikirannya.
"Ternyata Jendral bukanlah yang terbaik, jika hanya mencintai tetapi tidak bisa memberikan kebahagiaan apakah itu bisa disebut cinta sejati?", ucap Tama di dalam hatinya.
Tama kembali melanjutkan tidurnya.
Pagi telah tiba, Kirana sedang menghitung tumpukan tiket yang sudah dicetak sebelumnya oleh Devan. Tama datang menemui Kirana untuk menawarkan bantuan, tetapi Kirana mengatakan bahwa semua pekerjaan persiapan acara festival sudah selesai. Bantuan dari Tama sudah tidak diperlukan lagi. Setelah itu Kirana menyuruh Tama untuk segera keluar dari ruang kerja Kirana. Tama berjalan keluar dengan lesu, tetapi Kirana memanggilnya.
"Eh, tunggu dulu!", teriak Kirana.
"Ya, Putri apa ada yang harus aku lakukan?", tanya Tama.
"Ini ada 2 tiket, kau berikan ini pada Nadia dan teman kantornya", jawab Kirana.
Tidak disangka Kirana masih berbaik hati pada Tama untuk memberikan tiket pada kekasihnya. Selama ini Tama merasa bahwa Kirana tidak pernah memperdulikan Nadia. Namun rasanya sangat canggung ketika Tama mengambil tiket itu dari tangan Kirana. Ia masih tidak enak hati dengan Kirana. Kali ini ia merasa bahwa hubungannya dengan Kirana, memang hanyalah sebatas budak dan majikan saja.
"Setelah bulan purnama nanti aku akan memutuskan Nadia, dan akan merelakannya. Lagi pula kami sudah hidup di dunia yang berbeda", kata Tama.
"Terserah kau saja".
Tama keluar dari ruang kerja Kirana. Ia berjalan dengan pelan. Ia baru sadar tentang apa yang ia katakan barusan kepada Kirana. Mana mungkin ia bisa meninggalkan Nadia secepat itu. Itu masih tidak sebanding dengan waktu penantian Tama sejak SD hingga lulus kuliah. Tama masih belum bisa meninggalkan Nadia.
"Apa yang barusan aku katakan? Aku baru saja mengatakan omong kosong", kata Tama.
Sementara itu Kirana duduk sambil melamun. Ia masih ada di ruang kerjanya. Ia merasa bahwa ia sudah bertindak sangat jauh. Seharusnya ia tetap bisa berhubungan baik dengan Tama, meskipun ia ingin menjaga jarak dengan Tama. Seharusnya Kirana bisa memperlakukan Tama sama seperti ia memperlakukan Denok dan Limbur. Hubungan antara majikan dan budak seharusnya masih bisa baik - baik saja.
"Tama, sorry! Ini demi misi ku untuk kembali menjadi manusia".
Saat hari mulai gelap. Tama mengubah penampilannya menjadi manusia. Ia pergi meninggalkan Villa dan menuju Jakarta untuk menemui Nadia. Denok melihat Tama yang bergegas pergi keluar dari Villa. Sementara itu Limbur malah asyik tertidur di pos satpam. Denok memukuli Limbur hingga ia terbangun.
"Aduh! Ampun neng geulis! Ampun", teriak Limbur.
"Ih, dasar tukang tidur! Itu tagan keluar kenapa gak ditanya mau kemana? Kamu malah asyik tidur!"
"Tagan siapa?", tanya Limbur.
"Tagan, Tama Ganteng. Kamu pikir siapa?"
Denok yang sedang kesal, berjalan dengan cepat menuju ruang kerja Kirana untuk melapor bahwa Tama pergi tanpa memberitahu apapun padanya ataupun Limbur. Tetapi jawaban Kirana mengecewakan Denok.
"Terserah dia mau pergi kemana", kata Kirana.
"Tapi putri, apa putri yakin membiarkan tama terus menerus lengket dengan Nadia?", tanya Denok.
"Lalu aku harus bagaimana?"
"Putri tidak perlu menyembunyikannya dari ku, aku tau putri memiliki perasaan special dengan tama"
"Aku tidak ingin buang - buang waktu untuk memiliki perasaan dengan orang yang bukan cinta sejatiku. Dia tidak akan membuat kita kembali menjadi manusia", tegas Kirana.
Kirana meminta Denok untuk kembali ke kamarnya karena Kirana juga telah selesai bekerja dan akan tidur lebih awal. Namun Denok masih sedikit kecewa.
Denok sudah kembali ke kamarnya. Ia masih memikirkan Kirana. Sebetulnya Denok menyimpan sebuah rahasia yang ia pendam sendirian selama ini. Rahasia itu mengenai percakapan Jendral John Willem, sebelum akhirnya ia di buru oleh Pangeran Wardhana.
FLASH BACK
Ratusan tahun yang lalu, Denok sedang mengambil sayuran di ladang. Tiba - tiba ia mendengar suara tepak kaki 2 ekor kuda yang beriringan. Denok yang merasa keselamatannya akan terancam, ia berubah menjadi ular dan bersembunyi di atas pohon. Ternyata kuda itu di tunggangi oleh Pangeran Wardhana dan Jendral John Willem.
Hari itu Denok melihat Pangeran Wardhana dan Jendral John Willem bertengkar, lalu Jendral mengancam untuk membunuh keluarga kerajaan. Pangeran Wardhana emosi dan segera melemparkan pedangnya ke tubuh Jendral John Willem hingga terluka. Itu adalah kejadian sebelum Kirana datang dan menyelamatkan Jendral John Willem.
****
Sebetulnya, Denok tahu Jendral sangat mencintai Kirana, hingga rela mati untuknya. Tetapi Jendral datang dengan niat yang tidak baik pada awalnya.
"Tidak mungkin cinta sejati diawali dengan niat tidak baik, aku yakin cinta sejati itu dimulai dari sebuah ketulusan", kata Denok.
Beberapa hari kemudian, bulan Purnama tiba. Para penghuni Villa sudah berada di Summer Hotel untuk mempersiapkan festival sihir yang akan berlangsung hari itu. Dan hari itu, Tama juga tidak kehilangan perannya untuk membantu Kirana. Saat festival resmi dibuka, pengunjung beramai - ramai masuk ke area festival, termasuk Nadia yang malam itu datang bersama Dewi.
"Tak ku sangka ternyata pacarku bekerja seperti ini, pantas dia selalu sibuk", kata Nadia.