Jadi begitulah, itulah alasannya Mav Wijaya kini menjadi seorang pemuda gembel di pinggir kota B.
.
.
.
Satu minggu berlalu sejak Mav terusir dari rumahnya. Leonardo memblokir semua kartu kredit Mav, ia juga menyita semua mobil dan motor milik anak sulungnya itu. Mav hanya membawa koper berisi pakaian dan beberapa buku. Di dalam dompetnya hanya ada uang sebanyak lima juta rupiah. Uang saku terakhir yang diberikan Leonardo pada putranya.
Mav di buang oleh Kato di kota B, tempatnya mendaftarkan kuliah teknik arsitektur. Ada sebuah universitas negeri terkemuka yang memang sangat bagus di bidang teknik di sana.
Dengan otaknya yang cerdas tentu saja Mav dengan mudah bisa masuk ke universitas itu. Dia bahkan bisa mendapatkan beasiswa masuk secara full asal nilainya tak pernah turun. Itu juga pekara yang mudah bagi Mav. Kini ia tinggal memikirkan caranya agar memperoleh uang untuk hidup sehari-hari.