Di Abu Dhabi, Runa masih menerima nasib baiknya, dimanja oleh Zaidan Al Faiz. Bahkan, tampaknya lelaki itu bersikap bagaikan kucing kecil penurut di hadapan Runa. Apapun keinginan Runa akan dituruti.
"Aku tak suka meja di ruang tengah itu. Bisakah dibuang saja, Zaidan?" Bahkan kini dia diperkenankan memanggil lelaki dengan namanya begitu saja. Runa sungguh memiliki perputaran balik atas nasib.
"Ahh, tentu saja, sayank. Apapun yang kau inginkan." Zaidan Al Faiz mengambil tangan Runa untuk dia ciumi sebentar. Sikap memuja dan terlihat seperti budak cinta ini tentu saja tidak akan dilakukan lelaki ini tanpa sebab.
Jikalau bisnis keluarganya tidak ditolong oleh Runa sebagai penyedia informasi, mana mungkin Runa bisa berkuasa di rumah harem milik Zaidan Al Faiz?