Laura segera di bopong oleh para lelaki yang berada disana tadi untuk dibawa ke mobil kakaknya. Mas David itu.
"Aku ikut antar Laura dulu ya? Mas David butuh bantuan," pamitnya kepadaku. Aku sih tak masalah, tapi semuanya tampak diam saja tak ada sepatah kata pun. Khususnya Ayahku. Dia hanya diam saja menyaksikan dampak sisa masa lalu calon suami pilihan Ayah itu.
"Hei!!! Tanganmu berdarah?! Kamu kena pisau Laura?" Mas Royan datang dan memegang tanganku. Dia mengambilkan aku tissu dan di usapkan dengan lembut ke tanganku.
"Aku minta maaf padamu, atas kejadian malam ini, tapi aku harus ikut Mas David, Laura ...." Aku memotong pembicaraanya karena aku tahu Laura lebih membutuhkannya daripada aku. Aku butuh ehmm ... dia, bukan kamu.
"Aku tak apa-apa Mas, mungkin tergores saat merebut pisau tadi. Dia lebih membutuhkanmu. Aku bisa mengobati ini." Aku menjawabnya.
"Terima kasih ya, Sayang. Kamu benar-benar gadis yang pengertian." Dia segera berlalu pergi dan aku menuju ke arah Ibuku.