Beberapa hari kemudian…
Eric memarkirkan motor sportnya di depan sebuah rumah mungil di pinggiran kota. Tempat tinggal Erza dan keluarga kecilnya begitu mereka pindah ke ibu kota. Eric ingin menyapa sang Ayah sebelum bulan depan mereka akan berangkat untuk menyergap keluarga Wijaya sesuai rencana Leonardo.
"Eric!!" Erza langsung memeluk keponakannya saat pintu terbuka. Eric sudah memberi kabar sebelumnya, jadi Erza sudah mempersiapkan makan malam sederhana untuknya.
"Halo, Paman. Halo Bibi, Halo Mylo!" Eric menyapa satu per satu anggota keluarga sembari mengamati mereka satu per satu, lalu terakhir pandangannya bertemu dengan tatapan seorang pria yang baru saja keluar dari kamar di ujung koridor.
Pria berusia kepala empat itu tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Akhirnya kesempatan ini tiba juga. Akhirnya, ia bisa memeluk putra semata wayangnya. Buah cintanya dengan Kaleela, buah cintanya dengan wanita yang sangat ia cintai sampai rela membuang seluruh dunia.