Leonardo menurunkan Jasmine pada ruangan dua kali dua setengah meter. Ruangan dingin dengan bau pengharum ruangan otomatis beraroma pine. Cocok untuk mengusir bau pada toilet yang basah dan lembab. Semua lantai dan dindingnya menggunakan keramik berwarna biru muda.
Jasmine mencoba kabur saat mendarat, menerobos tubuh jangkung di hadapannya saat ini. Tapi ternyata semua itu tak semudah ekspetasi Jasmine, dengan mudah Leonardo berhasil menggagalkan aksinya kabur. Leonardo memutar tubuh wanita itu agar mereka saling berhadapan.
"Lepaskan aku!" Jasmine meronta dalam cekalan Leonardo. Tubuh kokoh itu bahkan tak merasakan sakit saat Jasmine mencoba menendang atau memukulnya, benar-benar mirip kantong pasir untuk latihan tinju. Latihan macam apa yang membuat tubuhnya begitu keras?
"Tidak, setelah apa yang kau lakukan padaku! Aku harus menghukummu! Lihatlah pakaianku kotor semua." Leonardo menyeringai, tersenyum licik.
"Ma-maaf, Tuan. Saya akan mengganti biaya binatunya. Jadi tolong lepaskan saya." Jasmine lagi-lagi mencoba bernegoisasi dengan Leonardo, salahnya juga membuat setelan mahal itu kotor.
"Lepaskan bajuku, bantu aku berganti pakaian terlebih dahulu baru kita bicarakan hal lain." Leonardo melemparkan setelan bersih pada Jasmine.
Jasmine menelan ludahnya dengan berat. Haruskah ia melakukan hal ini? Mengganti pakaian lelaki yang bukan siapa-siapa baginya?
Ya Tuhan ini memalukan, pikir Jasmine. Tapi tak ada yang bisa wanita itu lakukan selain menurut. Jasmine melangkah perlahan, mendekati tubuh Leonardo. Dada bidangnya menyembul di balik kemeja putih. Jasmine menelan salivanya dengan berat saat harus melepaskan satu persatu kancing pada kemeja Leonardo.
"Jangan lelet, Nona Marketing. Aku tak suka membuang waktu." Leonardo mengerling nakal ke arah Jasmine. Membuat wajah Jasmine menghangat.
Jemari Jasmine mulai melucuti kemeja Leonardo dan juga kaos dalamnya. Jasmine mendadak kikuk, pemandangan yang tersuguh di depan matanya sangat menggoda. Abs kencang dengan enam tonjolan keras. Ada tatto kepala singa pada dada kiri Leonardo.
"Kau tak tergiur dengan tubuhku?" goda Leonardo saat melihat wajah Jasmine memerah.
"Tidak," jawab Jasmine, sedikit membuang muka untuk menyembunyikan rasa malunya.
"Bersihkan juga dengan air karena rasanya sangat lengket!" Perintah Leonardo, lagi-lagi pria itu membuat Jasmine kehabisan napas.
Jasmine menggigit bibirnya sebal. Kenapa permintaannya sangat banyak? Kenapa juga ia tidak mandi sendiri saja, kenapa harus menyiksa Jasmine pelan-pelan? Bilang tidak ingin membuang-buang waktu, tapi malah bertingkah menyebalkan. Jasmine menepis pemikiran-pemikiran yang berkecambuk dalam benaknya. Fokus pada hukuman yang sedang ia jalani.
"Argh, nyaman sekali." Lengguh Leonardo saat Jasmine mengusap perut naik ke dadanya dengan handuk basah. Menyeka lengketan bekas kopi dari tubuh kekar Leonardo.
"Sudah, Tuan Leon, silahkan pakai baju Anda." Jasmine menyodorkan setelan bersihnya kembali.
"Sepertinya kau lupa masih ada celana yang basah, Nona Marketing." Leonardo tersenyum miring, melangkah mendekati Jasmine.
Jasmine menyilangkan tangannya di depan dada, mencoba menjaga jarak aman baginya. Tak ingin tonjolan miliknya menyentuh tubuh Leonardo.
"Ti-tidak Tuan, saya tidak bisa." Jasmine menolaknya, terlalu memalukan melepaskan celana milik seorang pria yang baru saja dikenalnya.
"Lakukan!!" Leonardo menarik paksa tangan Jasmine, menyuruhnya membuka celana kain slim fit itu. Jasmine bergeleng, ia menolak.
"Kumohon, Tuan Leon, bebaskan saya. Saya berjanji tak akan mengganggu Anda lagi." Jasmine mulai terisak.
"Bayanganmu selalu menggangguku, Jasmine. Tiap detiknya terasa menyiksa bagiku karena tak bisa memilikimu. Kau tahu, aku tak pernah luput mendapatkan apa yang aku mau." Leonardo melangkah maju.
"Tidak, Tuan Leon. Saya tahu saya bersalah menumpahkan kopi itu. Tapi ini bukanlah hal yang benar, tindak pemaksaan bisa dikategorikan sebagai pelecehan seksual. Saya akan melaporkan Anda ke polisi." Jasmine mundur ke belakang sampai mentok pada dinding keramik yang dingin.
"Coba kau laporkan, aku ingin tahu apa yang bisa mereka lakukan padaku?" Leonardo merangsek semakin dekat, mengikis jarak di antara mereka sampai benar-benar tak ada celah sedikitpun. Tubuh Jasmine melekat pada tubuh setengah telanjang Leonardo.
Leonardo mengecup leher Jasmine, menikmati aroma parfumnya yang manis. Leonardo semakin ingin mendapatkan Jasmine. Jasmine meronta, kepalanya terus bergeleng saat Leonardo berusaha untuk mencium bibirnya. Tanggannya juga terus meronta, mencakar punggung Leonardo. Jengah dengan kelakuan Jasmine, Leonardo mengunci kedua tangan Jasmine di atas kepala, sementara tangan yang lain mencekal dagu Jasmine.
Leonardo mendaratkan sebuah ciuman, melumat bibir Jasmine. Dalam dan penuh gairah, rasa manis menyeruak memenuhi indra pengecapnya. Leonardo menginginkan lebih, dengan perlahan ia memindahkan tangan dari dagu Jasmine. Tangan besar yang sedikit kasar itu mengelus masuk ke dalam rok wanita itu. Mata Jasmine membulat saat merasakan sentuhan tangan Leonardo.
"Saya mohon, lepaskan, Tuan. Ini menjijikkan!!!" Jasmine kembali meronta, mencoba lepas dari tindakkan keterlaluan Leonardo.
Leonardo tak mengindakan permintaan Jasmine, pria itu semakin melancarkan aksinya, mencoba memaksakan kehendaknya atas tubuh Jasmine.
"Mulutmu berkata tidak mau, tapi tubuhmu berkata lain. Kau sudah basah dari tadikan Nona Marketing," ucap Leonardo sambil tersenyum, tangannya merasakan sesuatu yang licin di balik rok Jasmine.
"Bajingan, iblis!! Lepaskan aku!! Argh!! Lepaskan!!" rancau Jasmine, Leonardo semakin gencar melancarkan serangannya. Merajai tiap lekukan tubuh Jasmine.
"Brengsek!! Lepaskan!!" Jasmine memukul-mukul punggung Leonardo, tapi justru tubuhnya yang semakin lemas karena sensasi yang diberikan oleh Leonardo. Pria itu sangat ahli dalam memuaskan wanita.
"Aku berjanji akan bermain sepelan mungkin, Sayang. Yang pertama memang sakit, tapi setelah kau tahu rasanya mungkin kau akan meminta tambah." Lenardo menopang tubuh lemas Jasmine, hendak menyatukan miliknya.
"Iblis sialan! Asal kau tahu, aku bukan perawan, aku sudah punya suami!!" seru Jasmine, wajahnya kacau karena keringat dan air mata. Mata yang indah itu menatap nanar pada Leonardo, masih mencoba membunuh pria itu dengan tatapan tajamnya.
"Apa kau bilang?" Leonardo setengah tak percaya, ia melepaskan Jasmine. Rasanya aneh mengetahui bahwa tebakannya lusut. Wanita itu telah bersuami? Yang benar saja? Leonardo memimpikan menikmati tubuh indah itu untuk pertama kalinya, menjadi yang pertama bagi Jasmine.
"Aku sudah bersuami, aku bukan lagi perawan!!!"
Jasmine bergegas memakai kembali pakaiannya yang terbuka.
Masih dengan keadaan setengah tak percaya, Leonardo mematung bagai orang bodoh. Seakan singa buas itu baru saja kehilangan mangsa tepat di depan matanya. Jasmine tak menyia-yiakan kesempatan itu, dia berlari keluar dari kamar mandi. Meninggalkan Leonardo yang terbengong-bengong.
"Hei, aku kira akan lama," celetuk Kato saat melihat Jasmine keluar.
Jasmine menatap nanar pada kedua pengikut Leonardo sebelum meninggalkan area bank. Berlari keluar menembus hujan, berharap derasnya hujan akan menghapus tiap-tiap bagian yang terasa kotor karena sentuhan tangan Leonardo. Sentuhan menjijikkan dari lelaki yang bukan suaminya itu.
-- MVV--
Jangan lupa berikan komentar
juga vote Ps kalian
dan Follow saya ya
salam manis Belle
untuk para Bellecious :*