Chereads / MI VOLAS VIN (I Want You) / Chapter 5 - PUNISHMENT

Chapter 5 - PUNISHMENT

Suara musik klasik terdengar lembut di dalam mobil, menggantikan suara klakson dan juga deruan motor pada kemacetan di sepanjang ruas jalan. Bukan hal yang aneh mengingat ibu kota adalah pusat dari segala aspek pemerintahan dan juga bisnis. Hampir sepertiga penduduk negara ini tumpah ruah pada satu kota metropolitan itu, mengadu nasip untuk mencari pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak.

Bus trans dalam kota berlalu lalang, lancar, namun beberapa pengemudi motor yang nekat menggunakan jalur di dalam jalur bis membuat bis terhenti, kemacetan kembali tak terelakkkan.

"Huft ... tre stulta," gumam Leonardo (bodoh sekali).

Leonardo meletakkan tablet pintar pada pangkuannya, melirik sepintas pada kemacetan yang timbul akibat egoisme dari para pengendara kendaraan. Mereka berebut untuk saling mendahului, seakan sedang mengikuti perlombaan siapa yang lebih dahulu sampai. Padahal kebodohan dan ketidaksabaran merekalah yang membuat jalanan semakin macet, perjalanan tertunda. Andai saja semua orang mau hidup tertib dan teratur, mungkin kemacetan tak akan sampai separah ini. Sayangnya egoisme adalah bagian dari kehidupan manusia.

"Tuan Leon akan menemuinya setelah makan siang. Kau cukup menahan wanita itu sampai Tuan Leonardo tiba di sana." Kesya berbicara lewat ponselnya.

"Lakukan saja, Tuan Leonardo tak mau wanita lain." Nada suara Kesya mulai meninggi saat pihak bank menawarkan wanita lain sebagai ganti kecerobohan Jasmine kemarin.

Kesya menelepon selama beberapa saat sebelum memutar tubuhnya untuk melapor pada Leonardo. "Tuan, pihak bank setuju menahan Nona Jasmine setelah makan siang. Setengah jam lagi jam makan siang berakhir, setengah jam pula perjalanan menuju bank karena macet. Apa Anda akan pergi ke sana sekarang?"

"Ni iru," jawab pria itu singkat (ayo pergi).

"Jes, Tuan Leon." Angguk Kesya. (Ya)

Siang itu juga di tempat lain Jasmine baru saja menjual dua buah cincin, barang paling berharga terakhir miliknya untuk biaya pengobatan ibunya yang sakit di desa.

Siang itu Jasmine harus menahan lapar hanya dengan secangkir kopi agar bisa membelikan atasannya sogokkan. Karena .... Siang itu pula Jasmine terancam dipecat dari pekerjaannya akibat kesalahannya kemarin. Keteledoran akibat sulutan emosi, menyiram seseorang tiran dengan air minum. Untung saja Jasmine tak terbunuh semalam.

Masih siang yang sama, saat hati Jasmine merasa sesak --begitu keluar dari ruangan atasannya-- ia malah harus bertemu dengan pria arogan dan kejam itu lagi. Bahkan dengan cara yang tidak biasa.

Setelan Armani yang mahal, ternoda oleh pekatnya kopi americano hitam. Jasmine berusaha mengelap dengan sapu tangan miliknya, tapi ini bukan sihir, bukan juga macam iklan detergen pembersih noda, mana mungkin nodanya bisa hilang hanya dengan sapu tangan? Lagi pula yakinlah, Leonardo pasti tak mencuci pakaiannya dengan detergen sembarangan.

"Tu ... Tuan Leon," lirih Jasmine.

"Sepertinya Nona Marketing sangat suka menumpahkan sesuatu padaku." Seringai Leonardo membuat bulu kuduk Jasmine berdiri.

"Maafkan saya, Tuan.' Jasmine menunduk, tak berani menatap pada dua buah manik mata hitam berkilat milik Leonardo.

"Siapa namamu, Nona?" tanya Leonardo pura-pura tidak tahu.

"Jas ...Jas ... mine," gagap Jasmine ketakutan, nada suaranya bergetar hebat.

"Kira-kira hukuman apa yang tepat untukmu?" Leonardo mengelus dagunya, berpikir.

"Mohon maafkan saya, Tuan, saya tidak sengaja." Jasmine lagi-lagi menundukkan wajahnya.

"Lihat aku, Nona Jasmine. Wajahku tidak berada di lantai!!" Leonardo mencekal dagu Jasmine, membuat kepala wanita itu terangkat untuk memandang wajahnya.

Mata bulat Jasmine terlihat berkaca-kaca, ingin menangis karena ketakutan. Pria itu terlalu menakutkan, atmosfir yang diciptakannya selalu dingin, berat, dan sesak.

"Cantik, mata yang indah. Benar, mata ini yang membuatku tak bisa melupakanmu. Aku terus membayangkan dirimu semalaman. Bagaimana rasanya kalau kau mendesah di bawah kungkunganku? Bagaimana rasanya kalau aku berhasil menghujammu? Membuatmu berteriak semalam penuh?" Leonardo berbisik di telinga Jasmine, membuat tubuh Jasmine bergetar ketakutan.

"Ah, Mi volas vin, Jasmine." Lagi, Leonardo berbisik, panas dan penuh gairah. Jasmine menggelungkan jemarinya, menyembunyikan rasa takut.

"Lepaskan saya Tuan, saya mohon. Ampuni saya, saya butuh pekerjaan ini." Jasmine menyatukan dua telapak tangannya di depan dada. Mengiba pada Leonardo.

"Maka cukup tidurlah denganku, puaskan aku. Aku juga akan memuaskanmu." ucap Leonardo. Jasmine mengepalkan tangannya menahan rasa geram, ingin sekali Jasmine melontarkan sebuah bogem mentah pada wajah tampannya. Tapi akal Sehat Jasmine masih berfungsi. la harus menahannya kali ini atau pak Sam akan memecatnya detik itu juga.

Sabar Jasmine, bertahanlah demi pekerjaan ini. pikir Jasmine.

"Aku juga akan memberikanmu uang, kau tak perlu bekerja, tinggal menikmati hidupmu dengan nyaman juga penuh kemewahan selama kau menurut dan melayaniku dengan baik." Leonardo ter senyum pada Jasmine. Penawaran yang menggiurkan bukan? Wanita mana yang tidak tergiur dengan tawaranya?

"Maaf, Tuan. Saya bukan barang," tolak Jasmine. Leonardo langsung terdiam. Gagal? Tidak, setahunya uang tidak pernah gagal. Bahkan Ibunya pun menyerah karena uang.

"Saya manusia, punya perasaan, bukan boneka yang bisa dibuat mainan." geram Jasmine.

Legang. Leonardo terlihat juga sama geramnya dengan Jasmine. Koridor mendadak sepi, tak ada satu pun yang berani mencampuri urusan mereka. Para nasabah yang lain juga lebih memilih mengabaikan dan fokus pada tujuan mereka datang ke bank. Kesibukan, membuat mereka enggan untuk ikut campur masalah orang lain.

"Tuan ini setelan bersih, Anda harus berganti pakaian." Kesya mengambil setelan baru dari tangan Kato. Kesibukkan Leonardo kadang membuatnya tidak sempat pulang, jadi Kesya selalu menyiapkankan baju ganti di kantor ataupun mobil.

"Ah, sepertinya aku tahu hukuman apa yang pantas untukmu, Nona Marketing." Leonardo memincingkan bibirnya.

"Sepertinya akan lama." Kato berbisik pada Kesya.

"Lakukan saja tugasmu, Kato!" Kesya tersenyum lalu mengikuti Leonardo.

"A--apa yang Anda inginkan?" Jasmine tampak syok saat merasakan tangan kokoh Leonardo telah mencekal pinggangnya, membopong dengan mudah tubuh Jasmine ke atas pundaknya.

"Tentu saja menghukummu! Aku paling tidak suka ada orang yang menolakku. Dan jangan coba-coba berteriak Nona Jasmine, atau aku akan membunuhmu begitu menyelesaikan urusan kita." Leonardo menyeret Jasmine paksa masuk ke dalam toilet khusus karyawan.

"Lepaskan aku!" Jasmine meronta, ia memukul-mukul punggung Leonardo dengan kepalan tangannya. Bukannya membuat Leonardo kesakitan, malah tangan Jasmine yang terasa sakit. Teriakan Jasmine langsung terbungkam saat pintu toilet tertutup.

Kato berdiri di depan pintu toilet, menaruh papan berwarna kuning dengan tulisan 'MAAF TOILET DALAM PERBAIKAN'.

--MVV--

VOTE

FOLLOW

COMMENT

LIKE