Suasana malam hari di Summer Hotel sangat ramai. Semua berkat festival sihir yang diadakan oleh Kirana. Kirana mengundang beberapa temannya yang berasal dari dunia siluman untuk melakukan pertunjukan sihir.
Seseorang artis dari dunia siluman tampil mempertunjukkan skill nya dalam memainkan musik seruling. Dia adalah Moran, siluman rubah berekor sembilan dari negri Tiongkok. Permainan seruling nya sungguh menyihir penonton.
Musik yang dimainkan Moran adalah musik pengangkat beban hidup. Orang yang mendengarkan musik itu akan tersihir, semua beban hidup yang terasa berat dipundak mereka perlahan - lahan terangkat.
Para penonton memejamkan mata mereka saat Moran memainkan serulingnya. Semua emosi, rasa marah dan takut, juga kelelahan di dalam pikiran para penonton telah diangkat melalui musik yang dimainkan Moran.
Saat Moran selesai memainkan musiknya, semua penonton merasakan betapa tenang nya mereka. Semua beban yang sebelumnya ada Kini telah hilang. Setelah menonton pertunjukan Moran, para penonton berpindah ke tenda - tenda berikutnya untuk melihat pertunjukan sihir yang lain.
Suasana malam hari itu sangat ramai. Santoso yang merupakan manajer Summer Hotel merasa sangat terharu, karena sudah lama sejak gempa dan tsunami kecil terjadi di Banten, wilayah itu sangat sepi. Summer Hotel pun sudah lama sepi pengunjung. Tetapi berkat festival malam ini, Summer Hotel akhirnya kembali ramai.
"Akhirnya setelah hampir 3 tahun hotel ini sepi, kini hotel terasa hidup kembali", kata Santoso.
Sementara itu Denok sibuk mengatur antrian di depan tenda milik Kirana. Di depan tenda itu dipasang papan nama berjudul "Ramalan Masa Depan". Banyak sekali yang mengantri. Sepertinya Kirana akan kebanjiran uang pada malam ini.
Sebagai kepala keamanan, Limbur berkeliling area festival untuk memastikan wilayah festival tersebut aman dan terkendali.
"Sudah lama aku merindukan festival seperti ini", kata Limbur.
Limbur mengingat ketika dimasa lalu ia menemani Kirana melihat festival panen bersama dengan Denok. Sepertinya sudah sangat lama sekali. Tak terasa ia sudah hidup selama itu. Namun itu tidak menjadi masalah bagi Limbur, karena ia sejak kecil telah dilatih untuk menjadi pengawal Putri Kirana. Limbur baru boleh mati ketika tugasnya mengawal Kirana telah selesai.
Di tenda - tenda tempat dihidangkannya jajanan street food, ada Ara yang sedang sibuk mengatur supply makanan. Ia terlihat seperti sedang membawa buku catatan dan mengatur pasokan makanan. Sedangkan Devan sedang sibuk diwawancarai oleh reporter dari beberapa stasiun TV.
"Ya, tujuan dari acara festival malam ini adalah untuk membangkitkan kembali pariwisata daerah Banten", jelas Devan kepada para reporter.
"Lalu ini kan tema nya sihir, apakah memang semua yang melakukan pertunjukan adalah ahli sihir?", tanya seorang reporter.
"Tentu tidak, sihir yang kami maksud disini adalah karena kami menampilkan pertunjukan yang terbaik, maka penampilan terbaik itu akan menyihir semua yang datang, sehingga dapat merasakan bahagia", jawab Devan.
Tidak salah Kirana telah memilih Devan untuk menjadi penanggung jawab acara, karena Devan memang pandai bersilat lidah. Tidak ada satupun yang boleh mengetahui identitas Kirana dan para siluman lain yang melakukan pertunjukan malam itu. Karena jika diketahui maka dunia para siluman pun akan terancam.
Tidak ada yang mengetahui sebelumnya, apabila hari itu Erick pun datang juga ke acara Festival. Ia tidak memberitahu Devan bahwa ia akan hadir. Erick hanya penasaran dengan acara Festival malam itu.
Erick datang dengan menggunakan topeng yang menutupi matanya. Ia sengaja melakukan hal itu karena yang ia tahu di acara festival biasanya banyak sekali pria dan wanita single yang mengambil kesempatan untuk berkenalan satu sama lain. Karena Erick sudah memutuskan untuk melajang seumur hidupnya, ia tidak ingin ada wanita yang jatuh hati padanya.
Tidak disangka Erick menjadi antrian terakhir di depan tenda Kirana. Tidak lama kemudian Erick dipanggil oleh Denok untuk segera masuk ke dalam tenda. Erick pun masuk ke dalam tenda. Disana sudah ada Kirana yang duduk dan menunggu pelanggan berikutnya.
Saat Erick berjalan mendekat ke arah Kirana dan memandangi wajahnya, Erick seperti mendapatkan sebuah kenangan. Kenangan ketika seseorang yang memakai seragam tentara koloni belanda berjalan di ladang bunga bersama dengan seorang gadis cantik yang berpakaian tradisional layaknya seorang putri.
"Silahkan duduk tuan", kata Kirana.
Namun Erick masih berdiri dan menatap Kirana dengan tatapan kosong. Kirana pun memanggilnya kembali.
"Tuan?"
"Ah maaf, sepertinya saya pernah melihat anda", kata Erick.
"Oh, tapi sayangnya saya belum pernah melihat anda".
Kirana mengira bahwa Erick hanyalah pria yang sedang ingin modus kepadanya. "Pendekatan model begitu sudah sangat kuno", kata Kirana di dalam hatinya.
Kirana mulai membaca masa depan Erick. Sebuah baskom berisi air kembang disentuhnya. Kirana memejamkan matanya, lalu ia melihat Tama yang sedang melemparkan sebuah keris ke tubuh Erick. Erick terjatuh dan meminta maaf kepada Tama. Di dalam penerawangan Kirana, wajah Erick tidak dapat terlihat dengan jelas, sehingga Kirana tidak mengetahui bahwa Erick memiliki wajah yang mirip dengan Jendral John Willem.
Kirana langsung membuka matanya. Ia masih terkejut dengan apa yang baru saja ia lihat dalam penerawangannya. Ia tidak bisa memahami mengapa di dalam penerawangannya itu, Tama membunuh pria ini. Kirana ingat bahwa Tama meninggal karena tertimpa tiang listrik. Tidak mungkin pria ini membunuh Tama sehingga Tama harus balas dendam. Tetapi apakah pria ini ada hubungannya dengan Nadia? Kirana belum menemukan jawabannya.
"Bagaimana nona? Apa yang terjadi padaku di masa depan?", tanya Erick.
"Berhati - hatilah dengan arwah penasaran, aku melihat pertengkaran kalian dimasa depan", kata Kirana.
"Arwah penasaran, siapa dia?", tanya Erick.
"Kalau menurut analisa ku, mungkin dimasa depan kau akan jatuh cinta pada wanita yang dilindungi seorang arwah, sehingga ia bisa mencelakakan kau dimasa depan", jawab Kirana.
Erick sudah keluar dari tenda Kirana. Ia mengingat dengan jelas nasihat dari Kirana. Tetapi ia belum begitu percaya pada ucapan Kirana, karena niatnya menjadi lajang seumur hidup sudah sangat bulat dan tidak dapat diganggu gugat. Ia tidak mungkin akan jatuh cinta dimasa depan.
Tetapi ia ingat bahwa Kirana adalah seseorang yang bisa melihat hantu dan juga para siluman, mungkin apa yang dikatakan Kirana ada benarnya. Namun Erick tidak ingin ambil pusing dengan apa yang baru saja ia dengar barusan. Ia pergi menuju tenda makanan untuk mencicipi berbagai makanan di festival itu.
Sementara Kirana masih ada di dalam tenda. Ia masih memikirkan apa hubungannya pria yang tadi dengan Tama. Mengapa Tama ingin membunuhnya. Apa yang akan terjadi dimasa depan? Sayangnya ia tidak bisa membaca masa depan orang lain secara rinci. Ia hanya bisa membacanya sekilas saja.
Acara Festival malam itu ditutup dengan pesta kembang Api. Tama memperkenalkan Kirana dengan Nadia dan Dewi di bawah gemerlapnya kembang api yang telah dinyalakan.
"Ini bos ku, namanya Kirana", kata Tama.
"Halo, saya Kirana"
Kirana pun bersalaman dengan Nadia dan Dewi. Acara Festival sudah selesai. Seluruh pengunjung yang datang pun perlahan - lahan meninggalkan Summer Hotel. Karena Tama menjadi panitia, ia tidak bisa mengantar Nadia. Nadia pun pulang tanpa di antar oleh Tama.
Saat di parkiran mobil, Nadia melihat adik Tama yang bernama Citra. Nadia pun menyapanya.
"Citra?"
"Kak Nadia? Kakak kesini berduaan aja?", tanya Citra yang merupakan adik kandung Tama.
"Tadi sih aku sama Tama juga, tapi Tama nya lanjut kerja jadi kita tinggal berdua".
"Apa? Kak Tama?"