Chereads / Inevitable Fate [Indonesia] / Chapter 11 - Mengetahui Ukuran-Ukurannya

Chapter 11 - Mengetahui Ukuran-Ukurannya

When all you got to keep is strong

Move along, move along like I know you do

And even when your hope is gone

Move along, move along just to make it through

- Move Along by The All-American Rejects -

=========

"Tuan sudah pergi sejak tadi pagi jam 6." Bu Meguro menjawab pertanyaan Reiko mengenai keberadaan Nathan Ryuu.

"Ohh." Reiko mengangguk saja dan kembali diam.

"Nona, tubuhmu bagus." Tiba-tiba Bu Meguro melontarkan pujian.

"Heh?" Reiko menoleh ke Bu Meguro dengan raut heran.

"Hi hi hi ... maafkan kelancangan saya ini, Nona. Hanya mengungkapkan apa yang mendesak di benak saya, karena menurut saya, ini bukan tubuh tipikal orang Jepang asli. Apakah Nona berdarah campuran?" Bu Meguro lekas mengatakan alasannya mengenai pujian tadi atau Reiko bisa saja salah paham pada Beliau.

"Ohh, iya, Bu. Aku memang berdarah campuran. Jepang dan Indonesia." Reiko berkata jujur.

"Pantas saja."

"Pantas bagaimana, Bu?"

"Kulitmu tidak sepucat biasanya wanita Jepang dan rangka tulangmu juga tidak sekecil milik wanita Jepang. Apalagi dada Nona padat berisi. Maafkan kelancangan dan kejujuran saya ini, Nona." Meguro berhenti menggosok dan membilas punggung bersabun Reiko menggunakan air di dalam bathtub.

"Bukannya wanita Jepang sekarang ini banyak yang berdada padat besar, Bu?" Reiko merasa tidak risih sama sekali membicarakan mengenai anatomi. Memangnya apa yang hendak dilakukan seorang wanita tua seperti Bu Meguro padanya?

Bu Meguro menggeleng. "Dada wanita Jepang biasanya kecil dan tipis. Namun, jika mereka berdarah campuran, seperti dengan Amerika atau Eropa, maka ada kemungkinan akan memiliki dada padat. Kalaupun misalkan tidak berdarah campuran dan memiliki dada besar, ada kemungkinan itu hasil dari operasi."

"Ohh!" Kedua alis Reiko terangkat naik mendengar penuturan Bu Meguro. Sungguh orang tua yang sangat lugas dalam mengemukakan pemikirannya! "Ha ha, sepertinya dada dan tulangku ini juga berdasarkan dari leluhurku yang konon memiliki darah timur tengah."

"Astaga! Itu lebih masuk akal sekarang!" Bu Meguro memekik tertahan. "Ahh, maafkan saya yang terlalu bebas bicara ini, Nona." Beliau lekas menundukkan kepala dengan wajah menyesal.

"Tidak apa-apa, Bu. Jangan terlalu sungkan begitu padaku. Aku malah lebih suka kalau Ibu bisa menjadi teman mengobrolku daripada bersikap kaku padaku." Reiko menyentuh tangan Bu Meguro. Kedua wanita itu pun saling tersenyum.

Ternyata, Bu Meguro tetap berada di kamar mandi untuk benar-benar membantu Reiko membersihkan badan sampai tuntas dan juga membantu mengeringkan tubuhnya.

"Apakah kalian di kamar mandi?" Ada suara di ambang pintu kamar, suara Nathan Ryuu.

"Ja-jangan ke sini!" Reiko berteriak panik, khawatir lelaki itu akan menerjang masuk ke kamar mandi.

Mendengar teriakan Reiko, Nathan Ryuu terkekeh geli. Apakah mungkin dia melakukan hal seperti itu? "Tenang saja, aku ada di pintu kamar. Baiklah, mandilah dan berpakaian lalu segera makan pagi. Jangan menunda."

Setelah mendengar ucapan lelaki Onodera, Reiko kemudian tidak mendengar suara Nathan Ryuu lagi, mungkin lelaki itu sudah pergi dari tempatnya.

Namun, Reiko masih saja waspada dan meminta Bu Meguro untuk memeriksa apakah benar lelaki Onodera sudah pergi dari ambang pintu kamar. Sang pelayan mematuhinya dan pergi keluar kamar mandi untuk memastikan.

"Tuan sudah tidak ada. Ayo keluar, Nona. Aku bantu kau berpakaian." Bu Meguro membimbing Reiko keluar dari ruang lembap tersebut.

Saat lemari dibuka, Reiko terkejut juga karena ada banyak pakaian di dalam sana, dari yang kasual sampai yang sangat bagus dan trendi. Ia bertanya-tanya, bagaimana bisa Nathan Ryuu mengetahui ukuran tubuhnya?

Dan lagi ... ada dalaman pula!

Seketika, wajah Reiko merah padam karena malu luar biasa. Nathan Ryuu juga membelikan dalaman? Apakah lelaki itu memilihnya sendiri? Onodera itu mengetahui ukuran bra dan celana dalamnya?

Ya ampun! Reiko menangkupkan dua telapak tangan ke pipi yang terasa panas. Ini terlalu memalukan.

"Kenapa, Nona?" tanya Bu Meguro yang heran dengan sikap aneh Reiko.

"A-ano ... apakah ... apakah semua pakaian di lemari ini ... dibeli dan di ... dipilih Tuan Ryuu sendiri?" Suara Reiko bagai cicitan tikus mungil saking kecil bagai pita suaranya terjepit sesuatu.

"Ya, semuanya tuan sendiri yang membeli dan mungkin juga memilihnya. Kenapa, Nona?"

"Dia ... ano ... pakaian dalamku ...." Reiko tak tahu bagaimana cara menanyakan itu ke Bu Meguro.

Tapi, sepertinya pelayan tua itu paham dengan tanda tanya di kepala Reiko. Beliau tersenyum menahan geli dan berkata, "Nona tidak perlu khawatir." Maksudnya, Reiko tidak usah berpikir macam-macam seperti contohnya, Nathan Ryuu meraba tubuhnya untuk mengetahui ukuran pasti dari dada dan pantatnya. "Tuan hanya melihat ukuran dari bra dan celana dalam milik Nona sebelumnya."

"Da-dari bra dan celana dalamku!" Sepertinya kenyataan yang begini pun juga tetap saja memalukan bagi Reiko. Membayangkan ada lelaki memegang bra dan juga celana dalamnya, itu sungguh memalukan! Apalagi ... itu kan kotor!

Rasanya Reiko tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki Onodera itu.

"Nona, jangan berpikir terlalu banyak. Ayo, lekas pakai pakaian Anda dan turun ke bawah karena tuan pasti sudah menunggu di meja makan." Bu Meguro mengingatkan. "Nona ingin pakai yang mana?"

"Hah? Dia menungguku di meja makan?" Reiko malah lebih fokus pada hal itu.

"Ya, tadi pagi sebelum pergi, tuan hanya mengatakan dia akan makan pagi bersama Nona saja," jelas sang pelayan.

Akhirnya, Reiko memilih kaos pas badan warna merah muda cerah lengan pendek dan celana kolor panjang lurus warna putih dengan garis-garis vertikal krem. Kemudian, Bu Meguro dengan cepat menyisir rambut panjang Reiko.

"Nah, sudah." Bu Meguro tersenyum setelah Reiko rapi dan terlihat lebih segar. "Nona ingin pakai bedak? Sepertinya tuan juga sudah membelinya."

"Tidak usah. Hanya di rumah saja, untuk apa memakai make up?" Reiko menolak.

"Ahh ya, benar. Apalagi wajah Nona sudah cantik tanpa perlu diberi riasan apapun," puji BU Meguro. "Ayo, Nona, turun dan ke ruang makan."

"Ha-haruskah aku ke sana?" Rasanya Reiko enggan jika harus bertemu dengan lelaki Onodera itu.

"Tentu saja. Tuan sudah menunggu. Ayo!" desak Bu Meguro.

Sebenarnya, Reiko ingin tetap di kamar saja, tapi pasti akan merepotkan Bu Meguro jika dia bertingkah manja seperti itu, kan? Dia sudah cukup merepotkan di kamar mandi, apakah harus menambah lagi dengan meminta makanan dibawa ke kamar?

Sungguh terlalu manja! Memangnya siapa dia? Tuan Puteri dari mana, huh?

Reiko tak berdaya ketika pinggangnya ditarik dan pergi ke ruang makan di lantai bawah. Ternyata, benar adanya bahwa Nathan Ryuu sudah duduk di sana, melipat siku di meja dengan semua jarinya terpaut, menatap Reiko yang datang dibimbing Bu Meguro.

Ada kilatan di mata sang Onodera muda ketika menatap Reiko.