Chereads / MI VOLAS VIN (I Want You) / Chapter 7 - WHO?

Chapter 7 - WHO?

Hujan masih terus mengguyur kota, membuncahkan berkubik-kubik air dengan deras ke atas bumi. Jasmine berjalan tertatih-tatih, bibir dan tangannya bergetar dengan hebat. Hawa dingin membuatnya terus menggigil. Jasmine tak tahu harus merasa lega atau ketakutan saat ini. Dia baru saja mengusik seekor singa, kepolosannya seakan membodohi sang raja hutan itu. 

Jasmine menangisi nasibnya, padahal baru saja ia berhasil mendapatkan pekerjaan dan besok sudah pasti dia akan dipecat. Padahal Jasmine kekurangan uang bulan ini, wanita itu bahkan menjual sepasang cincin kawinnya karena obat sang Ibu mulai menipis.

Jasmine mendesah pilu membiarkan hujan menghapus air mata, juga membersihkan tubuhnya dari rasa kotor.

Untung saja El sedang di luar kota. Kalau dia melihatku pulang dalam keadaan mengenaskan seperti ini dia pasti akan sangat khawatir, lamun Jasmine.

Sirine suara mobil polisi membuat Jasmine tersadar dari lamunannya. Suara itu saling sahut menyahut sampai akhirnya terhenti membentuk brikade. Mereka memasang police line pada sekeliling tempat kejadian. Jasmine bersama ratusan pasang mata yang lain ikut penasaran dengan apa yang sedang tejadi.

Jasmine berjinjit dengan sepatu basah, melihat ke dalam TKP yang dikelilingi oleh lautan manusia. Beberapa orang polisi dengan jas hujan hitam terlihat seram, mereka mengusir warga untuk membubarkan diri. Para warga tetap nekat melihat, ingin tahu dan penasaran. Jasmine juga melenggokkan kepalanya untuk melihat ke dalam TKP. Alangkah terkejutnya wanita itu saat melihat dua buah mobil bertabrakan. Mobil yang menabrak mobil depannya terlihat rangsek total, pengemudi dan penumpangnya meninggal di tempat. Tapi yang mengherankan bukanlah kecelakaannya. Melainkan apa yang menyebabkan kedua orang itu meninggal.

Proses olah TKP menjadi semakin berat karena hujan deras dan juga angin kencang. Foto-foto yang diperoleh dari ahli forensik dan olah TKP terlihat buram karena hujan. Para tim medis juga bergegas ingin memawa mayatnya, karena kondisi kelembaban dan dinginnya suhu udara akan membuat perkiraan kematian mereka berbeda dari aslinya.

Akhirnya setelah debat yang cukup alot polisi mempersilahkan tim medis dari ahli forensik membawa mayat kedua orang itu. Jasmine langsung menutup mulut saat blangkar berjalan di depannya. Angin membuat kain yang menutup wajah orang itu tersibak, Jasmine begitu mengenalinya, dia adalah wakil walikota, orang nomor dua di kota mereka saat ini.

Darah segar masih menetes dari kepalanya yang berlubang, tertembus oleh peluru. Peluru itu juga menembus lebih jauh sampai ke kepala sopir pribadinya.

"Mustahil menembak seakurat itu pada keadaan cuaca seburuk ini," celetuk salah seorang polisi, wajahnya yang sangar sedikit kaku karena cuaca dingin.

"Kau benar, kecepatan angin dan curah hujan harusnya membuat pembunuh itu kesulitan. Apa ini semua hanya keberuntungan?" Rekannya ikut menimpali.

"Dia bahkan mengetahui posisi duduk Wali kota selalu diagonal dengan sopirnya. Pembunuh itu menembak pelipis milik dua orang sekaligus."

"Well, apa kalian pernah mendengar tim Omega?" Kepala dektektif berjalan di tengah-tengah keduanya.

"Tim Omega?" seru salah satunya.

"Berbeda degan tim Alpha, Bravo,dan juga Delta pada kesatuan unit pasukan khusus. Sesuai namanya yang berarti 'terakhir', tim Omega adalah pilihan terakhir yang akan dipanggil bila benar-benar ada masalah yang tak bisa ditangani. Mereka bekerja di bawah pimpinan presiden dan mentri pertahanan secara langsung. Membersihkan musuh-musuh negara dalam diam. Konon katanya, sangking terlalu menakutkan akhirnya pemerintah memilih untuk menghapuskan program tim Omega." Kepala dektektif kepolisian mengupas tentang tim Omega.

"Lalu apa hubungannya dengan kasus ini?" tanya opsir pertama.

"Ada dua orang kakak beradik dengan julukan Light and Shadow. Kakaknya Light ahli bertarung jarak dekat, sedangkan adiknya Shadow adalah ahli petarung jarak jauh, alias snipper. Saat bertugas, kombinasi keduanya tak terkalahkan. Shadow akan melindungi Light, bidikkannya tak pernah lusut." Kepala dektektif bersandar pada mobil polisi, kedua opsir muda berwajah tak kalah tegas ikut bersandar.

"Lalu di mana mereka sekarang?"

"Benarkah mereka yang membunuh Wakil Walikota?"

"Tentu saja tidak!! Mereka semua telah meninggal saat tugas ke IRAK sepuluh tahun lalu, pesawat yang mereka tumpangi terkena rudal musuh. Keempat anggotanya kini menjadi legenda."

"Ah, sangat di sayangkan. Eh ... kau bilang empat? Memang selain Light and Shadow masih ada anggota lain?"

"Tim Omega beranggotakan lima orang, empat tewas, hanya satu yang masih hidup. Memilih untuk pensiun dari komando pasukan kusus dan menghilang entah ke mana."

Dua orang opsir kepolisian itu tebengong, masih menanti kelanjutan cerita atasannya.

"Hanya Shadow yang bisa menembak seakurat ini, tanpa takut pada cuaca dan angin yang kencang. Karena akurasinya tak pernah meleset. Sayangnya, kita tak bisa menyalahkan hantu, bukan?!"

"Cerita yang menyeramkan."

"Oke. Aku sudahi cerita ini, kita mulai bekerja, ada kasus yang harus kita pecahkan," tutur kepala dektektif kepolisian. Para anak buahnya mengangguk dan kembali masuk ke dalam mobil.

oooooOoooooo

Jasmine masuk ke dalam rumahnya. Rumah mungil yang baru saja dibeli setelah beberapa bulan menikah dengan Rafael. Walaupun masih mencicil, namun setidaknya ini adalah rumah mereka sendiri, tidak perlu lagi berpindah-pindah seperti sebelumnya. Rumah itu dekat dengan sekolahan, pasar, dan mini market, semua kebutuhan hidup bisa didapatkan  hanya dengan berjalan kaki. Mereka membeli rumah itu dengan harga yang sangat murah karena kondisi bangunannya yang rusak total. Beruntunglah Rafael suami Jasmine adalah seniman jalanan, sama saja dengan pengangguran, jadi dia punya banyak waktu untuk memperbaiki semua sisi dan sudut rumah itu sendirian.

Kini rumah mungil itu tampak cantik dan asri. Rafael menanam banyak bunga dan tanaman hias agar Jasmine tidak bosan saat Rafael meninggalkannya menggambar keluar kota.

Jasmine membersihkan diri dari sisa air hujan. Mengelus semua permukaan tubuhnya yang indah dengan sabun. Menggosok bagian yang disentuh oleh Leonardo lebih lama. Seakan-akan ada banyak kotoran di sana.

Aroma manis bunga mawar membuatnya terbuai dalam kenyamannya. Sejenak ia bisa membiarkan tubuhnya relaks. Sejenak itu pula ia bisa melupakan masalahnya dengan Leonardo.

KROMPYANG!!

Tiba-tiba suara benda terjatuh membuat tubuh Jasmine berjengit. Dengan segera Jasmine melilitkan handuk pada tubuhnya. Jasmine menajamkan telinga, mencoba mengetahui apa yang tengah terjadi di dalam rumahnya.

Apa itu Leonardo? Apakah iblis kejam itu telah berhasil menemukan rumahnya? Secepat ini? Bahkan rekan-rekannya di kantor tak ada yang tahu tentang kehidupannya karena Jasmine baru tiga bulan lebih bekerja.

Jasmine menelan ludahnya berat, ia mengambil sikat WC dan juga sabun sebagai wujud pertahanan diri.

Ya Tuhan, kenapa hidupku jadi tidak tenang semenjak mengenal pria kejam itu, keluh Jasmine dalam hati.

Jasmine mengendap-endap keluar dari kamar mandi dalam, satu-satunya kamar mandi pada kediamannya yang terletak di dalam kamar utama. Jasmine menguping di balik pintu kamar, mencoba mendengar suara. Senyap, tak ada suara.

Jasmine dengan gemetaran memutar knop pintu pelan-pelan, mencoba mengintip, siapa tamu tak diundang itu? Pelan-pelan Jasmine membuka pintu, tangannya yang lain bersiap dengan sabun dan juga sikat WC. Jantungnya berdegup kencang sekali, napasnya seakan tercekat akibat rasa panik.

Siapa?

oooooOooooo

Hai bellecious

Jangan lupa buat vote, like, dan Follow

berikan comment kalian ya

aku selalu tunggu

💋💋💋💋