Hei, ayo kasih re view bintang lima gaes!! Dapatkan buku author berjudul GORESAN WARNA PELANGI!!! diundi di akhir bulan Maret 2021, cuss, tekan tombol menu —> tentang buku ini —> scroll ke bawah ada gambar deretan bintang —> re view bintang 5 —> tara!! Kamu dapet satu undian untuk buku saya 🤗🤗🤗
Terima kasih,
Sweet,
Belleame
__________________
(Alurnya kembali ke jalan yang benar gaeskuh 💋💋💋)
Sinar matahari pagi menelisik masuk ke dalam kamar melalui kisi-kisi jendela. Leonardo mengerjapkan matanya beberapa kali karena silau. Semalaman berperang panas, ia lupa menutup gorden, jadi saat pagi sinar matahari langsung menembus masuk ke dalam kamar.
"Ugh...," gumam Jasmine pelan, ia masih berkelung hangat dalam dekapan suaminya, menjadikan lengan kekar itu bantal dan kakinya sebagai guling.
Cih, dasar, kalau begini mirip kucing. Leonardo membatin wajah istrinya yang polos dan menggemaskan saat tertidur nyenyak.
Tangannya terasa kebas karena entah sejak kapan menjadi bantalan bagi kepala istrinya itu. Entah kenapa juga Leonardo memilih untuk menahan rasa kebasnya dari pada menggeser kepala Jasmine, ia masih ingin menikmati wajah polos itu sedikit lebih lama.
Belahan dada menyembul dari gaun tidur sutra berwarna beige. Leonardo dengan nakal justru menarik lantas melirik ke dalam dan mengamati dada montok istrinya. Wajah Leonardo menghangat, padahal sudah semalam-malaman mereka menghabiskan detik demi detik dan jam demi jamnya dengan gairah panas, sungguhkan pagi ini dia menginginkan hal itu lagi?!
Tidak ... tidak ... berikan waktu untuknya beristirahat, pikirnya sambil bergeleng kepala. Lagi pula Jasmine belum pulih sepenuhnya, membuat Jasmine hamil sama saja mencari masalah baru. Belum lagi bila harus membayangakan amukkan Alexiana karena tak menaati perintah agar menahan diri selama minimal enam bulan.
"Eum ... kau sudah bangun, Leon?!" Jasmine mengucek mata, pertanyaan Jasmine membuat lamunan Leonardo membuyar.
"Baru saja, aduh ... akh!!" Leonardo terpekik begitu Jasmine mengangkat kepalanya.
"Wah, maaf, maaf, kebas ya?!" Jasmine mengelus lengan Leonardo namun justru kesemutannya semakin hebat.
"Adududuh, jangan!!"
"Hahaha, sini aku serang!! Serang!!" Jasmine yang melihat wajah Leonardo mengeryit kesakitan justru semakin senang menggodanya, ia justru mencubit-cubit lengan suaminya itu.
"Jangan!!" seru Leonardo menderita.
Puas menggoda suaminya, Jasmine terduduk sambil mengamati Leonardo yang hanya memakai celana boxer. Sudah lama pemandangan seperti ini tak terlihat dari mata bulatnya. Wajah wanita itu menghangat, merona kemerahan, cepat-cepat ia menyisir rambut ke belakang telinga untuk menyembunyikan kekikukannya.
Padahal baru kemarin ia menangis sesunggukan di depan pria ini, baru kemarin mereka menutup jurang mengangga yang memisahkan perasaan mereka, baru kemari keduanya menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam balutan gairah yang indah.
Dan pagi ini, mereka sudah bercanda seakan tak terjadi apapun. Jasmine merasa tidak enak dan malu pada Leonardo, ia merasa kikuk saat ini. Leonardo yang melihatnya merasa gemas, padahal baru saja ia berusaha sekuat tenaga membangun bendungan dan menahan dirinya agar tidak menyentuh wanita itu.
"Ja—jam berapa ini? A ... aku harus menyiapkan sarapan." Jasmine mencoba bangkit, namun Leonardo menahan pergelangan tangannya.
"Persetan dengan ucapan Alexiana. Masih ada pil KB bukan?!" Leonardo meraup bibir istrinya dengan rakus.
"Kau milikku pagi ini, Baby!! Mi Volas Vin!" Leonardo merobek gaun tidur istrinya dalam satu kali tarikan. Membuat sekujur tubuhnya terlihat.
"Waaa, Leon!!" Jasmine menangkup wajahnya yang merona kemerahan, semakin merah saat Leonardo melucuti boxer yang membungkus benda paling berharga miliknya.
"Kenapa kau malu-malu, apa kau lupa kalau semalam kau begitu liar dan nakal, Nyonya Wijaya?!" Leonardo membuka tangkupan tangan Jasmine.
"Semalam aku khilaf!!" seru Jasmine sambil terkekeh.
"Khilaf berkali-kali?! Itu namanya tuman!!" Leonardo mengecup lagi bibir Jasmine, lantas melumatnya penuh tenaga. Menyesap madu manis dari bibir kekasihnya, sesekali gigitan ringan dan permainan lidah yang lincah terjadi.
"Ahahaha, benar, kau memang membuatku ketagihan!" Jasmine memeluk leher Leonardo, wajah tampan itu terlihat sedang menatapnya juga.
"Apa kau juga menunjukkan wajah secantik ini dan kelakuan semanja ini pada suamimu dulu?!" Leonardo mengelus wajah Jasmine yang merona kemerahan, ada rasa cemburu yang terbesit di dalam hatinya saat ini. Itu hal bodoh memang, mengingat bahwa Rafael suami Jasmine telah tiada. Ia jelas-jelas tahu bahwa Jasmine kini miliknya, seutuhnya.
"Kau cemburu pada orang yang telah tiada?" Mata Jasmine meredup.
"Benar, sangking terlalu cintanya aku kepadamu. Aku bahkan tak rela bila kau mengakuinya, sangkallah, Jasmine! Sangkal hal itu meski kau harus berbohong!" tukas Leonardo penuh penekanan.
Jasmine tersenyum, ia melumat perlahan bibir Leonardo, mengulumnya dalam-dalam, saling berbagi saliva dan gerakan lidah, lengan Jasmine bergelayut manja di leher suaminya. Debaran jantung keduanya mulai bersahutan seiring dengan lumatan bibir yang semakin cepat dan tak lagi beraturan. Suasanya legang, hanya desah napas keduanya yang terdengar menggairahkan.
"Itu sudah berlalu. Dan kini aku hanya mencintaimu, Leon. Bila perlu aku akan mengatakannya ratusan dan ribuan kali!! Bukankah saat inilah yang penting? Bukan masa lalu," tutur Jasmine.
"Aku juga mencintaimu, Baby!" Leonardo menghentakkan tubuhnya masuk ke dalam tubuh istrinya. Tanpa jeda ia menggoyangkan tubuhnya maju dan mundur.
"Ach!! Ach!!" Jasmine merancau akibat rasa nikmat yang diberikan Leonardo kepadanya.
"Buktikan padaku, Baby! Seberapa besar kau mencintaiku." Leonardo berbisik, Jasmine tersenyum.
"Baiklah!!" Jasmine memutar tubuhnya, kini ia yang berada di atas tubuh kekar Leonardo.
Tangan Jasmine mengelus lembut kepala singa yang tergambar di atas dada Leonardo sementara ibu jari tangannya yang lain mengusap bibir Leonardo.
Dengan gerakan sensual Jasmine menggeliat di atas pinggang suaminya. Menggerakkan pinggulnya agar sang suami mendapatkan kepuasan ektra dari permainan mereka pagi ini. Dengan dibarengi desahan dan luapan gairan Jasmine berhasil membuat Leonardo berteriak, mengerang penuh semangat saat mencapai puncak kenikmatannya. Dengan kuat ia menyemburkan benih ke dalam hangatnya rahim Jasmine.
Jasmine terjatuh lemas di atas tubuh Leonardo. Keringat bercucuran dan membasahi anak rambut. Bahunya naik turun saat mencoba mengumpulkan oksigen masuk ke dalam paru-parunya.
"Bagaimana? Masih meragukan cintaku?" tanya Jasmine sambil tersengal.
"No, Baby, thanks for loving me!" Leonardo mengecup pucuk kepala Jasmine sembari meremas dadanya dengan gemas. Membuat Jasmine melotot galak.
Leonardo terkikih melihat ekspresi istrinya itu, lantas tak tahan untuk tidak menggodanya. "Apa gerakan hebat kali ini juga khilaf?!"
"Leon!!" cubit Jasmine kesal.
oooooOooooo
Ach, manis-manis dulu sampai diabetes ya.
Lagi males bikin konflik. Istirahatin otak dl buat Twins pet 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Makasih buat yang selalu vote dan komment. Meski ga bisa balas satu per satu tapi Belle selalu baca karena itu benar-benar mood boster saat kehabisan ide menulis...
Thanks for loving me, loving my story Bellecious!!!