Hujan telah berlalu meninggalkan bau tanah basah dan juga genangan air hampir disudut desa. Begitu juga dengan permainan yang menimbulkan anak-anak malin kundang baru. Hanya tersisa gelak tawa yang belum mereda.
Saat bibir botol berhenti tepat dihadapan bapak. Saat itulah mereka malah memberi hukuman. Sebuah pertanyaan diluar nalar.
Akibatnya pembongkaran aib ranjang orang tua dari dua anak itu pun terkuak.
Tidak hanya itu saja Mamak sampai harus menutup kupingnya rapat-rapat. Wanita tua yang masih terlihat cantik di umur yang sudah tidak muda lagi itu terlihat malu.
Sesal memenuhi relung hatinya. Kedua hukuman yang dijelaskan oleh Arya tadi tidak satu pun ada faedahnya. Dua-duanya sama saja akan menimbulkan malu.
Bahkan Bapak sampai menelpon mantan kekasihnya waktu berkuliah di Universitas negeri dulu.
"Halo, Riama?"
"Ini aku. Apa masih mengenal suaraku?"
"Astaga, kamu! Ya, aku mengingatmu. Bagaimana kabarmu?"
"Aku masih selalu merindukanmu."
